Pemerintah Genjot Hilirisasi Cokelat-Kopi dan Tingkatkan Produksi Ayam pada 2026

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Cokelat, kopi, mete, dan tebu menjadi fokus utama pemerintah dalam agenda hilirisasi komoditas perkebunan yang ditargetkan rampung pada 2026. Langkah ini merupakan kelanjutan dari keberhasilan swasembada beras, jagung, dan gula konsumsi yang telah tercapai di tahun ini. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengatakan bahwa pemerintah akan mempertahankan swasembada tersebut sekaligus memperluas program ke sektor hilirisasi.

Untuk mendukung target tersebut, pemerintah akan membangun peternakan terpadu yang memprioritaskan ketersediaan pakan ternak. Hal ini dilakukan seiring meningkatnya permintaan protein hewani akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperkirakan menjangkau lebih dari 80 juta orang di tahun depan. Produksi daging ayam, telur, dan susu pun akan ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan gizi nasional.

Dalam upaya hilirisasi, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 9 triliun untuk program peremajaan tanaman perkebunan selama tiga tahun ke depan. Komoditas yang masuk dalam program ini antara lain karet, kakao, kopi, teh, lada, tebu, kelapa, pala, tembakau, dan cengkeh. Peremajaan ini menjadi fondasi penting sebelum pembangunan pabrik-pabrik pengolahan dilakukan guna menambah nilai ekonomi komoditas unggulan Indonesia.

Kementerian Pertanian juga akan menjalin kemitraan strategis dengan BUMN dan sektor swasta guna mendorong investasi di sektor hilirisasi. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi pengekspor bahan baku tetapi juga produsen akhir yang mampu bersaing di pasar global.

Fakta Tambahan:

  • Kakao Indonesia berkontribusi sekitar 15% produksi cokelat dunia, namun 90% diekspor dalam bentuk biji mentah.
  • Produksi kopi robusta Indonesia menempati peringkat ketiga dunia, tetapi baru 30% yang diolah menjadi produk siap konsumsi.
  • Luas lahan mete yang sebagian besar dikelola petani kecil mencapai 700 ribu hektare, dengan potensi besar untuk pengolahan hilir.

Studi Kasus:
Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, petani kakao mulai mengolah biji kakao menjadi cokelat batang dan cokelat bubuk berkualitas ekspor. Dengan bantuan teknologi pengolahan sederhana dan pelatihan dari pemerintah daerah, nilai jual kakao naik hingga 300%. Model ini menjadi contoh nyata keberhasilan hilirisasi berbasis komunitas.

Dengan strategi yang matang dan kolaborasi antar stakeholder, Indonesia berpotensi besar menjadi raksasa agroindustri global. Masa depan pertanian bukan hanya soal memproduksi, tetapi juga menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi petani dan bangsa. Mari wujudkan kemandirian pangan dan kejayaan ekspor berbasis hilirisasi.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan