Film horor asal Korea Selatan, Exhuma, mencatatkan rekor gemilang di industri perfilman Indonesia dengan mengumpulkan 2,6 juta penonton. Kesuksesan luar biasa ini membuat jurnalis-jurnalis dari Korea Selatan datang ke Indonesia untuk mengungkap alasan di balik fenomena tersebut. Menurut Chief Marketing Officer CGV Indonesia, Ssun Kim, kunci utama kesuksesan film ini terletak pada resonansi budaya yang kuat antara Korea Selatan dan Indonesia.
Dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan The Korea Foundation dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2025, Ssun Kim menjelaskan bahwa budaya yang diangkat dalam film Exhuma sangat dekat dengan budaya yang dikenal masyarakat Indonesia. Salah satu aspek yang paling menonjol adalah tema kematian dan pemakaman. Film ini mengangkat cerita tentang penggalian makam, yang secara langsung menyentuh kepercayaan masyarakat Indonesia, khususnya umat Muslim yang memang mengenal tradisi penguburan, bukan kremasi.
Selain itu, Ssun Kim menekankan bahwa masyarakat Indonesia memang memiliki selera yang tinggi terhadap film horor. Hal ini membuat film seperti Exhuma menjadi sangat diminati. Keberhasilan ini juga didukung oleh kemiripan budaya lainnya yang muncul dalam film, seperti kepercayaan terhadap arwah leluhur dan praktik-praktik spiritual yang masih kental di kedua negara. Keberhasilan Exhuma juga turut didukung oleh sejarah kolonialisasi Jepang, yang menjadi latar belakang cerita dalam film tersebut dan menjadi topik yang relevan bagi masyarakat Asia, termasuk Indonesia.
Exhuma bukan hanya sukses di Indonesia, tetapi juga di kancah internasional. Film ini berhasil meraih Special Jury Award di Sitges Film Festival di Spanyol, serta empat penghargaan di Baeksang Arts Awards, termasuk Best Director, Best Actress untuk Kim Go Eun, Best New Actor untuk Lee Do Hyun, dan Technical Award untuk Sound yang diberikan kepada Kim Byung In. Di Korea Selatan sendiri, Exhuma telah disaksikan oleh lebih dari 12 juta penonton sejak pertama kali tayang pada Februari 2024. Film ini mengisahkan tentang dua dukun muda yang direkrut oleh keluarga kaya untuk menyelamatkan jiwa mereka dari arwah leluhur yang gentayangan. Mereka bekerja sama dengan seorang ahli bedah mayat dan tokoh spiritual lainnya untuk menggali makam leluhur di sebuah desa terpencil di Korea.
Dalam kesempatan yang sama, Ssun Kim juga menjelaskan mengapa industri film Korea Selatan semakin gencar menargetkan pasar Indonesia. Pertama, Indonesia memiliki populasi yang sangat besar, mencapai lebih dari 286 juta jiwa, menjadikannya negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Kedua, tingkat penetrasi internet di Indonesia sangat tinggi, mencapai 230 juta pengguna atau sekitar 80,5% dari total penduduk. Hal ini memungkinkan konten-konten Korea Selatan, termasuk film dan serial televisi, untuk dengan mudah menyebar dan menjangkau audiens yang luas.
Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan potensi daya beli yang terus meningkat. Hal ini membuat masyarakat Indonesia semakin mampu mengakses layanan berbasis langganan, seperti platform streaming, serta menikmati hiburan di bioskop. Faktor terakhir yang tak kalah penting adalah karakteristik audiens Indonesia yang aktif di media sosial. Generasi milenial dan Generasi Z di Indonesia dikenal sangat aktif dalam mengonsumsi, membagikan, dan mendiskusikan konten media, terutama yang berkaitan dengan hiburan. Hal ini menciptakan efek viral yang sangat kuat dan memperluas jangkauan popularitas film-film Korea Selatan.
Kesuksesan Exhuma di Indonesia bukan hanya sekadar cerita tentang film horor yang laris, tetapi juga merupakan bukti nyata dari kekuatan budaya pop Korea Selatan dalam menembus batas geografis dan merangkul hati masyarakat dari berbagai latar belakang budaya. Melalui pemahaman yang mendalam tentang budaya lokal dan kemampuan untuk menciptakan cerita yang universal namun tetap relevan, industri film Korea Selatan berhasil menciptakan ikatan emosional yang kuat dengan penonton Indonesia.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan dari Statista pada tahun 2024, jumlah penonton film Korea Selatan di Indonesia meningkat sebesar 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, penelitian dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa 78% responden di Indonesia mengaku menyukai film Korea Selatan karena ceritanya yang dianggap lebih realistis dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, data dari Asosiasi Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (APBSI) mencatat bahwa film-film Korea Selatan kini menduduki peringkat tiga besar dalam daftar film yang paling banyak ditonton di bioskop Indonesia, menggeser dominasi film Hollywood yang selama ini menjadi primadona.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kesuksesan Exhuma dan film-film Korea Selatan lainnya di Indonesia bisa disederhanakan menjadi tiga faktor utama: budaya, teknologi, dan ekonomi. Budaya menjadi fondasi karena kesamaan nilai dan kepercayaan antara masyarakat Korea dan Indonesia. Teknologi berperan sebagai alat penyebaran yang efektif, memungkinkan film-film ini menjangkau audiens yang lebih luas. Sedangkan ekonomi menjadi pendorong utama karena meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia membuat mereka lebih mampu mengakses hiburan berkualitas tinggi.
Studi Kasus:
Sebuah studi kasus yang menarik adalah bagaimana film Exhuma berhasil memanfaatkan momentum libur panjang di Indonesia. CGV Indonesia, sebagai salah satu jaringan bioskop terbesar, meluncurkan kampanye pemasaran yang terintegrasi, termasuk promosi di media sosial, kerja sama dengan influencer, dan diskon khusus untuk penonton yang membeli tiket secara online. Hasilnya, penjualan tiket film ini melonjak hingga 60% selama periode libur nasional.
Infografis:
Jika dibuat dalam bentuk infografis, data-data berikut bisa disajikan secara visual:
- Jumlah penonton Exhuma di Indonesia: 2,6 juta
- Pertumbuhan penonton film Korea Selatan di Indonesia (2023-2024): +45%
- Persentase pengguna internet di Indonesia: 80,5%
- Peringkat film Korea Selatan di bioskop Indonesia: 3 besar
Kesimpulan:
Kesuksesan Exhuma di Indonesia adalah bukti nyata bahwa budaya pop bisa menjadi jembatan yang kuat antar bangsa. Dengan memahami nilai-nilai lokal dan memanfaatkan teknologi secara optimal, industri film Korea Selatan berhasil menciptakan ikatan emosional yang mendalam dengan penonton Indonesia. Ini adalah pelajaran berharga bagi industri kreatif di seluruh dunia: bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kualitas produksi, tetapi juga oleh kemampuan untuk menyentuh hati dan pikiran audiens.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.