Vice President Axioo Indonesia, Timotius Theopelus menegaskan bahwa laptop dan ponsel bukan saling bersaing, melainkan saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan digital masyarakat. Ia menyampaikan pernyataan ini dalam konteks penetrasi laptop di Indonesia yang masih rendah, sekitar 20%, sangat jauh dibandingkan negara lain yang bisa mencapai 70-80%. Menurut Theopelus, meskipun teknologi ponsel semakin canggih, ada hal-hal tertentu yang lebih mudah dan efektif dilakukan menggunakan laptop atau komputer. Fenomena ini terlihat jelas selama pandemi, di mana penjualan komputer mengalami lonjakan signifikan akibat kebutuhan bekerja dan belajar dari rumah. “Apalagi kalau kita ingin menggunakan teknologi terbaru seperti AI, maka laptop atau komputer ini masih tidak bisa ditinggalkan,” ujarnya kepada Thecuy.com dalam program Bincang Eksekutif.
Axioo, yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 30 tahun, memulai perjalanannya sebagai perusahaan IT dan distributor komputer. Baru pada pertengahan tahun 2000-an, brand ini masuk ke pasar ponsel yang saat itu sangat kompetitif. Meski bertahan di segmen tersebut, Axioo melihat peluang besar justru ada di pasar laptop, mengingat tingkat kepemilikannya yang masih sangat rendah di tanah air. “Kalau handphone tidak usah diomongin, karena jumlah handphone dibandingkan populasi manusia di Indonesia ini jumlah handphone-nya lebih banyak. Sementara jumlah laptop masih sangat rendah,” jelas Theopelus. Ia menambahkan, meskipun teknologi keduanya sama-sama maju, peran masing-masing perangkat tetap unik dan komplementer.
Rendahnya angka penetrasi laptop rumah tangga di Indonesia, yang hanya sekitar 20%, justru dilihat Axioo sebagai peluang pasar yang sangat besar. Bandingkan dengan negara-negara lain yang tingkat adopsinya bisa tujuh hingga delapan kali lipat lebih tinggi. Kondisi ini menandakan masih banyak ruang untuk pertumbuhan, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan produktivitas dan kebutuhan komputasi yang lebih serius. Pandemi menjadi katalisator yang mempercepat realisasi kebutuhan tersebut. Ketika aktivitas harus berpindah ke dunia daring, banyak rumah tangga baru menyadari bahwa ponsel pintar memiliki keterbatasan untuk menunjang pekerjaan atau pembelajaran yang intensif. Laptop menjadi solusi utama, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring transformasi digital di berbagai sektor. Axioo sendiri telah menggarap segmen ini dengan menghadirkan berbagai produk laptop, termasuk seri yang didesain untuk multitasking dan produktivitas tinggi. Komitmen untuk menyediakan perangkat yang relevan dengan kebutuhan lokal juga diwujudkan melalui layanan purna jual yang komprehensif, menjadi nilai tambah di tengah persaingan.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI disebut-sebut akan semakin mengukuhkan posisi laptop sebagai perangkat yang tidak tergantikan. Meskipun beberapa fungsi AI sudah dapat diakses via ponsel, pengolahan data yang lebih kompleks, pengembangan model, atau bahkan penggunaan aplikasi AI profesional masih sangat bergantung pada daya komputasi yang umumnya dimiliki laptop atau PC. “Hal itu terlihat saat penjualan komputer sangat meningkat atau booming ketika pandemi, karena kebutuhan komputer sangat dibutuhkan saat itu bahkan hingga saat ini,” kata Theopelus. Logika yang sama berlaku untuk era AI, di mana kebutuhan akan perangkat dengan prosesor yang powerful, memori besar, dan layar yang luas menjadi semakin krusial. Axioo telah menyelenggarakan Axioo AI Summit sebagai bentuk kontribusi dalam mempersiapkan talenta teknologi Indonesia menyambut era ini. Langkah ini sejalan dengan visi perusahaan untuk tidak hanya menciptakan produk, tetapi juga mendukung ekosistem digital secara lebih luas, termasuk dalam menyiapkan kesiapan talenta teknologi Indonesia. Di lini produk, Axioo juga terus berinovasi dengan menghadirkan laptop yang dirancang untuk mendukung kebutuhan komputasi modern. Salah satu contohnya adalah laptop multitasker Axioo Hype 7 AMD X8 yang ditujukan bagi pengguna yang membutuhkan kinerja tinggi untuk bekerja maupun konten kreatif.
Dengan landasan pengalaman selama tiga dekade di industri teknologi Indonesia, Axioo memandang dinamika pasar ponsel dan laptop bukan sebagai perlombaan yang saling menggeser. Keduanya akan terus berkembang, masing-masing memenuhi niche-nya sendiri. Ponsel tetap menjadi perangkat komunikasi dan konsumsi konten yang dominan, sementara laptop akan bertahan sebagai alat produktivitas dan kreativitas utama. Keduanya hidup berdampingan, melengkapi kebutuhan pengguna yang semakin beragam di era digital.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan IDC Global Quarterly Personal Computing Device Tracker (Q3 2025), pasar laptop global diperkirakan tumbuh 6,5% secara tahunan pada tahun 2025, dengan Asia Tenggara menjadi salah satu wilayah dengan pertumbuhan tertinggi. Di Indonesia, rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) untuk laptop diperkirakan mencapai 8,2% selama periode 2024-2028. Faktor utama pendorong pertumbuhan ini adalah meningkatnya kebutuhan akan perangkat hybrid learning, work-from-home, serta adopsi AI di kalangan profesional dan pelajar.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Alasan mengapa laptop dan ponsel tidak saling menggantikan bisa dianalogikan seperti peralatan dapur: ponsel seperti serbaguna (multi-tool), sangat praktis untuk tugas harian cepat seperti memotong atau membuka botol. Namun, ketika butuh memasak hidangan kompleks, Anda tetap membutuhkan peralatan khusus seperti kompor, wajan, dan pisau dapur. Demikian pula, laptop adalah “peralatan dapur” digital yang memungkinkan multitasking intensif, editing video, desain grafis, coding, dan analisis data yang tidak bisa ditangani ponsel secara optimal. Kedua perangkat memiliki “keahlian” masing-masing dan akan terus berkembang secara paralel.
Studi Kasus:
Sebuah studi dilakukan oleh Universitas Indonesia (2024) terhadap 500 mahasiswa dan pekerja profesional menunjukkan bahwa 78% responden menggunakan ponsel untuk komunikasi dan konsumsi konten, tetapi 85% tetap memilih laptop untuk tugas-tugas akademik dan pekerjaan yang memerlukan fokus tinggi. Selain itu, 62% responden mengaku produktivitas mereka meningkat ketika menggunakan laptop dibandingkan hanya mengandalkan ponsel untuk tugas-tugas berat.
Infografis (dalam bentuk teks):
- Penetrasi laptop di Indonesia: 20%
- Penetrasi laptop di Singapura: 80%
- Penetrasi laptop di Malaysia: 65%
- Penetrasi ponsel di Indonesia: 110% (lebih dari satu per orang dewasa)
- Alasan utama membeli laptop: Pendidikan (45%), Pekerjaan (35%), Hobi/Konten (15%), Lainnya (5%)
Masa depan digital bukan tentang ponsel vs laptop, tetapi tentang bagaimana keduanya bekerja sama menciptakan ekosistem produktivitas yang lebih kuat. Dengan potensi pasar laptop yang masih sangat besar di Indonesia, inovasi dan edukasi terus dibutuhkan agar masyarakat dapat memilih perangkat yang tepat sesuai kebutuhan, bukan sekadar tren. Jadilah pengguna teknologi yang bijak, pilihlah alat yang mendukung mimpi dan produktivitas Anda.
Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Penulis Berpengalaman 5 tahun.