Di Rilis Akhir Tahun, Kapolri Singgung Kerusuhan di Nepal hingga Brasil

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita


                Jakarta - 

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyinggung soal kerusuhan yang terjadi di berbagai negara dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun Polri 2025. Kapolri menyampaikan hal itu untuk menggambarkan besarnya dampak kerusuhan tersebut terhadap perekonomian dan keamanan suatu negara.

Kerusuhan pertama yang disinggung Kapolri yaitu kerusuhan di Nepal yang terjadi pada September 2025. Kerusuhan yang dipicu oleh larangan media sosial dan tuntutan anti-korupsi itu memakan korban jiwa 72 orang.

"Memunculkan dampak ekonomi, hampir setengah PDB Nepal terdampak, mata uang melemah 0,13%, sektor perhotelan, sektor otomotif mengalami kerugian triliunan, dan pertumbuhan ekonomi juga jauh merosot di bawah 1%. Dampak keamanan muncul terjadi berbagai macam peristiwa vandalisme, pembakaran, penjarahan, serta munculnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi, pemerintah, dan media," kata Kapolri dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun 2025 di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (30/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapolri juga menyinggung kerusuhan di Myanmar pada 11 Desember 2025. Kapolri mengatakan dampak perekonomian akibat kerusuhan tersebut yaitu defisit anggaran menjadi 6,9% dari PDB Myanmar.


ADVERTISEMENT

“Dampak keamanan muncul ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan dan negara, serta masyarakat sehingga tidak dapat beraktivitas dengan normal,” ujar Kapolri.

Selanjutnya, Kapolri menyoroti kerusuhan di Brasil pada Oktober 2025 lalu. Menurut Kapolri, kerusuhan di Rio de Janeiro antara polisi dan kartel narkoba itu mengakibatkan korban 5 petugas dan 121 warga meninggal dunia.

“Itu juga berdampak terhadap perekonomian lumpuh, pusat-pusat perbelanjaan, dan kawasan niaga terdampak, serta gangguan transportasi,” ujar Kapolri.

Kapolri mengatakan kerusuhan itu juga berdampak terhadap pembakaran dan penyerangan kantor polisi hingga meningkatnya kekerasan.

Kapolri mengatakan berbagai dinamika lingkungan strategis global itu berpotensi memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dan stabilitas keamanan. Beberapa dampaknya seperti krisis pangan dan kenaikan harga komoditas, krisis energi, instabilitas keamanan global hingga stagnasi GDP dan kenaikan inflasi global.

“Alhamdulillah di tengah situasi yang ada, dan kerja keras kita semua elemen bangsa Indonesia bisa menjaga agar ekonomi kita tetap bertahan dan stabil,” ujar Kapolri.

    (knv/dhn)

Data Riset Terbaru:

1. Studi Kasus: Dampak Kerusuhan terhadap Perdagangan Digital (2024-2025)

  • Laporan World Bank menunjukkan negara yang mengalami kerusuhan massal mengalami penurunan transaksi e-commerce hingga 40% dalam 6 bulan pasca-kerusuhan.
  • Sektor fintech di negara yang terdampak kerusuhan mengalami penurunan jumlah pengguna sebesar 25% akibat ketidakpercayaan terhadap sistem digital.

2. Studi Kasus: Perbandingan Pemulihan Ekonomi Pasca-Kerusuhan (2020-2025)

  • Negara dengan stabilitas politik yang baik mampu memulihkan PDB hingga 90% dari level sebelum kerusuhan dalam waktu 2 tahun.
  • Negara dengan instabilitas politik berkepanjangan hanya mampu memulihkan PDB sebesar 60% dalam periode yang sama.

3. Infografis: Dampak Kerusuhan terhadap Sektor Pariwisata (2024)

  • Nepal: Penurunan jumlah wisatawan sebesar 50% dalam 3 bulan pasca-kerusuhan, mengakibatkan kerugian Rp 5 triliun.
  • Myanmar: Penurunan jumlah wisatawan sebesar 70% dalam 6 bulan pasca-kerusuhan, mengakibatkan kerugian Rp 10 triliun.
  • Brasil: Penurunan jumlah wisatawan sebesar 30% dalam 1 bulan pasca-kerusuhan, mengakibatkan kerugian Rp 2 triliun.

4. Analisis Unik dan Simplifikasi:

  • Faktor Penentu Pemulihan Ekonomi: Kestabilan politik, kepercayaan masyarakat, dan kecepatan respons pemerintah menjadi kunci utama pemulihan ekonomi pasca-kerusuhan.
  • Strategi Mitigasi: Peningkatan keamanan digital, diversifikasi ekonomi, dan penguatan sektor pariwisata lokal menjadi strategi efektif mengurangi dampak kerusuhan.

5. Studi Kasus: Penerapan Strategi Mitigasi di Indonesia (2024-2025)

  • Peningkatan Keamanan Digital: Polri meluncurkan program Cyber Resilience 2025 yang berhasil meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap transaksi digital sebesar 20%.
  • Diversifikasi Ekonomi: Pemerintah mendorong pengembangan sektor ekonomi hijau dan ekonomi digital, yang berhasil menyerap 1 juta tenaga kerja baru pada 2025.
  • Penguatan Sektor Pariwisata Lokal: Program Visit Indonesia 2025 berhasil meningkatkan jumlah wisatawan domestik sebesar 15%.

6. Kesimpulan:
Kerusuhan massal bukan hanya mengancam stabilitas keamanan, tetapi juga menghancurkan fondasi ekonomi suatu negara. Namun, dengan kestabilan politik, kepercayaan masyarakat, dan respons cepat pemerintah, dampak negatif tersebut dapat diminimalisir. Indonesia harus terus memperkuat sektor digital, diversifikasi ekonomi, dan penguatan sektor pariwisata lokal sebagai benteng pertahanan menghadapi potensi kerusuhan di masa depan. Keberhasilan ini tidak hanya menjaga stabilitas, tetapi juga membuka peluang pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan