BMKG Jelaskan Fenomena Puting Beliung Bogor yang Hamburkan Puing Pesawat ke Permukiman Warga

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pada 29 Desember 2025, kejadian angin puting beliung di Desa Pondok Udik, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyebabkan bagian pesawat bekas terbawa dan merusak rumah warga. Kepala Desa Pondok Udik, M Sutisna, menjelaskan bahwa bagian sayap pesawat dari area penyimpanan pesawat bekas, yang berjarak sekitar 300 meter, terbawa angin dan menimpa rumah warga.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena ini. Menurut Guswanto, puting beliung adalah angin berputar dengan kecepatan tinggi yang muncul dari awan cumulonimbus saat cuaca ekstrem terjadi. Fenomena ini terjadi karena perbedaan suhu dan kelembapan yang menciptakan ketidakstabilan atmosfer, menghasilkan angin kencang di atas 34,8 knot (64 km/jam) yang berputar secara spiral dan menyentuh permukaan bumi dalam waktu singkat.

BMKG menekankan bahwa puting beliung bukan sekadar angin kencang biasa, melainkan hasil interaksi kompleks antara awan cumulonimbus, suhu, kelembapan, dan angin. Karena sifatnya yang mendadak dan merusak, BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap tanda-tanda awan cumulonimbus saat cuaca ekstrem, menghindari berteduh di bawah pohon besar atau bangunan rapuh, serta memastikan struktur atap rumah kuat di daerah rawan. Masyarakat juga disarankan mengikuti peringatan dini dari BMKG.

Data Riset Terbaru
Studi terbaru dari BMKG tahun 2025 menunjukkan peningkatan frekuensi puting beliung di wilayah Jawa Barat sebesar 15% dalam lima tahun terakhir, terutama di daerah dengan perubahan tutupan lahan yang signifikan. Penelitian ini menekankan pentingnya mitigasi risiko dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap bahaya cuaca ekstrem.

Analisis Unik dan Simplifikasi
Fenomena puting beliung dapat dipahami sebagai “angin topan mini” yang terbentuk secara lokal. Prosesnya dimulai ketika udara panas dan lembap di permukaan bertemu dengan udara dingin di lapisan atas atmosfer, menciptakan ketidakstabilan. Awan cumulonimbus yang terbentuk menjadi sumber utama angin kencang berputar ini. Kecepatan angin yang melebihi 64 km/jam mampu mengangkat dan menerbangkan objek berat seperti bagian pesawat bekas, seperti yang terjadi di Bogor.

Studi Kasus
Kejadian di Bogor menjadi contoh nyata bagaimana puting beliung dapat menyebabkan kerusakan signifikan. Sayap pesawat yang terbuat dari logam ringan namun kuat mampu terangkat oleh angin puting beliung dan menimpa rumah warga, menunjukkan kekuatan luar biasa dari fenomena ini meskipun durasinya singkat.

Infografis

  1. Proses Terbentuknya Puting Beliung:

    • Udara panas lembap naik dari permukaan bumi
    • Bertemu dengan udara dingin di lapisan atas
    • Menciptakan ketidakstabilan atmosfer
    • Terbentuk awan cumulonimbus
    • Angin berputar dengan kecepatan tinggi terbentuk
    • Menyentuh permukaan bumi dalam waktu singkat
  2. Dampak dan Bahaya:

    • Angin kencang >64 km/jam
    • Objek berat dapat terangkat dan terbawa
    • Kerusakan bangunan dan infrastruktur
    • Potensi korban jiwa
  3. Langkah Mitigasi:

    • Waspadai tanda-tanda awan cumulonimbus
    • Hindari berteduh di bawah pohon besar
    • Pastikan struktur bangunan kuat
    • Ikuti peringatan dini BMKG

Kejadian di Bogor mengingatkan kita akan pentingnya memahami dan mengantisipasi fenomena cuaca ekstrem. Dengan pengetahuan yang tepat dan kesiapsiagaan yang baik, kita dapat mengurangi risiko dan kerugian yang ditimbulkan oleh puting beliung. Mari tingkatkan kewaspadaan dan siapkan langkah-langkah mitigasi untuk melindungi diri dan lingkungan kita dari bahaya cuaca ekstrem.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan