Pemkot Banjar Akui Kesulitan Anggaran untuk Sediakan Ruang Ramah Anak di Taman Kota

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Taman Kota (Tamkot) Lapang Bhakti di Banjar sempat memiliki fasilitas Ruang Ramah Anak (RRA) yang kini telah hilang. Asep Tatang Iskandar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjar, mengungkapkan bahwa fasilitas tersebut pernah dibangun saat dirinya menjabat sebagai Kepala Dinsos, tetapi perlahan menghilang seiring waktu karena kerusakan pada bagian besinya.

Pemerintah kota berencana menata ulang RRA di ruang terbuka hijau, termasuk di Tamkot dan Alun-Alun Banjar. Namun, rencana tersebut belum dapat direalisasikan karena keterbatasan anggaran. Di Alun-Alun Banjar, kondisi tempatnya yang sempit serta adanya aktivitas pedagang membuat pembangunan RRA kurang memungkinkan dibandingkan Alun-Alun Ciamis yang lebih luas.

Meski Tamkot memiliki lahan yang lebih besar, penataan RRA juga belum bisa dilakukan. Sebelumnya, pernah ada fasilitas serupa yang akhirnya rusak dan hilang. Oleh karena itu, selain memperkuat pengawasan, diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah.

Nurul, seorang pendatang dari luar Banjar, menyayangkan tidak adanya RRA di Tamkot dan Alun-Alun. Menurutnya, RRA sangat penting sebagai area publik hijau yang dirancang khusus agar aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang anak. Fasilitas ini biasanya dilengkapi dengan playground, ayunan, perosotan, area pasir, dan elemen edukatif lainnya yang memenuhi standar keamanan serta inklusif.

RRA merupakan bagian dari program RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) yang bertujuan menciptakan lingkungan layak anak di area publik. Keberadaannya sangat dibutuhkan agar anak-anak dapat bermain dan belajar secara sehat dan aman di ruang terbuka hijau.

Data Riset Terbaru 2025 menunjukkan bahwa kota-kota di Indonesia yang memiliki Ruang Ramah Anak mengalami peningkatan kualitas hidup anak hingga 35%. Studi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyebutkan bahwa akses terhadap ruang publik yang aman dan edukatif berdampak langsung pada perkembangan kognitif dan sosial anak. Infografis terbaru juga mencatat bahwa 68% anak di perkotaan menghabiskan waktu bermain di luar ruangan hanya 1-2 jam per hari, menunjukkan urgensi penyediaan RRA yang representatif.

Mengembalikan keberadaan Ruang Ramah Anak bukan hanya soal membangun taman bermain, tetapi investasi jangka panjang bagi masa depan generasi muda. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Banjar bisa menjadi kota yang lebih inklusif dan layak huni bagi seluruh lapisan, terutama anak-anak. Mari wujudkan ruang publik yang benar-benar ramah, aman, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan