Setiap hembusan angin membawa serta kabut tipis dari partikel halus yang berasal dari lokasi penggilingan batu dan pasir di sepanjang Jalan Brigjen Wasita Kusuma, kawasan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Partikel ini tidak hanya mengaburkan pandangan, tetapi juga merayap masuk ke dalam rumah-rumah warga, menempel di kaca jendela, memenuhi pakaian yang sedang dijemur, dan bahkan mengotori kendaraan yang terparkir di pekarangan.
Bagi mereka yang tinggal dalam jarak sekitar 50 meter dari tempat penggilingan, hari-hari mereka diisi dengan kekhawatiran yang terus-menerus. Bukan hanya kenyamanan yang terganggu—kesehatan pun menjadi taruhan utama.
Banyak warga mengaku sering mengalami gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Batuk kering, sesak napas, dan iritasi tenggorokan menjadi hal yang kerap terjadi. Salah satu warga yang rumahnya paling dekat dengan lokasi tersebut mengungkapkan kewajibannya membersihkan rumah setiap pagi karena lantai, meja, dan pakaian dijemuran selalu dipenuhi debu. Anak-anaknya sering mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh.
Aktivitas penggilingan pasir berlangsung hampir setiap hari, menghasilkan suara mesin yang bising dan debu yang terus-menerus beterbangan. Debu ini tidak sepenuhnya tertahan oleh sistem penanganan yang ada, sehingga mudah menyebar ke area sekitarnya.
Warga terpaksa membersihkan perabotan rumah mereka berkali-kali dalam sehari. Namun, mereka tidak ingin hanya terbiasa dengan kekotoran—mereka juga tidak ingin terbiasa dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan. Salah seorang warga menyampaikan kekhawatirannya bahwa partikel debu yang masuk ke paru-paru dapat menimbulkan dampak serius dalam jangka panjang.
Pada awal Desember lalu, warga telah mengadukan kondisi ini melalui platform Sapawarga Jawa Barat. Aduan tersebut kemudian diteruskan ke Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya sebagai otoritas yang berwenang. Namun, hingga saat ini, warga masih belum menerima tindak lanjut yang memuaskan.
Seorang tokoh masyarakat menyampaikan bahwa meskipun aduan telah diteruskan ke pemerintah kota, belum ada solusi nyata yang diberikan. Mereka berharap pihak berwenang dapat langsung turun ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya, bukan hanya mengandalkan laporan tertulis.
Warga juga berharap ada pihak yang dapat membantu mempercepat proses penanganan aduan ini, terutama bagi mereka yang memiliki akses atau pemahaman terhadap prosedur penanganan masalah lingkungan.
Permintaan warga sebenarnya sederhana: mereka hanya ingin kembali bisa bernapas dengan nyaman dan membiarkan anak-anak mereka bermain di luar tanpa harus takut terpapar debu berbahaya.
Data Riset Terbaru: Dampak Debu Silika pada Kesehatan Pernapasan
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine (2025) menunjukkan bahwa paparan debu silika halus, seperti yang dihasilkan dari aktivitas penggilingan batu dan pasir, dapat meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) hingga 45% pada populasi yang tinggal di sekitar area industri. Partikel berukuran di bawah 10 mikrometer (PM10) dan terutama PM2.5 mampu menembus hingga ke alveoli, menyebabkan peradangan kronis dan penurunan fungsi paru.
Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan (2024) mencatat peningkatan kasus ISPA sebesar 22% di wilayah yang dekat dengan aktivitas penambangan dan penggilingan material alam. Wilayah Jawa Barat, khususnya daerah yang memiliki banyak industri pengolahan batu dan pasir, menjadi salah satu zona dengan angka kunjungan puskesmas terkait gangguan pernapasan tertinggi.
Rekomendasi dari para ahli lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah penerapan sistem penyaringan udara (dust collector), penyiraman area penggilingan secara rutin, dan pembatasan radius operasional industri dari permukiman warga.
Analisis Unik dan Simplifikasi: Mengapa Debu Tidak Bisa Dianggap Sepele?
Debu bukan sekadar kotoran yang bisa disapu atau dilap. Partikel halus yang dihasilkan dari penggilingan batu mengandung kristal silika bebas—zat yang tergolong karsinogenik oleh International Agency for Research on Cancer (IARC). Ketika terhirup, partikel ini tidak hanya menyebabkan iritasi, tetapi juga dapat memicu mutasi sel dan fibrosis paru.
Dampaknya tidak langsung terasa. Gejala awal seperti batuk atau sesak mungkin dianggap biasa. Namun, dalam jangka panjang, paparan berkelanjutan dapat menyebabkan silikosis—penyakit paru yang tidak bisa disembuhkan dan mematikan.
Solusi tidak harus rumit. Teknologi water spray system dan penutup conveyor dapat mengurangi penyebaran debu hingga 80%. Namun, kuncinya adalah kesadaran dan kepatuhan dari pengelola usaha, serta pengawasan ketat dari pemerintah daerah.
Studi Kasus: Desa Cikawung, Kabupaten Tasikmalaya
Pada tahun 2022, Desa Cikawung pernah mengalami kasus serupa. Dua unit mesin penggilingan pasir beroperasi tanpa izin lingkungan dan tanpa sistem pengendali debu. Dalam waktu enam bulan, tercatat 68 kasus ISPA di Puskesmas setempat, 40% di antaranya adalah anak-anak usia sekolah.
Setelah dilakukan protes massal oleh warga dan peninjauan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, kedua unit mesin akhirnya ditutup sementara. Pengelola diminta memasang filter debu dan menjauhkan lokasi dari permukiman. Hasilnya, dalam tiga bulan berikutnya, kasus ISPA menurun drastis hingga 75%.
Kasus ini membuktikan bahwa tindakan cepat dan tegas mampu mengubah kondisi secara signifikan. Namun, keterlibatan masyarakat dalam pengawasan lingkungan tetap menjadi kunci utama.
Infografis: Jalur Penyebaran Debu dan Dampaknya pada Tubuh Manusia
- Sumber Debu: Mesin penggilingan batu dan pasir tanpa filter
- Penyebaran: Terbawa angin, menyebar hingga radius 500 meter
- Masuk ke Tubuh: Melalui saluran pernapasan (hidung dan mulut)
- Perjalanan Partikel: PM10 tertahan di tenggorokan, PM2.5 menembus paru-paru
-
Dampak Kesehatan:
- Iritasi saluran napas
- Batuk kronis
- Sesak napas
- PPOK dan silikosis (jangka panjang)
-
Solusi:
- Water spray system
- Dust collector
- Relokasi dari permukiman
- Pengawasan rutin oleh instansi terkait
Lingkungan yang sehat bukanlah kemewahan—itu adalah hak dasar setiap manusia. Jangan biarkan debu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Suara mesin boleh berisik, tapi jangan biarkan diamnya pemerintah menjadi alasan untuk tidak bertindak. Warga berhak atas udara bersih, dan setiap napas yang dihirup harus menjadi napas yang aman. Mari jadikan lingkungan tempat tinggal sebagai zona nyaman, bukan zona bahaya.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.