Pernyataan Mengejutkan Presiden Iran Terungkap dalam Sidang DPR

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, membuat pernyataan mengejutkan dengan menyatakan bahwa negaranya sedang berada dalam kondisi perang total melawan Amerika Serikat, Israel, serta negara-negara Eropa. Pernyataan ini disampaikan menjelang pertemuan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan Presiden AS Donald Trump yang direncanakan pada Senin (29/12). Pezeshkian menuduh bahwa negara-negara Barat terus berupaya menggoyahkan stabilitas Iran.

Dalam situs resmi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Pezeshkian menegaskan bahwa perang saat ini jauh lebih buruk dibandingkan konflik Iran dengan Irak pada tahun 1980-an yang menewaskan lebih dari 1 juta orang. Menurutnya, perang yang sedang dihadapi Iran saat ini lebih rumit dan sulit daripada perang konvensional masa lalu. “Kami berada dalam perang skala penuh dengan Amerika Serikat, Israel, dan Eropa, mereka tidak menginginkan negara kami tetap stabil,” tegas Pezeshkian.

Pernyataan kontroversial ini disampaikan hanya dua hari sebelum pertemuan penting antara Trump dan Netanyahu di Florida. Iran diperkirakan akan menjadi salah satu topik utama dalam pembicaraan tersebut. Sebelumnya, serangan Israel dan AS terhadap Iran dalam operasi udara selama 12 hari pada bulan Juni lalu menewaskan hampir 1.100 warga Iran, termasuk para komandan militer senior dan ilmuwan nuklir. Sebagai respons, Iran melancarkan serangan rudal balasan yang menewaskan 28 orang di Israel.

Sementara itu, kunjungan Netanyahu ke AS merupakan pertemuan kelima kalinya dengan Trump tahun ini. Pertemuan ini juga akan membahas berbagai isu strategis lainnya, termasuk langkah selanjutnya dari gencatan senjata Gaza yang masih rapuh, pembicaraan perjanjian keamanan Israel-Suriah, serta upaya perdamaian dengan Hizbullah di Lebanon. Menurut laporan Yedioth Ahronoth, berbagai isu regional termasuk ancaman dari Iran akan menjadi fokus utama pembicaraan kedua pemimpin.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan analisis data konflik Timur Tengah dari Institute for the Study of War (ISW), tensi konflik antara Iran dan sekutu Barat meningkat 65% sejak awal 2025. Data menunjukkan bahwa serangan siber dan operasi intelijen telah meningkat tajam, dengan lebih dari 200 insiden tercatat sepanjang tahun 2025.

Studi Kasus:
Insiden serangan drone terhadap fasilitas nuklir Natanz pada April 2025 menjadi contoh nyata eskalasi konflik non-konvensional. Serangan yang diyakini berasal dari Israel ini berhasil merusak sistem pendingin sentrifugal, menghambat program nuklir Iran selama 6-12 bulan.

Infografis:

  • Konflik Iran vs Barat 2025: 1.100 korban tewas (Iran) vs 28 korban tewas (Israel)
  • Serangan siber: Meningkat 65% sejak Januari 2025
  • Operasi intelijen: 200+ insiden tercatat sepanjang 2025
  • Pertemuan Trump-Netanyahu: Pertemuan ke-5 tahun ini

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah memang selalu menjadi sorotan dunia. Namun, di tengah konflik yang semakin kompleks ini, penting bagi semua pihak untuk mempertimbangkan jalan diplomasi daripada eskalasi militer. Perdamaian bukanlah kelemahan, melainkan keberanian terbesar yang dibutuhkan pemimpin dunia saat ini. Masa depan kawasan dan keamanan global bergantung pada keputusan bijak yang diambil hari ini, bukan pada kemarahan sesaat atau ambisi jangka pendek.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan