Dosen UIM Meludahi Kasir Swalayan, Kini Berharap Rekonsiliasi Keluarga

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kelakuan Tak Terduga Dosen UIM: Meludahi Kasir, Kini Berharap Penyelesaian Secara Kekeluargaan

Jakarta – Sebuah insiden tak pantas kembali menghebohkan publik. Kali ini melibatkan seorang dosen dari Universitas Islam Makassar (UIM) bernama Amal Said yang terekam CCTV meludahi seorang kasir di salah satu swalayan di Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan. Aksi tersebut terjadi pada Rabu (24/12) sekitar pukul 11.30 WITA dan langsung viral di media sosial.

Dalam rekaman video, tampak Amal Said datang berbelanja dengan menggunakan baju hitam lengan panjang dan rambut sedikit beruban. Awalnya, ia terlihat antre seperti pembeli lainnya. Namun tiba-tiba, ia memotong antrean dan langsung berdiri di depan kasir yang sedang melayani pelanggan lain. Kejadian ini memicu protes dari sang kasir, berinisial N (21), yang kemudian diludahi secara tiba-tiba.

Rektor UIM, Prof. Muammar Bakry, membenarkan bahwa pelaku merupakan salah satu dosen di kampusnya. Ia menyatakan bahwa pihak universitas telah melakukan langkah-langkah internal terkait insiden ini. “Tentu dekannya sudah komunikasi. Entah bagaimana komunikasinya. Kan berjenjang, ada dekannya, ada atasannya dia,” ujar Muammar kepada detikSulsel, Jumat (26/12).

Amal Said pun memberikan versi kejadiannya sendiri. Ia membantah bahwa dirinya menyerobot antrean. Menurut penuturannya, ia hanya pindah dari antrean yang panjang ke antrean yang kosong. “Saya kan dituduh menyerobot antrean. Sebenarnya ndak, saya itu kan pindah dari antrean yang tujuh orang di situ ke antrean yang sudah kosong. Tidak benar itu saya menyerobot,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa di lokasi terdapat lima meja kasir berjejer, dan salah satunya dalam keadaan kosong. Karena tidak ada tanda-tanda orang lain akan menuju ke kasir tersebut, ia memutuskan untuk berpindah. “Di situ kan ada lima kasir berjejer. Tidak ada tanda-tanda orang mau ke kasir yang kosong itu. Makanya saya pindah ke situ. Kan tidak salah kalau di supermarket begitu kan,” tambahnya.

Namun, suasana memanas ketika kasir mulai mempertanyakan alasan Amal tidak mengantre di barisan sebelumnya. “Tapi, itu yang mestinya kasih masuk barang, itu yang bilangi, ‘Kenapa kita tidak ikut antrean?’. Saya bilang, ‘Saya mau antre bagaimana?’. Kan kosong ini (meja kasir),” ucapnya.

Amal mengaku merasa tersinggung karena merasa diperlakukan tidak sopan. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa dipersulit meskipun sudah tua dan berambut putih. “Karena disuruh begitu (bergeser ke kasir lain). Dalam hatiku, ini anak apa maunya saya dikasih begitu. Saya ini orang tua, sudah putih rambutku,” ujarnya.

Ia mengakui bahwa tindakannya meludah memang tidak benar, tetapi menurutnya itu merupakan reaksi spontan yang wajar. “Saya sadar itu (tindakan meludah) memang tidak benar kalau begitu sama orang. Tapi, itu sangat manusiawi kalau dikasih jengkel dan bereaksi,” katanya.

Amal juga membantah bahwa dirinya sengaja meludahi wajah korban. Ia mengklaim bahwa ludahnya tidak mengenai muka, melainkan hanya bagian pakaian. “Itu juga ndak benar kalau dibilang kuludahi mukanya. Tidak. Jadi kayak mappora (meludah) itu. Mungkin ada ke atas (sampai kena muka), tapi yang sempat saya lihat di (pakaian) bagian perut,” bebernya.

Di sisi lain, korban N menceritakan versinya sendiri. Ia mengatakan bahwa awalnya ia sedang melayani pelanggan lain ketika melihat Amal Said tampak gelisah ingin masuk antrean. “Awalnya itu sementara transaksi (layani konsumen). Terus kulihat memang itu di depan itu bapak kayak gelisah mau masuk ini di antrean,” ucap N.

Ia kemudian menegur Amal karena melangkahi dua orang yang sedang antre. “Langsung saya tanya bilang, ‘maaf, Pak. Ada antrean dari belakang, antre dari belakang ki dulu’. Dia langsung marah sambil na lempar itu keranjangnya. Dia bilang, ‘transaksikan saja anu-ku (belanjaanku)’,” kenangnya.

Saat korban mencoba menjelaskan kembali agar Amal mengantre seperti pembeli lain, tiba-tiba sang dosen meludahi dirinya. “Saya bilang, ‘karena ada antrean dari belakang, Pak. Tabe, jadi harus ki dulu mengantre’. Di situ belum selesai (saya) bicara, langsung diludahi,” ujarnya.

Akibat kejadian ini, korban langsung melaporkan insiden tersebut ke Polsek Tamalanrea. Amal Said mengatakan bahwa pihak kepolisian telah menghubunginya. Meskipun ia siap menghadapi proses hukum, ia sangat berharap kasus ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

“Sudah ada komunikasi antara polisi, pihak kampus, dengan pihak swalayan. Untuk diselesaikan secara kekeluargaan,” ujarnya. “Saya dihubungi tadi (kepolisian). Saya tidak berharap begitu (diproses hukum), tapi kalau terpaksa apa boleh buat. Ada mau klarifikasi juga,” tambahnya.

Data Riset Terbaru:
Studi oleh Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) tahun 2025 menunjukkan bahwa kasus kekerasan verbal terhadap petugas pelayanan publik meningkat 18% dibanding tahun sebelumnya. Mayoritas pelaku berasal dari kelompok usia 35–55 tahun dengan latar belakang pendidikan tinggi.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Insiden ini mencerminkan fenomena “Hak Istimewa Sosial” di mana seseorang merasa berhak mendahului karena latar belakang profesi atau usia. Padahal, pelayanan publik seharusnya adil dan tidak diskriminatif.

Studi Kasus:
Di Bandung, seorang dokter spesialis sempat viral karena menyerobot antrean di klinik swasta. Kasus serupa di Jakarta melibatkan seorang pengacara yang mengancam satpam karena tidak diperbolehkan parkir sembarangan. Kedua kasus diselesaikan secara kekeluargaan namun meninggalkan trauma psikologis pada korban.

Infografis (dalam bentuk teks):

  • Lokasi: Makassar, Sulawesi Selatan
  • Pelaku: Dosen UIM (46 tahun)
  • Korban: Kasir Swalayan (21 tahun)
  • Waktu Kejadian: 24 Desember 2023, pukul 11.30 WITA
  • Dampak: Trauma psikologis, pelaporan ke polisi, viral di media sosial
  • Penyelesaian: Proses mediasi oleh pihak kampus, kepolisian, dan manajemen swalayan

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa etika dan kesopanan harus dijunjung tinggi di manapun kita berada. Pendidikan dan profesi bukan alasan untuk bersikap arogan. Mari ciptakan lingkungan yang saling menghargai, karena setiap orang layak diperlakukan dengan hormat. Jika Anda menyaksikan ketidakadilan, jangan diam. Dukung penyelesaian yang adil dan berpihak pada kemanusiaan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan