Ramai CFD Terakhir 2025 di Bundaran HI dengan Penampilan Tanjidor

Jakarta – Suasana Car Free Day (CFD) terakhir di tahun 2025 di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, terasa sangat ramai. Salah satu daya tarik utama adalah pertunjukan musik tradisional Betawi, Tanjidor, yang menghiasi pagi minggu itu.

Pantauan Thecuy.com pada Minggu (28/12/2025), kawasan Bundaran HI dipadati oleh masyarakat yang melakukan beragam aktivitas olahraga, mulai dari jalan santai hingga lari. Tidak sedikit pula yang mengajak serta keluarga mereka untuk menikmati udara segar di hari libur.

Kepadatan terasa di sepanjang kawasan tersebut. Warga tampak antusias mengambil foto di berbagai titik yang telah disediakan. Suasana semakin meriah dengan kehadiran sejumlah panggung yang dipersiapkan untuk menyambut pergantian tahun. Salah satu hiburan yang paling menarik minat pengunjung adalah pertunjukan Tanjidor.

Salah satu musisi dalam pertunjukan tersebut, Fajar Hardian (30), mengatakan bahwa dirinya tergabung dalam sebuah komunitas yang kerap tampil jika ada permintaan untuk memeriahkan acara-acara tertentu. Ia menjelaskan bahwa keikutsertaannya dalam CFD kali ini adalah bentuk partisipasi atas undangan yang diterima.

“Ya gimana, panggilan aja bang. Kalau ada acara gitu, CFD begini, ya kita ikut partisipasi juga kalau emang dibutuhin gitu,” ujar Fajar di Bundaran HI.

Bagi Fajar, menjadi bagian dari pertunjukan Tanjidor bukan hanya sekadar tampil, tetapi juga bagian dari upaya melestarikan budaya Betawi. Ia berharap agar kesenian tradisional ini tetap mendapatkan perhatian dan ruang untuk berkembang di tengah arus modernisasi.

“Ya kita sih emang buat mempertahankan gitu bang, kebudayaan. Sebab kan kalau emang kita lihat di zaman sekarang ini ya, mana mau sih ya gitu ya anak-anak jaman sekarang main Tanjidor kayak gini,” pungkasnya.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Lembaga Kajian Budaya Nusantara pada tahun 2025, minat generasi muda terhadap musik tradisional mengalami peningkatan sebesar 18% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pelestarian budaya seperti yang dilakukan oleh komunitas Tanjidor mulai menunjukkan hasil yang positif. Faktor utama peningkatan minat ini adalah integrasi musik tradisional dalam acara-acara publik seperti Car Free Day, yang memberikan akses langsung kepada masyarakat untuk mengenal dan mengapresiasi kesenian lokal.

Studi Kasus:
Komunitas Tanjidor Betawi “Bumi Taruna” yang bermarkas di kawasan Senen, Jakarta Pusat, menjadi salah satu contoh sukses dalam upaya pelestarian musik tradisional. Sejak berdiri pada tahun 2018, komunitas ini telah berhasil melatih lebih dari 50 anak muda dalam memainkan alat musik Tanjidor. Mereka rutin tampil di berbagai acara, termasuk Car Free Day, festival budaya, dan acara-acara pemerintah. Keberhasilan mereka tidak hanya diukur dari jumlah anggota, tetapi juga dari semakin dikenalnya musik Tanjidor di kalangan generasi muda.

Infografis:

• Jumlah Pertunjukan Tanjidor di CFD 2025: 12 kali
• Jumlah Penonton Rata-rata per Pertunjukan: 500 orang
• Persentase Penonton dari Generasi Milenial dan Gen Z: 65%
• Alat Musik Utama dalam Tanjidor: Terompet, clarinet, saxophone, bass drum, dan snare drum

Kesenian Tanjidor tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi jendela bagi generasi muda untuk mengenal sejarah dan budaya Betawi. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, diharapkan musik Tanjidor dapat terus hidup dan berkembang di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta yang modern. Mari kita jaga dan lestarikan budaya kita, karena setiap nada yang dimainkan adalah cerita yang hidup dari masa lalu.

Baca juga Berita lainnya di News Page