Ukraina Terus Digempur, Zelensky: Rusia Tak Ingin Akhiri Perang!

Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina, khususnya di ibu kota Kyiv, dengan menggunakan drone dan rudal pada Sabtu (27/12). Serangan ini mengakibatkan satu korban tewas, memutus aliran listrik ke ratusan ribu warga, serta melukai puluhan orang. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan bahwa serangan tersebut membuktikan Rusia tidak memiliki niat untuk mengakhiri konflik bersenjata ini.

Zelensky menyampaikan pernyataan ini menjelang kunjungannya ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Donald Trump, membahas upaya-upaya perdamaian guna menghentikan invasi Rusia. Menurutnya, sekitar 500 drone dan 40 rudal diluncurkan ke Kyiv dan wilayah sekitarnya dalam serangan tersebut. Ia menekankan bahwa pernyataan Rusia selama perundingan tidak sejalan dengan tindakan militer mereka di lapangan. “Mereka menggunakan rudal Kinzhal dan drone Shahed untuk berbicara, bukan kata-kata damai,” ujarnya, merujuk pada senjata-senjata canggih yang digunakan dalam serangan.

Rusia mengklaim bahwa target serangan mereka adalah infrastruktur dan fasilitas energi yang dimanfaatkan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina, serta sejumlah situs militer strategis. Namun, serangan ini justru berdampak luas pada kehidupan sipil, termasuk pemadaman listrik dan pemanas di tengah musim dingin yang ekstrem. Perdana Menteri Ukraina, Yulia Svyrydenko, melaporkan bahwa sekitar 600.000 konsumen kehilangan pasokan listrik akibat serangan tersebut. Bangunan-bangunan seperti apartemen, asrama universitas, dan pom bensin menjadi korban serangan.

Di sisi lain, Rusia menuduh Kyiv dan Uni Eropa berupaya menggagalkan rencana perdamaian yang dimediasi oleh Amerika Serikat. Namun, Zelensky bersikeras bahwa tindakan militer Rusia justru menunjukkan ketidaksungguhan Moskow dalam proses perdamaian. Ia menambahkan bahwa Rusia terus mencari celah untuk memperluas penderitaan Ukraina dan meningkatkan tekanan terhadap negara-negara lain di seluruh dunia.

Data riset terbaru dari Institute for the Study of War (ISW) menunjukkan bahwa Rusia telah meningkatkan frekuensi serangan drone sejak awal 2023, dengan lebih dari 1.200 drone dilaporkan jatuh di wilayah Ukraina dalam tiga bulan terakhir. Studi ini juga mengungkap bahwa serangan drone Rusia cenderung menargetkan infrastruktur vital, seperti pembangkit listrik dan jaringan distribusi energi, yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari warga sipil. Analisis ISW menunjukkan bahwa strategi ini merupakan bagian dari upaya Rusia untuk melemahkan ketahanan nasional Ukraina secara sistematis.

Studi kasus terbaru dari Kyiv menunjukkan bahwa serangan drone dan rudal tidak hanya merusak infrastruktur fisik, tetapi juga berdampak pada psikologis masyarakat. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kyiv International Institute of Sociology (KIIS) pada Desember 2023 mengungkap bahwa 68% warga Kyiv merasa cemas dan tidak aman akibat serangan-serangan yang terjadi secara rutin. Infografis dari KIIS menunjukkan peningkatan signifikan dalam permintaan bantuan psikologis sejak serangan-serangan besar terakhir dilancarkan.

Terlepas dari tekanan militer dan psikologis yang terus meningkat, Ukraina tetap menunjukkan ketahanan luar biasa. Dukungan internasional, terutama dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, terus mengalir dalam bentuk bantuan militer, kemanusiaan, dan finansial. Upaya-upaya diplomatik juga terus digencarkan, meskipun tantangan yang dihadapi masih sangat besar. Masyarakat internasional diminta untuk tidak hanya menyampaikan dukungan moral, tetapi juga mengambil tindakan nyata guna mendorong perdamaian yang adil dan berkelanjutan di kawasan ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page