Kelompok Separatis Yaman Tak Gentar Usai Serangan Arab Saudi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kelompok separatis yang beroperasi di Yaman menyatakan tidak terintimidasi setelah serangan udara Arab Saudi menghantam posisi mereka pada Jumat (26/12) waktu setempat. Ini merupakan eskalasi terbaru sejak kelompok tersebut berhasil merebut sebagian besar wilayah Yaman dalam beberapa pekan terakhir. Kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab ini berupaya menghidupkan kembali negara Yaman Selatan yang sebelumnya pernah merdeka. Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi telah memperingatkan mereka untuk mundur dari wilayah yang mereka kuasai.

Washington yang menganggap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sebagai sekutu, menyerukan pengendalian diri. Tidak ada laporan korban jiwa dalam serangan udara Saudi di provinsi Hadramawt, yang terjadi di tengah eskalasi dramatis dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade dan telah menjerumuskan Yaman ke dalam bencana kemanusiaan.

Dewan Transisi Selatan (STC), kelompok separatis tersebut, menyatakan bahwa serangan tersebut “tidak akan menghasilkan jalan pemahaman apa pun dan tidak akan menghalangi rakyat Selatan untuk terus bergerak maju menuju pemulihan hak-hak penuh mereka”. Pemerintah Yaman mendesak koalisi pimpinan Saudi untuk mendukung pasukannya di Hadramawt setelah kelompok separatis merebut sebagian besar wilayah provinsi terbesar di negara tersebut.

Pemerintah Yaman meminta koalisi untuk “mengambil semua tindakan militer yang diperlukan untuk melindungi warga sipil Yaman yang tidak bersalah di provinsi Hadramawt dan mendukung angkatan bersenjata” dalam melakukan de-eskalasi. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio berupaya untuk tidak memihak antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. “Kami mendesak pengendalian diri dan diplomasi berkelanjutan, dengan tujuan mencapai solusi yang langgeng,” kata Rubio dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa Washington “berterima kasih atas kepemimpinan diplomatik” dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, seorang pejabat pemerintah Yaman di Riyadh mengatakan kepada AFP minggu ini bahwa kepala dewan kepresidenan Yaman bertemu dengan para duta besar negara-negara Barat dan menteri pertahanan Arab Saudi sambil mengirimkan utusan ke Aden, Yaman untuk membujuk STC agar menarik diri dari provinsi Hadramawt dan Mahra. Awal bulan ini, delegasi militer Saudi-Uni Emirat Arab mengunjungi Aden untuk meminta STC mengembalikan kedua provinsi tersebut. Jika upaya untuk mengembalikan wilayah tersebut gagal, Arab Saudi telah memberi sinyal kepada pemerintah Yaman bahwa mereka dapat melancarkan serangan udara dan mengerahkan pasukan yang disebut Nation Shield untuk melakukan serangan darat.

Sebuah eskalasi terbaru sejak kelompok tersebut merebut sebagian wilayah Yaman, bulan lalu. Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (27/12/2025), separatis yang didukung Uni Emirat Arab tersebut berupaya menghidupkan kembali negara Yaman Selatan yang sebelumnya telah merdeka. Kelompok itu berhasil merebut sejumlah wilayah Yaman dalam beberapa pekan terakhir. Sementara Arab Saudi, pendukung utama pemerintah Yaman, telah memperingatkan mereka untuk mundur.

Washington, yang menganggap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sebagai sekutu, menyerukan untuk mengendalikan diri. Tidak ada laporan tentang korban jiwa dalam serangan udara Saudi di provinsi Hadramawt, yang terjadi di tengah eskalasi dramatis dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade itu. Konflik itu telah menjerumuskan Yaman ke dalam bencana kemanusiaan.

Kelompok separatis Dewan Transisi Selatan (STC) tersebut mengatakan serangan itu “tidak akan menghasilkan jalan pemahaman apa pun dan tidak akan menghalangi rakyat Selatan untuk terus bergerak maju menuju pemulihan hak-hak penuh mereka”. Setelah serangan udara tersebut, pemerintah Yaman mendesak koalisi pimpinan Saudi untuk mendukung pasukannya di Hadramawt, setelah kelompok separatis merebut sebagian besar wilayah provinsi terbesar di negara itu.

Pemerintah Yaman meminta koalisi untuk “mengambil semua tindakan militer yang diperlukan untuk melindungi warga sipil Yaman yang tidak bersalah di provinsi Hadramawt dan mendukung angkatan bersenjata” dalam melakukan de-eskalasi. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio berupaya untuk tak memihak antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. “Kami mendesak pengendalian diri dan diplomasi berkelanjutan, dengan tujuan mencapai solusi yang langgeng,” kata Rubio dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa Washington “berterima kasih atas kepemimpinan diplomatik” dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, seorang pejabat pemerintah Yaman di Riyadh mengatakan kepada AFP minggu ini, bahwa kepala dewan kepresidenan Yaman bertemu dengan para duta besar negara-negara Barat dan menteri pertahanan Arab Saudi sambil mengirimkan utusan ke Aden, Yaman untuk membujuk STC agar menarik diri dari provinsi Hadramawt dan Mahra. Awal bulan ini, delegasi militer Saudi-Uni Emirat Arab mengunjungi Aden untuk meminta STC mengembalikan kedua provinsi tersebut.

Jika upaya untuk mengembalikan wilayah tersebut gagal, Arab Saudi telah memberi sinyal kepada pemerintah Yaman bahwa mereka dapat melancarkan serangan udara dan mengerahkan pasukan yang disebut Nation Shield, untuk melakukan serangan darat. Kelompok separatis yang beroperasi di Yaman menyatakan tidak terintimidasi setelah serangan udara Arab Saudi menghantam posisi mereka pada Jumat (26/12) waktu setempat. Ini merupakan eskalasi terbaru sejak kelompok tersebut berhasil merebut sebagian besar wilayah Yaman dalam beberapa pekan terakhir.

Kelompok separatis yang didukung Uni Emirat Arab ini berupaya menghidupkan kembali negara Yaman Selatan yang sebelumnya pernah merdeka. Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi telah memperingatkan mereka untuk mundur dari wilayah yang mereka kuasai. Washington yang menganggap Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sebagai sekutu, menyerukan pengendalian diri. Tidak ada laporan korban jiwa dalam serangan udara Saudi di provinsi Hadramawt, yang terjadi di tengah eskalasi dramatis dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari satu dekade dan telah menjerumuskan Yaman ke dalam bencana kemanusiaan.

Dewan Transisi Selatan (STC), kelompok separatis tersebut, menyatakan bahwa serangan tersebut “tidak akan menghasilkan jalan pemahaman apa pun dan tidak akan menghalangi rakyat Selatan untuk terus bergerak maju menuju pemulihan hak-hak penuh mereka”. Pemerintah Yaman mendesak koalisi pimpinan Saudi untuk mendukung pasukannya di Hadramawt setelah kelompok separatis merebut sebagian besar wilayah provinsi terbesar di negara tersebut.

Pemerintah Yaman meminta koalisi untuk “mengambil semua tindakan militer yang diperlukan untuk melindungi warga sipil Yaman yang tidak bersalah di provinsi Hadramawt dan mendukung angkatan bersenjata” dalam melakukan de-eskalasi. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio berupaya untuk tidak memihak antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. “Kami mendesak pengendalian diri dan diplomasi berkelanjutan, dengan tujuan mencapai solusi yang langgeng,” kata Rubio dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa Washington “berterima kasih atas kepemimpinan diplomatik” dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, seorang pejabat pemerintah Yaman di Riyadh mengatakan kepada AFP minggu ini bahwa kepala dewan kepresidenan Yaman bertemu dengan para duta besar negara-negara Barat dan menteri pertahanan Arab Saudi sambil mengirimkan utusan ke Aden, Yaman untuk membujuk STC agar menarik diri dari provinsi Hadramawt dan Mahra. Awal bulan ini, delegasi militer Saudi-Uni Emirat Arab mengunjungi Aden untuk meminta STC mengembalikan kedua provinsi tersebut. Jika upaya untuk mengembalikan wilayah tersebut gagal, Arab Saudi telah memberi sinyal kepada pemerintah Yaman bahwa mereka dapat melancarkan serangan udara dan mengerahkan pasukan yang disebut Nation Shield untuk melakukan serangan darat.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan terbaru dari Institute for Economics & Peace (IEP) tahun 2024, konflik di Yaman masih menjadi salah satu yang paling mematikan di dunia dengan lebih dari 377.000 kematian tidak langsung akibat kelaparan dan penyakit. Serangan udara koalisi Arab Saudi sejak 2015 telah meningkatkan ketegangan regional, dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab kini berselisih mengenai strategi penanganan kelompok separatis. Data dari UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) menunjukkan bahwa 21,6 juta orang di Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Konflik Yaman telah berevolusi dari perang saudara menjadi medan pertarungan proxy antara kekuatan regional. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, meski sama-sama anti-Houthi, kini memiliki kepentingan yang bertentangan. Saudi ingin mempertahankan pemerintah Yaman yang sah, sementara UEA mendukung separatis selatan yang ingin memisahkan diri. Ini menciptakan paradoks di mana dua sekutu AS saling bersaing di medan perang yang sama. Konflik ini juga memperlihatkan bagaimana intervensi asing sering memperburuk situasi daripada menyelesaikannya.

Studi Kasus:
Provinsi Hadramawt menjadi kunci strategis dalam konflik ini karena sumber daya minyaknya yang melimpah. Pada November 2024, STC berhasil menguasai sebagian besar wilayah ini, mengancam pasokan energi Arab Saudi. Ini memicu kemarahan Riyadh dan mendorong mereka untuk mempertimbangkan opsi militer langsung, meskipun sebelumnya mereka mengandalkan dukungan logistik kepada pemerintah Yaman.

Infografis:

  • Durasi Konflik: 10 tahun (2015-2025)
  • Korban Jiwa: 377.000+ (tidak langsung)
  • Pihak Terlibat: Pemerintah Yaman, Houthi, STC, Arab Saudi, Uni Emirat Arab
  • Dukungan Internasional: AS mendukung Arab Saudi, Eropa menyerukan gencatan senjata
  • Provinsi Strategis: Hadramawt dan Mahra

Dunia membutuhkan solusi politik yang inklusif, bukan eskalasi militer yang hanya memperpanjang penderitaan rakyat Yaman. Hanya dengan dialog tanpa syarat dan penghentian intervensi asing, perdamaian yang langgeng dapat terwujud di negeri yang telah lama terluka ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan