Pamit Kerja ke Medan, Warga Kabupaten Tasikmalaya Ini Malah Jadi Korban TPPO di Kamboja

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memberikan perhatian serius terhadap nasib sepuluh warganya yang menjadi korban perdagangan orang di Kamboja. Salah satu korban, Taufik Hidayat (25), berasal dari Desa Kutawaringin, Kecamatan Salawu. Kepala Desa Kutawaringin, Sarip Hidayat, membenarkan bahwa Taufik adalah warganya dan telah menghilang kontak selama beberapa bulan.

Taufik sebelumnya bekerja sebagai tukang jahit di Jakarta. Enam bulan lalu, ia memutuskan untuk ikut temannya bekerja ke Medan. Namun, alih-alih bekerja, ia justru ditampung di sebuah tempat yang menjadi transit calon pekerja ilegal ke luar negeri. Informasi ini diungkapkan oleh ibu korban, Euis, yang menyatakan bahwa Taufik sempat menghubungi keluarga selama berada di Medan, tetapi setelah itu kontaknya terputus.

Sekitar sepekan lalu, pihak desa menerima telepon dari Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tasikmalaya terkait nasib Taufik. Sarip Hidayat langsung berkoordinasi dengan dinas terkait. Ia juga mengapresiasi respon cepat Bupati Tasikmalaya yang berjanji akan membantu proses pemulangan korban sesuai prosedur yang berlaku.

Euis menceritakan bahwa Taufik akhirnya menghubungi keluarga dalam keadaan menangis. Ia mengaku berada di Kamboja dan ingin pulang, tetapi tidak memiliki uang. Di Kamboja, Taufik dan rekan-rekannya ternyata tidak dipekerjakan secara resmi, melainkan dipaksa melakukan penipuan online. Mereka dikurung di sebuah ruangan dan sering dimarahi. Salah satu temannya bahkan pernah disetrum hingga menjerit kesakitan.

Karena kondisi yang memprihatinkan, Taufik dan rekan-rekannya nekat melarikan diri dari kamp penampungan. Setelah beberapa hari terlunta-lunta, Taufik akhirnya berhasil mencapai Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja. Pemerintah setempat dan pihak KBRI saat ini sedang berkoordinasi untuk memulangkan para korban ke tanah air.

Kasus ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap tawaran pekerjaan di luar negeri yang tidak jelas prosedurnya. Pemerintah daerah juga diminta untuk lebih intensif dalam memberikan sosialisasi tentang bahaya perdagangan orang dan memberikan perlindungan kepada warga yang hendak bekerja ke luar negeri.

Data Riset Terbaru: Studi dari Kementerian Luar Negeri tahun 2025 menunjukkan peningkatan kasus perdagangan orang lintas negara sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya. Mayoritas korban berasal dari daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan rendah. Modus operandi yang sering digunakan adalah tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi di luar negeri.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Kasus perdagangan orang di Kamboja ini mencerminkan lemahnya sistem perlindungan tenaga kerja di tingkat lokal. Banyak calo atau agen nakal memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat tentang prosedur resmi bekerja di luar negeri. Mereka menawarkan pekerjaan dengan iming-iming gaji besar, padahal korban justru dipekerjakan secara ilegal dan diperlakukan secara tidak manusiawi.

Studi Kasus: Taufik Hidayat adalah contoh nyata bagaimana seorang pekerja harian bisa terjebak dalam jaringan perdagangan orang. Awalnya ia hanya ingin mencari pekerjaan yang lebih baik, tetapi karena kurangnya informasi dan pengawasan dari pihak berwenang, ia justru menjadi korban kejahatan lintas negara.

Infografis: Grafik menunjukkan tren peningkatan kasus perdagangan orang di Asia Tenggara selama lima tahun terakhir, dengan Kamboja, Myanmar, dan Laos sebagai negara tujuan utama. Sebagian besar korban berasal dari Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Ayo bersama-sama kita tingkatkan kewaspadaan terhadap modus-modus penipuan kerja di luar negeri. Lindungi diri dan keluarga dari rayuan gombal agen-agen nakal yang hanya memikirkan keuntungan pribadi. Cari informasi secara resmi dan selalu gunakan jalur yang sah untuk bekerja di luar negeri.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan