Permukiman Yahudi di Tepi Barat kembali menjadi sorotan setelah Israel mengumumkan rencana pembangunan 19 permukiman baru. Aksi ini menuai kecaman keras dari 14 negara Barat, termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman. Mereka menilai keputusan Kabinet Keamanan Israel tersebut sebagai bentuk pelanggaran hukum internasional.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Prancis, ke-14 negara tersebut menegaskan penentangan tegas terhadap aneksasi dan ekspansi permukiman. Mereka juga mengingatkan bahwa langkah sepihak ini berpotensi merusak gencatan senjata yang rapuh di Gaza, di tengah upaya mediator mendorong fase kedua kesepakatan.
Ke-14 negara tersebut mengimbau Israel untuk membatalkan keputusan pembangunan permukiman baru dan menghentikan ekspansi wilayah. Mereka menegaskan kembali komitmen terhadap solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan secara damai dan aman.
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, secara terbuka mengungkapkan bahwa pembangunan permukiman ini dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya negara Palestina. Israel telah menduduki Tepi Barat sejak perang 1967. Di wilayah ini, lebih dari 500.000 warga Israel tinggal berdampingan dengan sekitar tiga juta penduduk Palestina, tanpa termasuk Yerusalem Timur yang dianeksasi oleh Israel.
PBB sendiri mengungkapkan bahwa perluasan permukiman Israel di Tepi Barat mencapai level tertinggi sejak 2017. Semua permukiman di wilayah ini dianggap ilegal menurut hukum internasional.
Data Riset Terbaru 2025 menunjukkan bahwa jumlah permukiman baru yang disetujui dalam satu tahun terakhir merupakan yang terbesar sejak 2001. Studi dari B’Tselem mencatat peningkatan 23% dalam luas wilayah permukiman selama 2024-2025. Analisis menunjukkan bahwa ekspansi ini tidak hanya mengurangi ruang hidup bagi warga Palestina, tetapi juga mempersulit konektivitas antar wilayah otonomi.
Studi kasus di Hebron menunjukkan dampak nyata dari ekspansi permukiman: 17 keluarga Palestina terpaksa pindah karena tekanan keamanan dan ekonomi. Infografis terbaru dari OCHA menyajikan visualisasi perubahan peta Tepi Barat selama 10 tahun terakhir, menunjukkan fragmentasi wilayah yang semakin parah.
Pembangunan permukiman bukan sekadar isu tata ruang, tapi juga soal masa depan perdamaian. Setiap blok beton yang didirikan di atas tanah sengketa adalah batu yang menghambat jalan menuju solusi dua negara. Masa depan yang damai membutuhkan keberanian untuk menghentikan ekspansi dan kembali ke meja perundingan dengan itikad baik.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.