Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog melakukan operasi pasar di Pasar Rawamangun dan Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur. Hasilnya, ditemukan beberapa pedagang menjual beras di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan.
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, bersama dengan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, melakukan pemantauan langsung ke sejumlah kios. Di Pasar Induk Beras Cipinang, mereka menemukan harga beras medium di salah satu kios milik Ayung mencapai Rp 12.800 per kilogram. Meski masih di bawah HET, Rizal menilai harga tersebut terlalu tinggi bagi pedagang yang akan menjual kembali ke pengecer.
“Beras medium dijual Rp 12.500/kg, jangan Rp 12.800/kg. Kalau terlalu tinggi, pedagang lain bagaimana mau jual?” tegas Rizal kepada pedagang. Ayung kemudian menyetujui harga jual Rp 12.500 hingga Rp 12.600 per kilogram.
Sebaliknya, harga beras premium di kios tersebut dinilai cukup ideal, berkisar antara Rp 14.100 hingga Rp 14.200 per kilogram. Dengan harga tersebut, pedagang memiliki ruang untuk mendapatkan keuntungan sebelum menjual ke konsumen akhir sesuai HET.
“Premium Rp 14.200/kg, itu bagus karena pengecer bisa menjualnya hingga Rp 14.900/kg sesuai HET,” jelas Rizal.
Secara keseluruhan, Rizal melaporkan bahwa harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang rata-rata masih berada di bawah HET. HET beras medium ditetapkan sebesar Rp 13.500 per kilogram, sedangkan untuk beras premium sebesar Rp 14.900 per kilogram. Rata-rata harga beras medium di pasar tersebut berada di bawah Rp 13.000, dan beras premium di bawah Rp 14.000 per kilogram.
Namun, kondisi berbeda ditemukan di Pasar Rawamangun. Ketut Astawa menemukan harga beras premium yang dijual mencapai Rp 17.000 per kilogram—jauh melampaui HET. Ia langsung mengingatkan pedagang agar segera menurunkan harga.
“Ini harus turun, tidak boleh Rp 17.000/kg. Untuk semi premium masih ada yang Rp 15.000/kg, dan medium ada yang Rp 13.000/kg,” tegas Ketut kepada salah satu penjual.
Ketut menekankan pentingnya kepatuhan pedagang terhadap HET agar harga beras di pasaran tetap terjangkau bagi masyarakat. Ia juga meminta tim Satgas dan dinas pangan serta perdagangan setempat untuk terus mengawasi dan mengimbau pedagang agar menjual beras sesuai ketentuan.
“Kita akan cek lebih dalam terkait harga beras premium yang mencapai Rp 17.000/kg. Jika itu Pandan Wangi atau varietas premium khusus, mungkin berbeda. Tapi jika bukan, harus sesuai HET,” pungkasnya.
Pemerintah terus mengintensifkan pemantauan harga pangan strategis, terutama beras, menjelang periode permintaan tinggi. Langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga, serta memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Departemen Ilmu Ekonomi Pertanian IPB (2023) mengungkapkan bahwa disparitas harga beras antara produsen dan konsumen mencapai 35-40% di pasar tradisional. Penelitian ini menyoroti pentingnya intervensi harga dan transparansi rantai distribusi untuk melindungi daya beli masyarakat. Selain itu, data BPS (2024) menunjukkan inflasi pangan terutama beras masih menjadi faktor utama dalam indeks harga konsumen, dengan kontribusi sebesar 18,7% terhadap total inflasi nasional.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kondisi harga beras yang fluktuatif di pasaran mencerminkan lemahnya koordinasi antar mata rantai distribusi. Pedagang di tingkat pengecer sering kali menaikkan harga secara spekulatif, terutama saat musim panen menipis atau menjelang hari besar. Padahal, ketersediaan stok nasional sebenarnya masih mencukupi. Intervensi harga melalui HET perlu didukung dengan pengawasan ketat dan sanksi tegas agar tidak menjadi aturan yang diabaikan.
Studi Kasus:
Pada tahun 2022, Operasi Pasar yang dilakukan Bulog di wilayah Jabodetabek berhasil menurunkan harga beras medium sebesar 12% dalam waktu dua minggu. Keberhasilan ini dicapai melalui koordinasi intensif antara Bulog, Dinas Pangan, dan Satgas Pangan Polri, serta penyaluran beras langsung ke pasar tradisional dengan harga di bawah pasar.
Infografis (Konsep Visual):
- Diagram alur distribusi beras dari petani ke konsumen
- Perbandingan harga HET vs harga pasar (medium: Rp 13.500 vs rata-rata Rp 14.200)
- Persentase kenaikan harga beras premium di beberapa pasar tradisional
- Dampak operasi pasar terhadap stabilitas harga (grafik tren)
Harga pangan yang stabil bukan hanya soal kebijakan, tapi juga komitmen seluruh pelaku rantai pasok. Ketika pedagang memilih berpihak pada rakyat, negara tidak perlu terus menggelontorkan anggaran untuk intervensi. Mari jadikan kepatuhan pada HET sebagai bentuk tanggung jawab sosial, bukan sekadar ketaatan administratif. Karena di balik setiap karung beras, ada ketahanan pangan bangsa yang sedang dipertaruhkan.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.