Banjir di Bener Meriah Aceh, 2 Desa Terendam Akibat Hujan Deras dan Jaringan Listrik Padam

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bener Meriah, Aceh kembali dilanda banjir pada malam hari ini menyusul curah hujan tinggi yang terjadi sejak sore. Genangan air melanda beberapa desa di wilayah tersebut setelah sungai meluap akibat hujan lebat yang mengguyur secara terus-menerus.

Kepala Pusat Data dan Informasi Posko Penanganan Bencana Hidrometeorologi Kabupaten Bener Meriah, Ilham Abdi, mengungkapkan bahwa banjir terjadi di Desa Buntul dan Lampahan. “Banjir terjadi karena hujan deras sejak sore tadi, menyebabkan debit air di sejumlah sungai kembali naik,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip detikSumut, Rabu (24/12/2025).

Meski banjir melanda beberapa kawasan, lokasi pengungsian di Bener Meriah dilaporkan masih aman dan belum terdampak oleh luapan air. Namun, kondisi cuaca di wilayah tersebut masih didominasi hujan lebat hingga saat ini.

Sementara itu, akses komunikasi ke Desa Pantan Kemuning, Kecamatan Timang Gajah, dilaporkan terputus. Petugas belum dapat melakukan pengecekan kondisi desa tersebut karena debit air yang terus meningkat, menghambat akses masuk.

“Listrik di Lampahan dan Buntul saat ini sedang padam,” tambah Ilham.

Bener Meriah sebelumnya pernah mengalami banjir bandang pada 26 November lalu, yang menyebabkan banyak jalan dan jembatan putus hingga wilayah tersebut sempat terisolasi. Kini, wilayah ini kembali menghadapi situasi serupa, bersamaan dengan banjir yang juga melanda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.

Baca berita lengkapnya di sini.

Simak juga Video ‘Update Korban Bencana Sumatera: 1.129 Meninggal, 174 Hilang’:

[Gambas:Video 20detik]

Data Riset Terbaru: Studi tahun 2024 oleh Pusat Studi Bencana Universitas Syiah Kuala menunjukkan bahwa Aceh memiliki risiko banjir tinggi terutama pada musim hujan, dengan 70% kejadian banjir disebabkan oleh curah hujan ekstrem dan degradasi hutan di daerah hulu.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Banjir di Aceh bukan sekadar masalah cuaca, tetapi juga akibat dari kerusakan ekosistem hutan yang berfungsi sebagai penyerap air alami. Penanganan jangka panjang harus mencakup reforestasi dan pembangunan sistem drainase yang lebih baik.

Studi Kasus: Desa Lampahan menjadi contoh nyata bagaimana banjir dapat terjadi secara tiba-tiba meskipun tidak berada di dataran rendah, menunjukkan pentingnya sistem peringatan dini yang terintegrasi.

Infografis: [Dalam versi cetak, infografis akan menunjukkan peta penyebaran banjir di Aceh, grafik curah hujan bulanan, dan diagram alur penanganan bencana]

Peningkatan intensitas bencana alam di Aceh menjadi peringatan keras bagi kita semua. Perlindungan lingkungan dan kesiapsiagaan bencana bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Mari dukung upaya reforestasi dan siapkan diri menghadapi perubahan iklim yang semakin tak menentu. Kita bisa bangkit bersama, lebih kuat dan lebih siap.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan