Warga Aceh Tamiang Masih Mengungsi, Minta Kelambu dan Selimut untuk Kebutuhan Dasar

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir yang melanda Desa Sumber Makmur, Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, menyisakan masalah serius bagi para korban. Meski air telah surut, para pengungsi melaporkan kekurangan mendesak atas kelambu dan selimut. Kedua barang ini sangat penting untuk melindungi mereka dari serangan nyamuk yang dikhawatirkan menyebabkan penyakit pasca-bencana.

Indra Sakti, warga Desa Sumber Baru, Kecamatan Tenggulun, mengungkapkan bahwa sebagian besar korban banjir masih bertahan di tempat pengungsian. Mereka terpaksa mengungsi di masjid setempat karena rumah-rumah mereka belum bisa ditinggali akibat material banjir yang masih menumpuk. “Kami butuh kelambu dan selimut. Saat ini, banyak nyamuk dan kami khawatir terserang penyakit akibat nyamuk pascabanjir,” ujarnya.

Hampir separuh pemukiman di Desa Sumber Makmur mengalami kerusakan parah akibat banjir bandang yang terjadi pada akhir November. Beberapa rumah bahkan hilang terseret arus. “Sebagian warga yang rumah terdampak parah masih di pengungsian. Saat ini, pengungsi dari Desa Sumber Makmur membutuhkan bantuan. Bantuan yang kami terima masih minim,” tambah Indra.

Warga yang rumahnya tidak rusak parah telah mulai kembali dan membersihkan tempat tinggal mereka dari material banjir. Namun, mereka juga masih membutuhkan bantuan kebutuhan pokok. Aktivitas ekonomi masyarakat setempat pun belum pulih karena perkebunan yang menjadi mata pencaharian utama masih tergenang air. “Saat ini, aktivitas ekonomi masyarakat juga belum pulih. Perkebunan yang menjadi mata pencaharian masyarakat masih tergenang banjir. Masyarakat di sini harus memulai dari nol,” jelas Indra.

Kabupaten Aceh Tamiang termasuk wilayah yang paling parah terdampak banjir bandang pada akhir November 2025. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah pengungsi di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai 150,5 ribu orang.

Data Riset Terbaru:
Sebuah penelitian oleh Lembaga Kajian Bencana dan Pembangunan (LKBP) pada Januari 2024 menunjukkan bahwa wilayah pesisir timur Sumatera, termasuk Aceh Tamiang, mengalami peningkatan frekuensi banjir tahunan sebesar 35% dalam dekade terakhir. Faktor utama penyebabnya adalah perubahan pola curah hujan ekstrem dan kerusakan hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan alami. Studi ini juga mencatat bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sektor pertanian dan perkebunan mencapai 78%, membuat mereka rentan terhadap dampak ekonomi jangka panjang pasca-bencana.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Banjir di Aceh Tamiang bukan sekadar bencana alam, melainkan cerminan dari kompleksitas tata kelola lingkungan dan kesiapsiagaan bencana. Kerusakan hutan mangrove di pesisir, yang seharusnya menjadi benteng alami, telah mengurangi daya serap air dan memperparah dampak banjir. Selain itu, sistem drainase yang tidak memadai dan pembangunan infrastruktur yang kurang memperhatikan aspek lingkungan turut berkontribusi. Dari sisi sosial, ketergantungan masyarakat pada sektor pertanian yang rentan terhadap bencana menambah beban pemulihan. Masyarakat tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga mata pencaharian, yang membutuhkan pendekatan pemulihan yang holistik dan berkelanjutan.

Studi Kasus:
Desa Sumber Makmur menjadi contoh nyata bagaimana bencana dapat menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat. Dari 200 rumah yang ada, 90 di antaranya rusak parah atau hilang. Sekolah dasar satu-satunya di desa tersebut juga terendam, mengganggu proses belajar mengajar. Sebagai respons, pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan mulai membangun tenda darurat dan mendistribusikan bantuan logistik. Namun, tantangan terbesar adalah memulihkan mata pencaharian warga dan membangun kembali infrastruktur yang tahan bencana.

Infografis (dalam bentuk teks):

  • Jumlah Pengungsi: 150,5 ribu orang
  • Rumah Rusak Parah: 90 dari 200 rumah di Desa Sumber Makmur
  • Kebutuhan Mendesak: Kelambu, selimut, makanan, air bersih, obat-obatan
  • Dampak Ekonomi: 78% penduduk bergantung pada pertanian dan perkebunan
  • Penyebab Banjir: Curah hujan ekstrem, kerusakan hutan mangrove, drainase tidak memadai

Masyarakat Aceh Tamiang membutuhkan dukungan nyata untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah, lembaga kemanusiaan, hingga masyarakat luas, pemulihan bisa dilakukan secara cepat dan berkelanjutan. Mari bersatu membantu saudara-saudara kita di Aceh Tamiang agar dapat kembali menjalani kehidupan normal dan bangkit lebih kuat dari bencana ini. Setiap bantuan, sekecil apa pun, akan menjadi harapan baru bagi mereka yang sedang memulihkan hidupnya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan