Pemkab Aceh Tengah Akan Relokasi Desa Kute Reje yang Hilang Tersapu Banjir

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah memastikan akan segera merelokasi warga Desa Kute Reje, Kecamatan Linge, yang kini tak lagi memiliki tempat tinggal akibat banjir bandang yang meluluhlantakkan kampung tersebut. Lokasi pemukiman baru yang akan dipilih dipastikan lebih aman dari ancaman bencana serupa di masa depan.

Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga, menegaskan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab penuh dalam memastikan masyarakat bisa kembali membangun kehidupan mereka di tempat yang layak dan aman. Menurutnya, kondisi Kute Reje saat ini sangat memprihatinkan—hanya tersisa fondasi dan puing-puing rumah. Tidak hanya permukiman, lahan pertanian seperti sawah milik warga juga hancur, membuat mereka kehilangan mata pencaharian utama.

“Situasi di Kute Reje jauh lebih parah dari yang sempat diceritakan. Seluruh warga terpaksa mengungsi ke Kampung Delung. Meskipun harus hidup dengan segala keterbatasan, setidaknya lokasi pengungsian ini lebih aman dari ancaman bencana,” ujar Haili Yoga.

Pemkab Aceh Tengah kini tengah menyiapkan lahan relokasi seluas 35.500 meter persegi khusus untuk warga Kute Reje. Kampung ini menjadi salah satu dari beberapa desa yang luluh lantak akibat banjir bandang dan tanah longsor. Haili Yoga menegaskan bahwa relokasi Kute Reje menjadi prioritas utama, sebelum kemudian melanjutkan penyiapan lokasi bagi Kampung Delung dan Kampung Reje Payung yang juga terdampak parah.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah, banjir bandang yang terjadi pada 19 Desember 2025 merusak total 87 unit rumah di Kute Reje, dengan kerugian material mencapai Rp4,3 miliar. Sementara itu, lahan pertanian seluas 12 hektare rusak berat, mengancam ketahanan pangan warga setempat.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Bencana alam di Aceh Tengah menunjukkan urgensi penerapan konsep “hazard mapping” dalam perencanaan tata ruang daerah. Dengan memetakan zona rawan bencana secara akurat, pemerintah bisa menghindari pembangunan permukiman di area berisiko tinggi. Selain itu, perlu ada program pemulihan ekonomi berbasis pertanian tahan bencana, seperti pengembangan varietas padi yang cepat panen dan tahan genangan.

Studi Kasus:
Sebuah studi dari Universitas Syiah Kuala (2024) menunjukkan bahwa desa-desa di kawasan pegunungan Gayo yang menerapkan sistem early warning berbasis komunitas berhasil mengurangi korban jiwa hingga 70% selama musim hujan. Pendekatan partisipatif seperti ini bisa diadopsi di Aceh Tengah untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

Infografis:

  • Jumlah pengungsi dari Kute Reje: 320 jiwa
  • Luas lahan relokasi: 35.500 m²
  • Kerugian material: Rp4,3 miliar
  • Lahan pertanian rusak: 12 hektare
  • Target penyelesaian relokasi: Maret 2026

Langkah relokasi ini bukan sekadar memindahkan tempat tinggal, tetapi upaya membangun kembali harapan dan masa depan warga yang kehilangan segalanya. Dengan perencanaan yang matang dan partisipasi aktif masyarakat, desa baru bisa menjadi simbol ketahanan dan kebangkitan di tengah cobaan alam. Mari dukung upaya pemulihan ini dengan semangat gotong royong, karena kekuatan terbesar kita terletak pada kebersamaan saat menghadapi musibah.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan