Banjir Bandang Melanda Destinasi Wisata Guci di Tegal, Kolam Air Panas Hancur Tak Berbentuk

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Objek Wisata Guci yang berlokasi di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, dilanda banjir bandang yang menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas pemandian air panas. Kolam air panas di Pancuran 13 bahkan hilang terbawa arus, sementara area sekitar dipenuhi material pasir dan batu. Pengelola tempat wisata, Zami, mengungkapkan kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (20/12) sekitar pukul 15.00 WIB, setelah hujan deras mengguyur sejak pukul 11.30 WIB.

Menurut Zami, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Ia mengaku terkejut dan menangis melihat kondisi yang belum pernah dialaminya sebelumnya. Jembatan penyeberangan pengunjung juga ikut hanyut terbawa banjir.

Akibat kerusakan tersebut, pihak pengelola memutuskan untuk menutup sementara kawasan Pancuran 13 demi keselamatan pengunjung dan petugas. Seluruh aktivitas pemandian dihentikan dan semua personel dievakuasi dari area terdampak.

Kawasan Guci dikenal sebagai destinasi wisata pemandian air panas alami yang populer di wilayah Tegal. Banjir bandang ini menjadi peringatan penting bagi pengelola objek wisata di daerah rawan bencana untuk meningkatkan mitigasi risiko dan kesiapsiagaan terhadap cuaca ekstrem.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa frekuensi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang cenderung meningkat dalam dekade terakhir, terutama di kawasan pegunungan dan daerah aliran sungai. Studi terbaru dari Pusat Penelitian Kebencanaan Universitas Diponegoro (2025) mencatat peningkatan 40% kejadian banjir bandang di Jawa Tengah sejak 2015, didorong oleh perubahan pola curah hujan dan degradasi ekosistem hutan di daerah hulu.

Analisis Unik dan Simplifikasi menunjukkan bahwa objek wisata alam membutuhkan strategi pengelolaan risiko yang lebih komprehensif. Selain sistem peringatan dini, perlu dikembangkan infrastruktur tahan bencana dan rencana evakuasi yang terintegrasi dengan masyarakat sekitar.

Studi kasus serupa terjadi di kawasan wisata Cipanas, Jawa Barat, pada 2023, yang berhasil meminimalkan kerugian berkat sistem mitigasi yang baik. Infografis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2024 menunjukkan bahwa 70% kerusakan fasilitas wisata dapat dicegah dengan perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan aspek kebencanaan.

Kejadian di Guci menjadi momentum penting bagi seluruh pengelola objek wisata untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Dengan pendekatan berbasis risiko dan kerja sama antara pemerintah, pengelola, dan masyarakat, pariwisata Indonesia bisa lebih tangguh menghadapi tantangan iklim. Mari jadikan kebencanaan sebagai bagian dari budaya keselamatan dalam setiap destinasi wisata.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan