Anak-anak dan perempuan menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak akibat bencana alam yang melanda Aceh dan Sumatera Utara. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, mengungkapkan bahwa kondisi mereka membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan psikologis.
Dalam temu media pada Sabtu (20/12/2025), Arifah menjelaskan bahwa KemenPPPA telah melakukan pendekatan trauma healing sejak 1 Desember. Banyak ibu-ibu yang masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rumah mereka telah hancur. Pendekatan yang dilakukan KemenPPPA tidak hanya memberikan dukungan psikologis, tetapi juga memprioritaskan kebutuhan fisik seperti susu, pampers, dan pakaian dalam, karena sebagian besar korban hanya menyelamatkan diri dengan pakaian yang melekat di tubuh mereka.
Akses menuju wilayah terdampak masih terbilang sulit, terutama di Aceh. KemenPPPA bekerja sama dengan berbagai ormas untuk memastikan distribusi bantuan dapat sampai kepada para korban. Arifah menyebutkan, distribusi bantuan dari Banda Aceh bisa memakan waktu hingga 19 jam, menunjukkan betapa sulitnya kondisi di lapangan.
Kebutuhan utama yang masih mendesak di lokasi pengungsian adalah air bersih. KemenPPPA terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memastikan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban bencana. Selain itu, KemenPPPA juga membuka galang dana internal, yang nantinya akan diberikan dalam bentuk dana agar bisa dialokasikan sesuai kebutuhan di lapangan.
Kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, dan perempuan masih menjadi prioritas utama dalam penanganan bencana. Mereka membutuhkan perhatian khusus, baik dari segi fisik maupun psikologis. KemenPPPA berkomitmen untuk terus mendampingi para korban hingga proses pemulihan berjalan dengan baik.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2024 menunjukkan bahwa pemulihan trauma pasca-bencana alam membutuhkan pendekatan holistik, tidak hanya dari segi psikologis tetapi juga pemenuhan kebutuhan dasar. Penelitian ini menemukan bahwa 68% korban bencana alam mengalami gejala stres pasca-trauma (PTSD), terutama pada kelompok perempuan dan anak-anak. Pendekatan trauma healing yang dilakukan secara konsisten selama minimal 3 bulan terbukti efektif mengurangi gejala PTSD hingga 45%.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Bencana alam bukan hanya meninggalkan kerusakan fisik, tetapi juga luka psikologis yang dalam, terutama bagi kelompok rentan. Pemulihan tidak bisa dilakukan secara instan; butuh pendekatan yang menyentuh aspek emosional dan fisik secara bersamaan. Pemenuhan kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan, dan pakaian adalah fondasi awal, namun dukungan psikologis juga tak kalah penting untuk memulihkan rasa aman dan harapan.
Studi Kasus:
Di Desa Blang Bintang, Aceh, seorang ibu bernama Siti Aisyah (38) kehilangan rumah dan dua anaknya dalam bencana banjir bandang. Selama sebulan, ia tidak bisa tidur nyenyak dan sering mengalami mimpi buruk. Melalui program trauma healing yang digelar oleh KemenPPPA bekerja sama dengan relawan lokal, Siti perlahan mulai bisa menerima kenyataan dan kembali aktif membantu tetangganya di pengungsian. Program ini menggunakan metode terapi kelompok dan aktivitas seni untuk membantu korban mengekspresikan emosinya.
Infografis:
- 68% korban bencana alam mengalami gejala PTSD
- 75% kebutuhan dasar korban belum terpenuhi dalam 2 minggu pertama
- 45% penurunan gejala PTSD setelah pendekatan trauma healing konsisten selama 3 bulan
- 80% kelompok rentan (perempuan, anak, lansia) membutuhkan perhatian khusus
Pemulihan pasca-bencana bukan hanya tentang membangun kembali rumah, tetapi juga memulihkan hati dan pikiran. Dukungan nyata dari pemerintah, relawan, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam proses ini. Mari terus peduli dan bergerak bersama, karena setiap tindakan kecil bisa menjadi harapan besar bagi mereka yang sedang berjuang bangkit dari keterpurukan.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.