Pramono Bongkar Rencana Cabut Tiang Monorel dan Revitalisasi JIS di Hadapan Ulama

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung melakukan salat subuh berjemaah bersama para habaib serta ulama di Balai Kota Jakarta pada Jumat (19/12). Aksi ini menjadi simbol kuat komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam mempererat kerukunan antarumat beragama, menyelesaikan persoalan strategis kota, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelompok rentan.

Pramono menegaskan Pemprov DKI Jakarta memberikan ruang seluas-luasnya bagi aktivitas keagamaan, termasuk pemanfaatan Monumen Nasional (Monas) untuk kegiatan selawat dan ibadah lainnya. Menurutnya, tidak semua warga memiliki kesempatan dan tingkat keimanan yang sama, sehingga pemerintah wajib menyediakan ruang dan kesempatan agar kehidupan beragama di Jakarta berjalan harmonis.

Pada awal masa pemerintahannya, Pramono fokus menyelesaikan sejumlah persoalan strategis yang belum tuntas dari periode sebelumnya. Salah satunya adalah pembongkaran tiang monorel di Jalan Rasuna Said yang rencananya dimulai Januari 2026. Selain itu, dia juga berkomitmen menuntaskan penyelesaian Kalijodo dan Rumah Sakit Sumber Waras.

Lahan RS Sumber Waras yang kini berada sepenuhnya di bawah kewenangan Pemprov DKI Jakarta akan dikembangkan menjadi rumah sakit bertaraf internasional. Proyek ini juga diajukan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). Strategi ini menjadi bagian dari upaya memperkuat pelayanan kesehatan bagi warga Jakarta.

Pramono juga menekankan komitmen melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS). Fokus utamanya adalah penyelesaian akses transportasi, termasuk pembangunan jembatan sepanjang 350 meter yang menghubungkan JIS dengan kawasan Ancol. Integrasi transportasi publik diharapkan dapat mengatasi kemacetan di sekitar JIS, sehingga stadion ini benar-benar menjadi aset jangka panjang bagi Jakarta.

Isu kemiskinan dan ketimpangan sosial menjadi perhatian utama Pramono. Meskipun tingkat kemiskinan mengalami penurunan, Pemprov DKI Jakarta tetap fokus menekan ketimpangan melalui kebijakan yang berpihak pada masyarakat kurang mampu. Tiga sektor yang tidak boleh dikurangi anggarannya adalah pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.

Pendidikan menjadi kunci utama untuk memutus rantai kemiskinan. Untuk itu, keberpihakan kepada warga yang belum beruntung harus terus dijaga. Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) diperluas hingga jenjang S2 dan S3. Pemprov DKI Jakarta bahkan menyiapkan program beasiswa luar negeri bagi warga dari keluarga tidak mampu.

Pramono mengapresiasi kehadiran para ulama dan masyarakat dalam kegiatan subuh berjemaah. Dia berharap kegiatan keagamaan di Balai Kota dapat terus dilaksanakan sebagai bagian dari upaya memperkuat spiritualitas dan kebersamaan. Semoga kegiatan ini membawa keberkahan bagi semua pihak dan semakin mempererat kebersamaan dalam membangun Jakarta yang berkeadilan.

Dalam konteks kekinian, sebuah survei tahun 2025 terhadap 1.200 responden di Jakarta menunjukkan 68% warga menganggap kehadiran kegiatan keagamaan lintas komunitas efektif meningkatkan toleransi antarumat beragama. Sementara itu, data Dinas Kesehatan DKI Jakarta 2025 mencatat angka stunting di Jakarta mencapai 7,2%, masih di atas target nasional 7%. Di sektor pendidikan, program KJMU terbukti meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi warga Jakarta dari 32% menjadi 41% dalam kurun lima tahun terakhir.

Studi kasus menarik datang dari program revitalisasi kawasan Kalijodo yang berhasil mengubah kawasan kumuh menjadi ruang publik terbuka yang ramah keluarga. Pendekatan partisipatif yang dilibatkan dalam program ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dapat menciptakan solusi berkelanjutan untuk permasalahan perkotaan.

Pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik harus sejalan dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Ketika pemerintah hadir untuk semua lapisan masyarakat, terutama yang paling rentan, Jakarta akan menjadi kota yang tidak hanya modern secara fisik, tetapi juga berhati besar bagi seluruh warganya. Mari bersama membangun Jakarta yang inklusif, adil, dan penuh keberkahan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan