Pemerintah Indonesia tengah menghadapi tantangan serius dalam program imunisasi nasional. Kementerian Kesehatan mencatat tren penurunan cakupan imunisasi pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Direktorat Imunisasi, capaian vaksinasi masih di bawah target nasional yang ditetapkan.
Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya jumlah anak yang belum pernah menerima vaksin dasar (zero dose), khususnya vaksin DPT. Padahal cakupan imunisasi memadai sangat penting untuk mencegah penyakit menular berbahaya seperti difteri, batuk rejan, dan tetanus.
Data tahun 2025 menunjukkan cakupan imunisasi bayi lengkap hanya 68,6 persen dari target 80 persen. Angka ini mengalami penurunan signifikan dari capaian tahun 2024 sebesar 87,7 persen dan tahun 2023 sebesar 95,4 persen. Tren menurun juga terlihat dari data historis: 2019 (84%), 2020 (73%), 2021 (84,2%), 2022 (94,9%).
Sementara itu, cakupan imunisasi 14 antigen tahun 2025 mencapai 66,2 persen dari target 74 persen. Hanya 9 dari 38 provinsi yang berhasil mencapai target nasional. Beberapa provinsi dengan capaian tertinggi adalah Banten (99,2%), DKI Jakarta (97,4%), dan Bali (83,8%). Di sisi lain, Papua Pegunungan (8%), Papua Tengah (19,4%), dan Sulawesi Barat (35%) menjadi provinsi dengan capaian terendah.
Kementerian Kesehatan mengidentifikasi beberapa faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Survei menunjukkan 47 persen keluarga tidak mengizinkan anaknya divaksin, 45 persen khawatir akan efek samping, dan 12 persen menganggap ada larangan agama. Faktor lain termasuk anak sedang sakit (23%), tidak ada waktu (11,2%), serta menganggap imunisasi tidak penting (22,8%).
Kondisi ini menjadi perhatian serius karena keputusan imunisasi sering ditentukan oleh ayah sebagai kepala keluarga, meskipun ibu mendukung. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah terus melakukan kampanye edukasi melalui berbagai media serta menjalin kemitraan lintas sektor termasuk dengan tokoh agama dan organisasi masyarakat.
Upaya ini bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya imunisasi dalam melindungi kesehatan anak dan mencegah penyebaran penyakit menular. Kerja sama dengan berbagai pihak diharapkan dapat mengubah persepsi negatif dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program imunisasi nasional.
Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (2025) menemukan bahwa desinformasi di media sosial menjadi faktor utama penurunan cakupan imunisasi. Penelitian yang melibatkan 2.500 responden dari 15 provinsi menunjukkan 68% orang tua menerima informasi keliru tentang vaksin melalui platform digital. Selain itu, riset Pusat Penelitian Kesehatan Nasional (2024) mengungkapkan daerah dengan akses internet terbatas justru memiliki cakupan imunisasi lebih tinggi, diduga karena minimnya paparan hoaks vaksin.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Fenomena penurunan imunisasi di Indonesia mencerminkan paradoks era digital. Di satu sisi teknologi memudahkan akses informasi, di sisi lain justru memperluas penyebaran berita bohong. Masyarakat modern menghadapi “infodemi” vaksin yang lebih berbahaya daripada kurangnya informasi. Padahal imunisasi adalah benteng utama melindungi anak dari penyakit mematikan seperti polio, campak, dan hepatitis B. Strategi komunikasi kesehatan perlu disesuaikan dengan karakteristik digital generation, bukan hanya mengandalkan pendekatan konvensional.
Studi Kasus:
Desa Cipta Mulya di Jawa Barat menjadi contoh sukses peningkatan cakupan imunisasi dari 45% menjadi 92% dalam dua tahun. Kunci keberhasilannya adalah kolaborasi unik antara bidan desa, remaja masjid, dan influencer lokal. Mereka membuat konten edukasi vaksin dalam format video pendek yang viral di TikTok. Pendekatan “vaksinasi halal dan sehat” yang disampaikan tokoh agama setempat terbukti efektif mengubah persepsi masyarakat.
Infografis:
[Data visual menunjukkan tren penurunan cakupan imunisasi nasional dari tahun ke tahun dengan perbandingan provinsi unggulan dan tertinggal, serta diagram pie faktor penghambat imunisasi]
Upaya memperbaiki cakupan imunisasi membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Mari bersama melindungi generasi penerus dengan memberikan perlindungan maksimal melalui imunisasi tepat waktu. Kesehatan anak adalah investasi terbaik bagi masa depan bangsa.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.