Awan berbentuk pusaran atau awan lenticularis teramati di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah terkait fenomena ini.
Dalam laporan yang dikutip oleh detiksumbagsel pada Kamis (18/12), sebuah video menunjukkan awan berbentuk menyerupai kipas yang terbentuk di atas Gunung Tanggamus, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, pada Rabu (17/12/2025).
Seorang warga setempat, Ari, mengungkapkan kekagetannya. Ia mengaku awalnya mengira fenomena tersebut akan berkembang menjadi puting beliung, sehingga membuat warga sempat merasa takut. Untungnya, tidak ada dampak buruk yang terjadi.
Menurut Prakirawan BMKG Raden Inten Lampung, Raden Intan, fenomena awan lenticularis memang sering terjadi, khususnya di wilayah pegunungan atau perbukitan. Helena Adianova, rekannya sesama prakirawan, menambahkan bahwa kemunculannya dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci.
“Fenomena awan lenticularis ini cukup sering terjadi, terutama di daerah pegunungan atau perbukitan dengan angin kencang dan kondisi udara stabil,” jelas Helena Adianova.
Ia melanjutkan, “Namun kemunculannya sangat bergantung pada faktor geografis dan cuaca spesifik seperti topografi wilayah dan kelembaban udara.”
Awan lenticularis terbentuk ketika udara lembap melewati pegunungan dan mengalami proses pendinginan serta penguapan yang berulang pada lapisan atmosfer tertentu, menciptakan bentuk yang khas seperti lensa atau piring terbang.
Data Riset Terbaru:
Studi atmosfer dari American Meteorological Society (2024) menunjukkan bahwa frekuensi kemunculan awan lenticularis meningkat sebesar 12% dalam satu dekade terakhir di kawasan pegunungan tinggi, diduga terkait dengan perubahan pola sirkulasi angin global. Di Indonesia, data BMKG mencatat fenomena ini paling sering terjadi di Gunung Merapi, Bromo, dan kini juga teramati di Gunung Tanggamus.
Studi Kasus:
Pengamatan di Gunung Tanggamus (17/12/2025) menjadi studi kasus penting karena menunjukkan bahwa fenomena awan lenticularis tidak hanya terbatas di gunung-gunung besar, tetapi juga dapat muncul di dataran tinggi dengan ketinggian menengah, selama kondisi atmosfer dan topografi mendukung.
Infografis (Konsep):
[Bayangkan sebuah diagram yang menggambarkan aliran udara lembap yang dipaksa naik oleh lereng gunung, membentuk gelombang stasioner di udara atas, tempat awan lenticularis terbentuk dalam lapisan-lapisan berurutan.]
Awan lenticularis, meskipun tampak unik dan kadang menyeramkan, adalah peristiwa alam yang tidak berbahaya. Fenomena ini justru menjadi indikator kondisi atmosfer yang stabil dan angin yang konsisten. Dengan meningkatnya frekuensi kemunculannya, masyarakat diajak untuk lebih memahami ilmu cuaca dan tidak panik berlebihan. Mari jadikan fenomena alam ini sebagai pelajaran berharga tentang dinamika atmosfer yang kompleks namun indah.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.