Alhamdulillah menjadi kalimat pembuka dari kabar membanggakan yang datang dari Kabupaten Tasikmalaya di kancah Jawa Barat. Wakil Bupati Tasikmalaya, H Asep Sopari Al Ayubi, tampil mewakili pemerintah daerah dalam menerima penghargaan Apresiasi Jawara Ekonomi Digital (AJEG) Jawa Barat 2025. Pencapaian ini diraih dalam kategori Program Inovasi Digitalisasi Ekonomi Daerah Terbaik Tingkat Kabupaten, sebuah pengakuan yang tidak main-main.
Saat plakat diterima, foto diabadikan, dan senyum mengembang, Asep Sopari menekankan bahwa prestasi ini bukan milik individu. Ia menegaskan bahwa di balik penghargaan ini ada kerja keras bersama antara pemerintah, pelaku usaha, komunitas digital, hingga masyarakat Tasikmalaya yang terus bergerak maju. Semua elemen disebutkan secara lengkap, seolah menjadi daftar hadir atas kolaborasi yang terjalin.
Di atas panggung, Kabupaten Tasikmalaya terlihat sudah melesat dalam transformasi digital. Program digitalisasi bukan lagi wacana teori, melainkan langkah nyata yang mulai menyentuh berbagai sektor. Ekonomi daerah diperkuat, UMKM dibukakan pintu lebih lebar untuk go digital, dan generasi muda disiapkan menyongsong masa depan yang lebih terkoneksi. Semua terdengar sangat modern dan online.
Namun, di balik kilau penghargaan, realitas di lapangan masih menunjukkan tantangan yang nyata. Di beberapa kecamatan, UMKM masih mengandalkan kuota pribadi untuk berjualan daring. Sebagian pelaku usaha digital masih akrab dengan istilah buffering atau loading yang lambat. Bahkan ada yang mengaku lebih cepat menjual dagangan lewat status WhatsApp ketimbang melalui platform resmi daerah yang sebenarnya telah disediakan.
Meski demikian, penghargaan ini bukanlah sekadar simbol. Ia mencerminkan upaya, niat, dan arah yang mulai dilakukan. Harus diakui, niat untuk bertransformasi digital memang sudah ada. Program digitalisasi mulai menyentuh sektor pasar, perizinan, hingga promosi produk lokal. Anak-anak muda mulai membicarakan startup, meski masih duduk di warung kopi dengan keterbatasan akses listrik dan internet. UMKM mulai belajar menggunakan QRIS, walau sebagian masih menyimpan uang tunai di laci kayu sebagai kebiasaan lama.
Penghargaan AJEG 2025 bisa dibaca sebagai tanda bahwa Kabupaten Tasikmalaya sedang bergerak. Pergerakannya memang masih pelan, kadang tersendat, tetapi yang terpenting adalah tidak diam. Asep Sopari menyebut transformasi digital sebagai langkah nyata. Namun, langkah itu masih perlu diperpanjang. Jalan digital masih harus diaspal rata agar tidak hanya panggungnya yang terlihat digital, sementara pelakunya masih terjebak dalam pola analog.
Penghargaan ini layak disyukuri sebagai bentuk apresiasi atas usaha yang telah dilakukan. Namun, lebih dari itu, ia juga harus dijadikan pengingat bahwa jawara sejati bukanlah yang pandai menerima plakat, melainkan yang konsisten mengubah keseharian menuju kemajuan yang nyata dan berkelanjutan.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Barat (2024) menunjukkan bahwa indeks kesiapan digital daerah di Jawa Barat meningkat 18% dalam tiga tahun terakhir. Namun, kesenjangan akses internet antar kecamatan masih terpaut 35%, terutama di wilayah pedesaan. Riset ini menjadi dasar penting untuk memahami bahwa meskipun ada kemajuan, tantangan infrastruktur digital masih menjadi hambatan utama.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Transformasi digital di daerah seperti Tasikmalaya bisa dianalogikan seperti membangun jembatan. Jembatan itu sudah ada, tetapi masih banyak bagian yang bolong. Penghargaan adalah pita merah yang dikibarkan di tengah jembatan, tetapi yang terpenting adalah menutup bolong-bolong itu agar orang bisa menyeberang dengan aman. Dalam konteks ini, bolong-bolong tersebut adalah akses internet, literasi digital, dan dukungan infrastruktur.
Studi Kasus:
Di Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya, seorang pelaku UMKM keripik pisang bernama Ibu Rini berhasil meningkatkan omzetnya hingga 40% setelah mengikuti pelatihan digitalisasi yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Namun, ia mengeluhkan seringnya gangguan sinyal yang membuat transaksi daring menjadi terhambat. Kasus ini mencerminkan bahwa pelatihan sudah ada, tetapi infrastruktur pendukung masih perlu diperkuat.
Infografis (deskripsi):
- Judul: “Perkembangan Digitalisasi UMKM di Tasikmalaya”
- Grafik 1: 60% UMKM telah menggunakan platform digital untuk pemasaran.
- Grafik 2: 35% UMKM masih mengalami kendala sinyal internet.
- Grafik 3: 25% UMKM telah menggunakan QRIS untuk transaksi.
- Grafik 4: 15% UMKM telah mengikuti pelatihan digitalisasi dalam 2 tahun terakhir.
Semangat digital harus terus digaungkan, bukan hanya untuk meraih penghargaan, tetapi untuk menciptakan perubahan nyata yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Terus bergerak, terus belajar, dan jangan pernah puas diri. Karena perjalanan menuju daerah yang benar-benar digital masih panjang, dan setiap langkah kecil akan membawa dampak besar bagi masa depan.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.