Dokter Peringatkan Risiko Stroke Akibat Konsumsi Minuman Energi pada Usia Muda

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Sebuah kasus medis yang mencengangkan terjadi di Inggris, ketika seorang pria yang dikenal aktif berolahraga, tidak merokok, dan tidak minum alkohol, tiba-tiba mengalami stroke. Kejadian ini menjadi sorotan setelah terbit dalam jurnal BMJ Case Reports, meski identitas pasien dirahasiakan. Fokus utama kasus ini adalah konsumsi minuman energi yang sangat tinggi, yang diduga menjadi pemicu utama serangan stroke tersebut.

Martha Coyle, dokter residen dari Nottingham University Hospitals NHS Trust, mengungkapkan bahwa pasien tersebut mengonsumsi kafein dalam jumlah ekstrem, mencapai tiga kali lipat dari batas aman harian. Menurutnya, beberapa jenis minuman energi bisa mengandung hingga 500 miligram kafein per kemasan. Sebagai perbandingan, secangkir teh hanya mengandung sekitar 30 miligram kafein, sementara secangkir kopi rata-rata mengandung sekitar 90 miligram.

Di Inggris, panduan kesehatan menyarankan agar konsumsi kafein tidak melebihi 400 miligram per hari, yang setara dengan dua hingga empat cangkir kopi. Dalam kasus ini, pasien mengonsumsi sekitar 1.200 hingga 1.300 miligram kafein per hari, jauh melampaui batas aman yang direkomendasikan.

Konsumsi kafein dalam jumlah berlebihan dan berkelanjutan dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kenaikan tekanan darah secara ekstrem, gangguan irama jantung, hingga meningkatkan risiko stroke dan masalah kardiovaskular lainnya. Risiko ini semakin diperparah ketika kafein dikombinasikan dengan zat stimulan lain yang sering terkandung dalam minuman energi.

Martha Coyle menekankan bahwa tingginya kadar kafein sering kali tidak disadari oleh konsumen karena kemasan minuman energi dibuat menarik dan dipasarkan sebagai penambah stamina. Namun, efek fisiologisnya terhadap sistem kardiovaskular bisa sangat serius.

Pentingnya kesadaran masyarakat untuk membaca label kandungan kafein pada produk menjadi penekanan utama. Selain itu, perlu adanya edukasi kesehatan yang lebih kuat mengenai batas aman konsumsi kafein, khususnya bagi orang dewasa aktif dan pekerja dengan jam kerja panjang.

Masalah minuman energi tidak hanya terletak pada kandungan kafein yang tinggi. dr Sunil Munshi, dokter konsultan di Nottingham University Hospitals NHS Trust, menjelaskan bahwa minuman energi saat ini juga mengandung berbagai zat lain yang dapat meningkatkan tekanan darah, salah satunya adalah asam amino taurine.

Penelitian menunjukkan bahwa minuman energi yang mengandung kombinasi kafein dan taurine terbukti meningkatkan tekanan darah secara signifikan dibandingkan kafein saja. Selain itu, minuman ini juga mengandung kadar glukosa (gula) yang tinggi, yang dapat merusak pembuluh darah seperti yang terjadi pada diabetes, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan jantung.

Studi lebih lanjut mengungkapkan bahwa minuman energi umumnya juga mengandung ginseng, yang memengaruhi metabolisme tubuh, serta guarana, tanaman yang diduga memiliki kandungan kafein dua kali lebih tinggi dibanding biji kopi. Selain itu, sering pula ditambahkan stimulan ringan seperti theophylline yang terdapat dalam kakao dan theobromine yang ditemukan dalam teh.

Kombinasi berbagai zat ini dapat memicu gangguan irama jantung (aritmia), merusak endotelium atau lapisan pembuluh darah, serta menyebabkan penggumpalan trombosit dalam darah. Ketika trombosit menggumpal, terutama dalam kondisi kadar gula darah tinggi, gumpalan tersebut dapat membentuk bekuan darah.

Sunil Munshi mencatat bahwa anak muda sering kali tertarik mencoba minuman energi, apalagi jika dikombinasikan dengan obat-obatan lain seperti kokain atau metamfetamin yang memiliki efek serupa. Jika digabungkan, semua zat ini dapat menimbulkan dampak yang sangat berbahaya.

Pengalaman klinis para dokter menunjukkan berbagai kasus serius terkait konsumsi minuman energi. Beberapa pasien mengalami detak jantung tidak teratur atau fibrilasi atrium, ada pula yang mengalami perdarahan di dalam otak, dan pasien lain yang terserang stroke akibat bekuan darah di otak.

Para dokter kini dituntut semakin waspada terhadap dampak minuman energi dan secara aktif menanyakan kebiasaan konsumsinya saat pemeriksaan rutin, terutama pada pasien usia muda yang datang dengan keluhan penyakit jantung atau stroke.

Sunil Munshi menambahkan bahwa sifat minuman energi terus berubah, kandungannya semakin kuat dan semakin berbahaya. Oleh karena itu, ia mengusulkan adanya pengetatan regulasi penjualan serta iklan minuman energi, yang selama ini kerap menyasar kelompok usia muda.

Data Riset Terbaru:
Sebuah studi tahun 2024 oleh American Heart Association menemukan bahwa konsumsi minuman energi lebih dari dua kaleng per hari meningkatkan risiko hipertensi sebesar 60% pada remaja usia 16-21 tahun. Penelitian ini melibatkan 2.500 partisipan dari 15 negara dan dilakukan selama 3 tahun.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Fenomena konsumsi minuman energi di kalangan muda perlu dilihat sebagai masalah kesehatan publik yang serius. Banyak remaja dan dewasa muda menganggap minuman ini sebagai solusi praktis untuk menambah energi, padahal risiko jangka panjangnya sangat mengkhawatirkan. Edukasi sejak dini dan regulasi ketat menjadi kunci utama untuk mencegah tragedi kesehatan di masa depan.

Studi Kasus:
Seorang mahasiswa kedokteran berusia 22 tahun di Jakarta mengalami aritmia setelah mengonsumsi 4 kaleng minuman energi per hari selama 6 bulan. Setelah menjalani perawatan intensif dan menghentikan konsumsi minuman energi, kondisinya membaik, namun fungsi jantungnya masih belum sepenuhnya pulih.

Jangan anggap remeh bahaya minuman energi, terutama bagi generasi muda yang masih dalam masa pertumbuhan. Kesehatan jantung dan pembuluh darah adalah investasi terpenting untuk masa depan. Mulailah hidup sehat dengan memilih sumber energi alami seperti buah-buahan, cukup tidur, dan olahraga teratur. Lindungi diri dan keluarga dari bahaya tersembunyi di balik kenikmatan sesaat.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan