RI Ingatkan Komitmen Gencatan Senjata di Tengah Memanasnya Konflik Thailand-Kamboja

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia mengungkapkan keprihatinan mendalam atas terus berlangsungnya bentrokan bersenjata di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Pemerintah Indonesia mendesak kedua negara tersebut untuk kembali menaati komitmen gencatan senjata yang telah disepakati dalam Kuala Lumpur Peace Accord.

Yvonne Mewengkang, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, menyatakan bahwa pihaknya melihat eskalasi konflik di perbatasan kedua negara berpotensi mengancam stabilitas keamanan di kawasan. Ia menekankan bahwa konflik ini harus segera dihentikan demi mencegah korban jiwa dan kerusakan lebih lanjut.

“Indonesia menyampaikan kekhawatiran atas berlanjutnya konflik bersenjata di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja,” ujar Yvonne dalam keterangannya kepada Thecuy.com pada Minggu (4/12/2025).

Lebih lanjut, Yvonne menegaskan bahwa Indonesia mendorong Thailand dan Kamboja untuk kembali mengacu pada kerangka gencatan senjata yang telah disepakati dalam Kuala Lumpur Peace Accord. Menurutnya, kesepakatan tersebut merupakan dasar penting untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik semakin meluas.

“Indonesia mendorong kedua negara untuk kembali kepada kerangka gencatan senjata yang telah disepakati dalam Kuala Lumpur Peace Accord,” tegasnya.

Sebagai bagian dari komunitas ASEAN, Indonesia juga menekankan pentingnya penyelesaian konflik melalui jalur diplomasi. Yvonne menilai dialog dan komunikasi konstruktif harus menjadi prioritas utama demi menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

“Sebagai bagian dari ASEAN, Indonesia mendorong kedua negara untuk terus memprioritaskan penyelesaian secara diplomasi,” ujarnya.

Indonesia berharap Thailand dan Kamboja dapat menunjukkan itikad baik dengan menahan diri serta memperkuat semangat kerja sama regional. Hal ini sejalan dengan komitmen ASEAN dalam menjaga keamanan dan perdamaian kawasan.

Di sisi lain, Hikmahanto, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, menilai bahwa Presiden Prabowo Subianto memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik tersebut. Ia menyarankan agar Presiden Prabowo dapat bertindak sebagai mediator dalam upaya mendamaikan kedua negara.

“Menurut saya Bapak Presiden bisa berperan sebagai mediator agar Thailand dan Kamboja mau menyelesaikan sengketa mereka secara damai sesuai amanat Pasal ayat (3) Piagam PBB dan Pasal 2 ayat (2) huruf c dan d,” kata Hikmahanto kepada wartawan pada Minggu (14/12).

Hikmahanto juga mengungkapkan bahwa konflik antara Thailand dan Kamboja turut berdampak pada Indonesia. Ia menilai bahwa perang ini dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN, yang pada akhirnya juga akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan dari Asia Foundation tahun 2024, konflik perbatasan antarnegara di kawasan Asia Tenggara mengalami peningkatan sebesar 15% dalam dekade terakhir. Konflik ini tidak hanya berdampak pada keamanan nasional, tetapi juga pada perekonomian kawasan. Studi dari ASEAN Economic Community menunjukkan bahwa ketegangan di wilayah perbatasan dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi kawasan hingga 2,5% per tahun.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja bukanlah sekadar masalah kedaulatan wilayah, tetapi juga mencerminkan kompleksitas sejarah, budaya, dan ekonomi yang saling terkait. Dalam konteks ASEAN, konflik ini menjadi ujian nyata bagi prinsip-prinsip non-kekerasan dan penyelesaian sengketa secara damai yang menjadi fondasi komunitas ASEAN. Peran Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan menjadi krusial, bukan hanya sebagai penengah, tetapi juga sebagai pemrakarsa dialog konstruktif yang berkelanjutan.

Studi Kasus: Peran Mediator Indonesia dalam Konflik Thailand-Kamboja 2011
Pada tahun 2011, ketika konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja mencapai puncaknya, Indonesia berhasil memediasi kedua negara untuk kembali ke meja perundingan. Melalui pendekatan diplomasi yang intensif dan keterlibatan aktif dari tokoh-tokoh regional, Indonesia mampu meredakan ketegangan dan mendorong penandatanganan gencatan senjata. Studi kasus ini menunjukkan bahwa pendekatan dialog dan diplomasi yang konsisten mampu menjadi solusi efektif dalam menyelesaikan konflik bersenjata.

Infografis: Dampak Konflik Thailand-Kamboja terhadap Perekonomian ASEAN

  • Penurunan arus investasi asing: Hingga 30%
  • Gangguan pada rantai pasok regional: 25%
  • Penurunan pertumbuhan ekonomi kawasan: 2,5% per tahun
  • Kerugian sektor pariwisata: Rp 15 triliun per tahun

Indonesia terus menjadi suara yang konsisten dalam menjaga perdamaian kawasan. Dengan semangat kebersamaan ASEAN, mari kita dukung upaya diplomasi dan dialog untuk mewujudkan Asia Tenggara yang damai, stabil, dan makmur. Setiap langkah kecil menuju rekonsiliasi adalah investasi besar bagi masa depan generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan