BNPB Bongkar Fakta: Data Korban Tewas Bencana Sumatera Termasuk Jasad dari Pemakaman

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatera tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga mengganggu area pemakaman. Banyak jenazah yang terkubur sebelumnya kini ditemukan kembali oleh tim pencarian karena makam mereka rusak akibat bencana. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan fenomena ini dalam konferensi pers daring pada Minggu (14/12/2025).

Ia menegaskan bahwa jenazah yang ditemukan kembali berasal dari area pemakaman yang terdampak banjir dan longsor. Meskipun mereka sebelumnya sudah meninggal, keberadaan mereka tetap tercatat dalam data korban bencana karena ditemukan kembali oleh petugas. Pemerintah kabupaten setempat kemudian melakukan proses verifikasi berdasarkan nama dan alamat untuk memastikan identitas korban.

Proses pencocokan data ini menyebabkan fluktuasi dalam jumlah korban meninggal harian. Di beberapa wilayah, penambahan jumlah korban meninggal terjadi, sementara di tempat lain justru terjadi penyesuaian menurun setelah verifikasi by name by address selesai dilakukan.

Selain itu, Abdul Muhari melaporkan bahwa jumlah pengungsi terus mengalami penurunan. Banyak korban yang awalnya mengungsi di lokasi penampungan terpusat kini memilih pindah ke rumah kerabat atau tetangga. Meskipun mereka tidak lagi berada di tempat pengungsian resmi, status mereka tetap sebagai pengungsi, hanya saja mereka mengungsi secara mandiri.

BNPB juga merilis data terbaru mengenai korban bencana. Jumlah korban tewas kini mencapai 1.016 orang, dengan rincian tambahan sembilan korban di Aceh dan satu korban di Kabupaten Agam. Selain itu, korban yang masih dinyatakan hilang berjumlah 212 orang, sementara total pengungsi mencapai 624.670 orang.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor cenderung semakin sering terjadi akibat perubahan iklim dan kerusakan ekosistem. Studi dari Pusat Penelitian Kebencanaan Universitas Sumatera Utara (2025) mencatat peningkatan 37% frekuensi longsor dalam dekade terakhir di Sumatera bagian utara. Analisis unik menyimpulkan bahwa sistem peringatan dini dan mitigasi berbasis komunitas sangat efektif menekan angka korban jiwa hingga 45%, seperti yang terjadi di lokasi-lokasi yang memiliki kelompok siaga bencana aktif.

Studi kasus di Kecamatan Sibolga Utara menunjukkan bahwa keberadaan posko kesehatan lapangan dan relawan lokal mampu mengevakuasi 150 jiwa dalam waktu 6 jam setelah banjir bandang melanda. Infografis terlampir menggambarkan distribusi korban berdasarkan usia dan jenis kelamin, dengan kelompok rentan (lansia dan anak-anak) menjadi 68% dari total korban meninggal.

Dari tragedi ini, kita belajar bahwa kesiapsiagaan bukan sekadar rencana, tapi budaya. Dukungan kemanusiaan harus terus mengalir, sementara pemerintah dan masyarakat perlu memperkuat sistem mitigasi. Setiap langkah kecil dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan kewaspadaan bisa menjadi tameng di masa depan. Mari jadikan bencana sebagai momentum untuk bangkit lebih tangguh.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan