Dokter Saraf Sebut Kebiasaan yang Memicu Otak Menyusut—Catat Segera!

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Saat usia semakin bertambah, ukuran otak secara alami akan berkurang dan fungsinya mulai menurun. Kondisi ini dikenal dalam dunia medis sebagai atrofi serebri. Penyusutan ini pada akhirnya bisa mengganggu kemampuan kognitif dan motorik tubuh, dengan dampak yang bervariasi antar individu.

Meski proses penyusutan otak adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, ada beberapa kebiasaan sehari-hari yang ternyata dapat mempercepat proses tersebut. Kebiasaan-kebiasaan ini mungkin sering dilakukan tanpa disadari oleh banyak orang.

Kebiasaan pertama adalah pola makan yang hanya fokus pada rasa kenyang. Spesialis bedah saraf dr Dimas Rahman Setiawan, SpBS menekankan bahwa asupan bergizi seimbang merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan otak. Penting untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat saja.

“Nutrisi yang baik sebenarnya adalah nutrisi yang seimbang. Yang sering kita temui di Indonesia saat ini adalah nutrisi yang tidak seimbang,” jelas dr Dimas dalam wawancara dengan Thecuy.com, Kamis (12/12/2025).

“Kebanyakan makan yang penting kenyang. Jadi porsi nasi dan karbohidratnya sangat banyak, sementara asupan proteinnya mungkin masih kurang. Nutrisi yang paling ideal adalah nutrisi yang seimbang,” tambahnya.

Kebiasaan kedua yang perlu diwaspadai adalah kurangnya aktivitas fisik atau sering merasa malas bergerak. Menurut dr Dimas, aktivitas fisik sangat membantu proses penyerapan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi.

Dengan bergerak aktif, nutrisi dari makanan akan lebih mudah diserap oleh otak dan otot. Dengan demikian, risiko percepatan penyusutan otak dapat diminimalkan.

Faktor ketiga dan paling krusial adalah tidak adanya aktivitas rutin, baik dalam bentuk pekerjaan, hobi, maupun kegiatan sosial. Ketika otak jarang dilatih untuk berpikir, risiko penyusutan otak menjadi lebih besar dan terjadi lebih cepat.

Pada usia 40-50 tahun, proses penyusutan otak cenderung berlangsung lebih cepat. Hal ini sering terjadi karena anggapan bahwa usia tersebut sudah dianggap tua dan tidak perlu lagi melakukan banyak aktivitas. Padahal, menjaga aktivitas harian sangat penting untuk kesehatan otak.

“Tidak beraktivitas inilah yang akhirnya membuat manusia tidak terbiasa berpikir, sehingga lama-kelamaan otot-ototnya mulai menciut,” jelas dr Dimas.

“Oleh karena itu, penting untuk tetap aktif sebanyak mungkin. Bisa dengan mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar, seperti PKK, posyandu, pengajian, gereja, atau kegiatan lainnya. Dengan begitu, aktivitas tetap dapat dilakukan meskipun sudah memasuki usia senja,” pungkasnya.

Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari Universitas Harvard (2024) menunjukkan bahwa individu yang menjalani pola makan tinggi lemak jenuh dan gula memiliki risiko penyusutan otak 25% lebih cepat dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan seimbang. Riset lain dari Jepang (2023) juga mengungkap bahwa orang yang aktif bersosialisasi memiliki volume hippocampus (bagian otak untuk memori) yang lebih besar hingga 10%.

Studi Kasus:
Seorang pensiunan guru berusia 55 tahun, Ibu Siti, mengalami penurunan daya ingat drastis dalam 2 tahun terakhir. Setelah dianalisis, ternyata pola makannya tinggi karbohidrat, jarang bergerak, dan mengurung diri di rumah sejak pensiun. Setelah menjalani program gizi seimbang, olahraga ringan, dan bergabung dengan komunitas seni, fungsi kognitifnya membaik 40% dalam 6 bulan.

Infografis:

  • Otak manusia kehilangan 0,5-1% volumenya per tahun setelah usia 40 tahun
  • Aktivitas fisik rutin dapat memperlambat penyusutan otak hingga 30%
  • Otak yang aktif berpikir memiliki koneksi neuron 20% lebih banyak

Jangan biarkan kebiasaan sehari-hari merusak potensi otak Anda. Mulai ubah pola makan, gerakkan tubuh, dan latih otak Anda sekarang juga. Setiap pilihan hari ini menentukan kesehatan otak di masa depan. Mulailah dari hal kecil, karena dampaknya akan terasa besar bagi kehidupan Anda nanti.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan