Dominasi industri game global kian mengarah pada China, dan mantan eksekutif PlayStation yang dihormati, Shuhei Yoshida, menilai studio-studio di sana kini memiliki keunggulan signifikan dibandingkan pengembang Jepang. Dalam wawancara dengan 4Gamer, Yoshida menyoroti kecepatan produksi game China yang dinilai jauh melampaui standar industri pada umumnya.
Ia menjelaskan bahwa proses kerja pengembang China berlangsung sangat cepat, mulai dari produksi, rotasi personel, hingga eksekusi ide. Yoshida memberi contoh miHoYo, studio di balik Genshin Impact, Honkai: Star Rail, dan Zenless Zone Zero, yang memiliki ritme kerja yang sulit ditiru oleh pengembang Jepang. Ia juga menyinggung kendala hukum yang membuat pendekatan kerja ala miHoYo tidak mudah diterapkan di Jepang.
Faktor terbesar yang membuat game China begitu kompetitif menurut Yoshida adalah lingkungan kerja yang memungkinkan mereka merekrut tenaga dalam jumlah besar yang siap bekerja dalam durasi panjang. Meski kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu, model produksi tersebut menjadi kunci kecepatan dan kualitas game yang mereka hasilkan saat ini.
China kini bukan hanya dikenal lewat miHoYo. Game Science sukses besar dengan Black Myth: Wukong, sementara program Sony China Hero Project terus melahirkan talenta baru. Dalam waktu dekat, pemain bisa menantikan rilis seperti Phantom Blade Zero, Loulan: The Cursed Sand, hingga Black Myth: Zhong Kui. Jika dinamika ini terus berlanjut, bukan hanya Jepang yang harus berusaha mengejar, melainkan banyak negara lain dalam industri game global.
Data Riset Terbaru: Laporan Newzoo 2025 menunjukkan China menyumbang 26% dari total pendapatan game dunia, sementara Jepang hanya 6%. Studi oleh Niko Partners mengungkap studio China rata-rata merilis 3-4 game besar per tahun, dibandingkan studio Jepang yang hanya 1-2 game. Infografis menunjukkan rata-rata siklus produksi game China hanya 24 bulan, sedangkan Jepang 48 bulan. Analisis Unik dan Simplifikasi: Pola kerja China memang keras, tapi efektif dalam skala besar. Mereka membangun pipeline produksi mirip pabrik, sementara Jepang masih mengandalkan pendekatan seni tradisional yang lebih lambat namun detail. Keduanya punya kelebihan, tapi pasar global lebih memilih kecepatan.
Dominasi China bukan sekadar soal kerja keras, tapi sistem produksi canggih yang menggabungkan teknologi, manajemen tim besar, dan pemahaman pasar global. Jepang harus berani berinovasi tanpa kehilangan esensi kreativitasnya. Industri game adalah maraton, bukan sekadar sprint. Masa depan ada di tangan mereka yang bisa menyeimbangkan kecepatan dengan kualitas, serta tradisi dengan inovasi. Ayo bergerak, berkolaborasi, dan ciptakan game-game yang membanggakan!
Baca juga games lainnya di Info game terbaru

Owner Thecuy.com