Jepang Panggil Dubes China Terkait Protes Insiden Jet Tempur

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Jepang mengambil langkah diplomatik tegas dengan memanggil Duta Besar China, Wu Jianghao, setelah terjadi insiden militer di perairan internasional dekat Okinawa. Kejadian ini diduga melibatkan pesawat tempur J-15 milik China yang berasal dari kapal induk Liaoning, yang diklaim dua kali menggunakan radar pengunci terhadap jet tempur Jepang saat berada di wilayah udara yang sama pada Sabtu (6/12). Wakil Menteri Luar Negeri Jepang, Takehiro Funakoshi, menyampaikan protes keras atas tindakan yang dinilai membahayakan dan menuntut agar kejadian serupa tidak terulang. Meski tidak ada korban atau kerusakan dalam insiden tersebut, tensi antara kedua negara kembali memanas.

China melalui Kementerian Luar Negerinya menolak semua tuduhan dan balik mengkritik Jepang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, sebagaimana dikutip Xinhua, mendesak Tokyo untuk segera menghentikan tindakan yang dianggap mengganggu latihan militer rutin negaranya. Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Angkatan Laut China yang menyebut klaim Jepang tidak sesuai fakta dan menuntut agar Jepang berhenti memfitnah. Di sisi lain, Perdana Menteri Sanae Takaichi menegaskan bahwa Jepang akan merespons secara tenang namun tegas, sambil terus memantau pergerakan militer China di sekitar wilayahnya.

Insiden ini semakin memperkeruh hubungan diplomatik kedua negara yang sebelumnya sudah tegang akibat pernyataan kontroversial PM Takaichi soal Taiwan. Pernyataan yang mengisyaratkan kemungkinan intervensi militer Jepang jika China menyerang Taiwan memicu kemarahan Beijing, yang secara konsisten menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Ketegangan ini mencerminkan persaingan strategis yang lebih luas di kawasan Indo-Pasifik, di mana kedua negara saling bersaing pengaruh dan kepentingan keamanan.

Studi Kasus: Insiden Radar di Selat Miyako (2025)
Pada Desember 2025, jet tempur China kembali terdeteksi melakukan manuver dekat Selat Miyako, wilayah yang sering menjadi jalur transit kapal dan pesawat militer. Dalam kejadian ini, radar pesawat tempur China diduga mengunci jet tempur Jepang yang sedang melakukan patroli rutin. Jepang merespons dengan mengerahkan pesawat-pesawat tambahan dan meningkatkan kewaspadaan di pangkalan udara terdekat. Sementara itu, China membela aksi tersebut sebagai bagian dari operasi latihan standar yang sah secara internasional. Studi kasus ini menunjukkan betapa rentannya stabilitas kawasan akibat tindakan militer yang provokatif, sekaligus menggarisbawahi perlunya mekanisme komunikasi yang jelas antara Tokyo dan Beijing untuk mencegah eskalasi.

Infografis: Perbandingan Insiden Militer China-Jepang (2020–2025)

  • Jumlah insiden radar yang dilaporkan: 12 kejadian
  • Lokasi paling sering: Perairan dekat Okinawa dan Selat Miyako
  • Tren: Peningkatan frekuensi sebesar 35% dibandingkan periode 2020–2022
  • Dampak: Meningkatnya anggaran pertahanan Jepang dan penguatan aliansi dengan Amerika Serikat

Ketegangan antara Jepang dan China bukan hanya soal klaim teritorial atau insiden teknis, tetapi mencerminkan persaingan strategis jangka panjang yang membutuhkan pendekatan diplomatik yang lebih matang. Diperlukan dialog konstruktif dan kerangka kerja keamanan bersama untuk mencegah insiden serupa berubah menjadi konflik bersenjata. Kedua pihak harus mengedepankan komunikasi yang transparan dan menghindari tindakan yang dapat memicu reaksi berantai. Masa depan stabilitas kawasan tergantung pada kemampuan Tokyo dan Beijing untuk mengelola perselisihan secara bijaksana demi kepentingan perdamaian regional.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan