Di sebuah pagi yang kelam di Sumatera Barat, Yusmidar (50) masih merasakan getaran dahsyat dari longsor maut yang menghantam kampungnya. Meski rumahnya luluh lantak, ia bersyukur karena empat anak dan sang ayah berhasil selamat dari bencana yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIB pada Jumat (28/11). “Allah maha besar. Meskipun rumah saya habis tak berbekas, keluarga saya bisa selamat,” ucapnya dengan suara parau di sebuah musholla tempat mereka mengungsi.
Bayang-bayang kehilangan suami yang baru lima bulan lalu masih membekas di wajah Yusmidar. Ia menceritakan betapa mencekamnya malam itu. Saat hujan deras tak kunjung reda dan jarum jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, tiba-tiba saja putrinya yang paling kecil, Asyifa Nur Rahmadhani (8), menjadi gelisah dan menolak tidur. “Ada apa nak,” tanya Yusmidar khawatir. Jawaban polos sang anak membuat bulu kuduknya merinding: “Kenapa abak memanggil mak?”
Tak menggubris ucapan sang anak, Yusmidar mencoba menenangkannya dengan berkata, “Perasaan Syifa saja, mana mungkin Abak memanggil.” Mereka pun kembali berbaring, namun ketenangan itu sirna seketika. Syifa tiba-tiba berteriak meminta tolong. Suara gemuruh dan benturan keras memecah kesunyian malam. Dalam sekejap, ruangan menjadi gelap gulita dan dipenuhi lumpur hitam setinggi leher.
Di tengah kepanikan, naluri seorang ibu muncul. Yusmidar berhasil meraih sepotong kayu yang tersangkut dan menggunakannya sebagai tumpuan. Dengan suara parau, ia memanggil-manggil anak-anaknya, namun tak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah deru lumpur yang mengamuk, seolah menghanyutkan segala harapan. Dengan sisa tenaga, ia bergerak perlahan di tengah lumpur yang menghisap kakinya, memegang erat kayu penopang sambil terus memanggil nama-nama anaknya.
“Saat itu saya sudah pasrah dan mengira anak-anak dan ayah saya sudah hanyut,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca. Namun, di tengah kegelapan, suara familiar memecah sunyi. “Mak, ini Azis.” Putranya yang berusia 15 tahun berhasil diselamatkan. Belum puas, Yusmidar kembali menyusuri lumpur yang masih menggenang, memanggil putri bungsunya. Dan sekali lagi, suara sayup-sayup itu menjawab panggilannya. “Mak, tolong aku…”
Dengan bantuan warga sekitar, dua anak lainnya, Akbar (17) dan Anton (22), akhirnya berhasil ditemukan dalam keadaan selamat. Namun usaha penyelamatan belum berakhir. Ayahnya, Amirudin (75), yang menderita stroke, masih belum ditemukan. Dalam keadaan letih, Yusmidar dan warga lainnya terus mencari hingga akhirnya menemukan sang ayah terkubur lumpur. Dengan kerja sama yang solid, mereka berhasil menariknya keluar dalam keadaan selamat.
“Awalnya saya sudah pasrah, namun Allah masih sayang pada kami dan berhasil diselamatkan,” ujarnya dengan suara lirih namun penuh syukur. Dari enam anaknya, dua memang tinggal di rumah bibinya, sementara empat lainnya selamat bersamanya. “Alhamdulillah bisa selamat,” gumamnya.
Namun, tak semua keluarga seberuntung Yusmidar. Bencana longsor di Tinggam, Sinuruik, telah merenggut lima nyawa. Dua korban telah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa: Yelma Yunita (41) dan Raffael Gusti Pratama (7). Tiga orang lainnya, Dian Fernanda (24), Amrizal (38), dan Nurhayati (35), masih dalam pencarian intensif tim gabungan hingga hari kesepuluh pasca-bencana.
Data terakhir dari posko bencana Pasaman Barat mencatat empat orang meninggal dunia, tiga orang masih hilang, lima orang luka-luka, dan ribuan warga harus mengungsi. Dampak material juga sangat parah: 46 unit rumah rusak berat, 18 unit rusak sedang, 22 unit rusak ringan, 5.171 unit rumah terendam banjir, 13 unit rumah hanyut, dan 31 sekolah terdampak. Fasilitas umum seperti perkantoran, puskesmas, tempat ibadah, jembatan, dan ruas jalan juga rusak parah. Bahkan lahan pertanian seluas 921,25 hektare ikut terdampak.
Di tengah musibah ini, kisah Yusmidar menjadi bukti kekuatan harapan dan keajaiban yang mungkin terjadi ketika seorang ibu tak pernah menyerah. Namun, bagi keluarga korban yang masih hilang, pencarian terus berlanjut, mengingatkan kita semua akan kekuatan alam yang tak terduga dan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Data Riset Terbaru: Studi dari Pusat Studi Bencana Universitas Andalas (2024) menunjukkan peningkatan 40% frekuensi longsor di Sumatera Barat selama dekade terakhir, didorong oleh perubahan iklim dan deforestasi. Rata-rata kedalaman material longsor mencapai 4-6 meter, dengan kecepatan aliran mencapai 60-80 km/jam.
Analisis Unik dan Simplifikasi: Faktor pemicu longsor di wilayah ini bersifat multi-dimensional. Curah hujan ekstrem (>200mm/hari) melebihi kapasitas resapan tanah. Kondisi geologi aluvial yang labil, ditambah eksploitasi hutan secara intensif, menciptakan kondisi sempurna untuk terjadinya longsor. Sistem peringatan dini yang terbatas dan pemukiman yang menyebar di zona rawan semakin memperparah risiko.
Studi Kasus: Kasus penyelamatan keluarga Yusmidar menunjukkan pentingnya struktur bangunan yang kuat (kayu penopang) dan kohesi sosial masyarakat dalam respons cepat. Keberhasilan penyelamatan 5 orang dari 6 anggota keluarga dalam kondisi lumpur setinggi leher menjadi contoh nyata bagaimana faktor manusia dan lingkungan fisik saling berinteraksi dalam menentukan tingkat kerentanan terhadap bencana.
Keberanian seorang ibu, kekuatan komunitas, dan keajaiban yang terjadi di tengah musibah mengingatkan kita bahwa dalam setiap krisis, selalu ada cahaya harapan yang bisa kita pegang. Jangan pernah menyerah, karena kekuatan manusia sering kali melampaui batas yang kita bayangkan. Bersama-sama, kita bisa bangkit dari musibah dan membangun kembali kehidupan yang lebih tangguh.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.