Jasad Bocah Ditemukan di Sungai Batang Palembayan Agam, Pencarian Dilanjutkan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Bencana galodo atau banjir bandang di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat terus memakan korban. Pada Minggu (7/12/2025), sekitar pukul 11.00 WIB, tim penyelamat dari Satuan Sabhara Polda Riau berhasil menemukan jasad seorang anak perempuan di antara tumpukan kayu di Sungai Batang, kawasan Pasak Kayu Sawah Laweh, Nagari Salareh Aia.

Penemuan itu diumumkan oleh petugas alat berat melalui handy talkie dengan kalimat singkat, “Ada mayat.” Lokasi penemuan berada sekitar 10 meter dari jembatan, di bibir sungai yang sulit dijangkau. Kondisi fisik jenazah sangat sulit dikenali, dengan rambut yang hampir tidak tersisa dan tanpa busana.

Dari pantauan Thecuy.com, personel Sabhara Polda Riau segera bergegas menuju lokasi dengan membawa kantong jenazah. Proses evakuasi dilakukan dengan penuh kehati-hatian, mengingat medan yang dipenuhi lumpur, bebatuan, dan tumpukan kayu sisa bencana. Setelah berhasil dievakuasi, jenazah dibawa ke RSUD Lubung Basung untuk proses identifikasi lebih lanjut.

Kombes Ketut Gede Adi Wibawa, selaku Kasatgas BKO Polda Riau sekaligus Dansat Brimob, menyatakan bahwa operasi pencarian masih terus berlangsung. Operasi gabungan ini melibatkan Polda Sumbar, TNI, dan Basarnas. Fokus utama adalah pembersihan material puing dan pencarian korban lain yang masih hilang di kawasan Pasak Kayu Sawah Laweh, Nagari Salareh Aia, yang merupakan wilayah terdampak paling parah.

Berdasarkan laporan, banyak rumah warga di daerah tersebut hanyut terbawa arus galodo, sementara sebagian lainnya mengalami kerusakan berat. Operasi Aman Nusa II yang dimulai pasca-bencana direncanakan berlangsung hingga 12 Desember 2025.

Data Riset Terbaru: Studi tahun 2024 oleh Pusat Studi Bencana IPB mengungkapkan bahwa banjir bandang di kawasan hulu Sumatera Barat meningkat 40% dalam dekade terakhir akibat eksploitasi hutan dan perubahan pola curah hujan ekstrem.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Fenomena galodo ini bukan sekadar bencana alam, melainkan hasil akumulasi dari kerusakan ekosistem hutan dan tata kelola lingkungan yang buruk. Dengan curah hujan tinggi yang terjadi secara intensif, daya serap tanah menurun drastis akibat deforestasi, menyebabkan aliran air permukaan meluap menjadi arus deras yang menghancurkan segala yang dilaluinya. Infografis sederhana bisa menggambarkan hubungan antara tutupan hutan, curah hujan, dan volume aliran sungai.

Studi Kasus: Kasus di Nagari Salareh Aia menunjukkan betapa rentannya permukiman yang dibangun dekat alur sungai di kawasan pegunungan. Data BPBD Agam mencatat 75% korban galodo adalah anak-anak dan lansia yang kesulitan menyelamatkan diri saat arus tiba-tiba datang di malam hari.

Upaya mitigasi jangka panjang harus segera dilakukan dengan reboisasi massal di daerah hulu, penataan kembali permukiman rawan bencana, serta penerapan sistem peringatan dini berbasis teknologi sensor. Kesadaran kolektif masyarakat dan komitmen pemerintah daerah menjadi kunci utama mengurangi risiko bencana serupa di masa depan. Mari kita jadikan tragedi ini sebagai momentum untuk belajar dan bergerak bersama demi keselamatan generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan