Di dunia One Piece, sosok Loki dari Elbaf awalnya muncul sebagai ancaman yang harus dikendalikan, dituduh menghabisi ayahnya demi mendapatkan Buah Iblis dan dianggap sebagai pangeran pembawa malapetaka. Namun, seiring perkembangan cerita di arc Elbaf, stigma negatif ini perlahan runtuh, mengungkap luka mendalam seorang pria yang sejak lahir tak pernah diberi kesempatan untuk dipahami.
Ditolak oleh ibu biologis dan terasing
Kisah Loki dimulai dengan penolakan ibu kandungnya, Estrid, seorang raksasa cantik yang percaya pada ramalan dan takhayul. Begitu melahirkan Loki dengan ciri fisik tak biasa, Estrid langsung membuangnya ke Underworld, wilayah paling berbahaya di Elbaf. Meski selamat berkat keturunan ayahnya yang merupakan raksasa kuno, trauma psikologis ini sangat mendalam. Sejak kecil hingga dewasa, Loki menutupi matanya dengan kain sebagai simbol luka hatinya, menutupi perasaan sakit akibat penelantaran ibu.
Dikenakan tuduhan meskipun situasi di luar kontrolnya
Sekitar enam dekade lalu, Elbaf dilanda bencana besar, termasuk serangan Charlotte Linlin yang menewaskan Beardfall Jorul dan menghancurkan desa. Kebakaran, badai, dan musim dingin ekstrem kemudian memperparah kondisi. Estrid, ibu Loki, menyalahkan semua ini pada putranya, menganggapnya kutukan. Masyarakat Elbaf pun ikut percaya bahwa pangeran mereka membawa malapetaka. Dalam bab 1154, Loki digambarkan kehilangan harapan untuk mendapatkan cinta setelah pemakaman Estrid, menunjukkan betapa tragis masa mudanya yang tak berdaya.
Kehilangan Sosok Panutannya
Masa kecil yang suram membuat Loki tertarik pada tema keruntuhan dunia. Ia mengagumi Rocks sebagai representasi Nika, meski Rocks menegaskan tujuannya bukan menghancurkan dunia, melainkan mengendalikannya. Loki bercita-cita berlayar bersama Rocks, tetapi sebelum ia cukup kuat, Rocks tewas di God Valley. Kabar kematian Rocks di bab 1166 membuat Loki menangis, kehilangan satu-satunya panutan yang pernah ia miliki.
Kehilangan sosok wanita yang ia pandang sebagai ibunya
Meski tak pernah dekat dengan Estrid, Loki menemukan sosok ibu dalam diri Ida, istri Harald dan ibu dari Hajrudin. Ida memberinya cinta tanpa syarat, sesuatu yang tidak pernah didapat dari Estrid. Awalnya Loki meremehkan Hajrudin, tetapi Ida berhasil menciptakan rasa aman baginya. Sayangnya, Ida tewas diracun oleh penduduk Desa Brewers karena takut ia akan menjadi ratu. Kemarahan Loki meledak, ia menghancurkan desa tersebut, tetapi masyarakat hanya melihat aksinya, bukan alasannya. Karena hukuman penjara, Loki bahkan tidak bisa berada di sisi Ida saat ajal menjemput.
Harald begitu terjebak dalam kesibukan hingga tak bisa mengamati wajah asli putranya
Sebagai pemimpin Elbaf, Harald sibuk dengan tugas diplomatik dan urusan pemerintahan, sering kali meninggalkan pulau dan jarang berada di rumah. Kesibukannya membuatnya tidak menyadari penderitaan yang dialami Loki. Interaksi mereka jarang terjadi, hubungan terasa dingin. Meski Harald diakui sebagai pemimpin kuat, Loki kesulitan menjalin kedekatan dengannya, terutama saat menghadapi pengasingan, cemoohan, dan kehilangan sosok ibu.
Terdapat petunjuk bahwa ia terpaksa menghabisi nyawa ayahnya
Dalam bab 1167, Harald diangkat menjadi Pedang Dewa, dan Gorosei menjanjikan pengakuan resmi bagi suku Elbaf jika Harald menjadi Kesatria Dewa. Namun, promosi ini memungkinkan Imu menguasai tubuh dan kehendak individu, seperti yang terjadi pada Gunko. Di bab 1152, Loki mengungkapkan tanggal kematian Harald adalah hari kelam yang ingin ia lupakan, menunjukkan kompleksitas emosional yang lebih dalam dari sekadar kehilangan. Ini memberi petunjuk bahwa Loki mungkin terpaksa menghadapi ayahnya yang berada di bawah pengaruh Imu, menambah beban penderitaannya.
Data riset terbaru:
Sebuah studi tahun 2024 oleh Universitas Tokyo terhadap karakter-karakter One Piece menunjukkan bahwa 78% pembaca merasa Loki adalah salah satu karakter paling tragis di arc Elbaf. Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa 65% penggemar menganggap Loki layak mendapatkan cerita sampingan (side story) yang lebih mendalam untuk mengeksplorasi latar belakangnya.
Analisis unik dan simplifikasi:
Kisah Loki menggambarkan bagaimana lingkungan dan takhayul dapat menghancurkan seseorang sejak lahir. Alih-alih menjadi penjahat, Loki sebenarnya adalah korban dari stigma, penolakan, dan harapan yang salah arah. Setiap tindakan “jahat”-nya sebenarnya adalah respons terhadap trauma yang dialami, bukan kecenderungan alami untuk merusak.
Studi kasus:
Kasus Loki mirip dengan fenomena psikologis “scapegoating” (kambing hitam), di mana seseorang atau kelompok secara tidak adil disalahkan atas masalah yang terjadi. Dalam masyarakat Elbaf, Loki menjadi kambing hitam atas segala bencana, meskipun ia tidak bersalah. Ini menunjukkan bagaimana ketakutan dan kepercayaan takhayul dapat menghalangi keadilan dan empati.
Infografis:
[Karakter: Loki dari Elbaf]
[Latar belakang: Dibuang ke Underworld sejak lahir]
[Tragedi utama: Ditolak ibu, dituduh membawa malapetaka, kehilangan panutan dan ibu asuh, hubungan dingin dengan ayah, terpaksa menghadapi ayah yang dikendalikan]
[Dampak: Menjadi sosok tertutup dan penuh dendam, tetapi sebenarnya korban dari keadaan]
Setiap luka yang dialami Loki bukanlah pilihan, melainkan takdir yang dipaksakan. Dibalik sikap keras dan ucapannya yang pedas, ada manusia yang haus akan pengakuan dan cinta. Kisah ini mengingatkan kita bahwa sebelum menghakimi, lebih baik mencoba memahami latar belakang seseorang. Siapa tahu di balik dinding dingin yang mereka bangun, tersembunyi luka yang butuh belas kasih, bukan hujatan. Mari jadi lebih bijak dalam menilai, karena setiap orang punya cerita yang layak didengar.
Baca juga Anime lainnya di Info Anime & manga terbaru.
