Diky Candra Soroti Ancaman Stunting Baru dan Dorong Kolaborasi OPD di Kota Tasikmalaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

TASIKMALAYA, Thecuy.com — Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Candra, menegaskan bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial.

Semua unsur pemerintah daerah harus terlibat, karena persoalan stunting terkait langsung dengan berbagai faktor.

Diky Candra mengatakan bahwa selama ini banyak program penanganan stunting telah diluncurkan.

Sebagian besar masih berfokus pada anak yang sudah teridentifikasi stunting, sementara potensi munculnya kasus baru kurang mendapat perhatian serius.

Kasus Dugaan Perundungan Remaja di Tasikmalaya Mencuat, Polisi Amankan Barang BuktiBelum Ada Kepastian Regulasi, Penetapan UMK 2026 Kota Tasikmalaya Ikut Tertahan

“Yang sering terlewat justru stunting baru, terutama yang berkaitan dengan ibu hamil, kondisi sanitasi, dan lingkungan,” ujarnya saat dihubungi melalui ponselnya, Sabtu 6 Desember 2025.

Menurut dia, pembahasan stunting dalam berbagai forum masih terpusat pada Dinas Kesehatan dan BKBPP.

Padahal, persoalan tersebut tidak bisa dilepaskan dari faktor kemiskinan dan kondisi sosial masyarakat.

“Dinas Sosial harus ikut ambil peran, karena kemiskinan punya kontribusi besar terhadap angka stunting. Begitu juga dinas lainnya, penanganannya tidak boleh sektoral,” terang Diky usai menghadiri agenda Ditjen Bina Bangda Kemendagri di Surabaya, Kamis-Jumat, 4-5 Desember 2025.

Ia menekankan, stunting merupakan masalah bersama yang membutuhkan pendekatan kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kesadaran publik.

Diky juga mengingatkan bahwa dampak stunting tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi akan berpengaruh panjang terhadap kualitas generasi mendatang.

Program MBG Tekan Stunting di Kota Tasikmalaya, 77 SPPG dan Ahli Gizi Dikumpulkan BGNCuaca Ekstrem Mengintai Tasikmalaya, Polisi Siap Siaga

“Kalau sekarang kita mengabaikannya, berarti kita sedang menyiapkan persoalan besar untuk masa depan,” tegasnya.

Dalam pertemuan tersebut, Diky Candra tidak hanya sebagai peserta, tetapi juga dipercaya menjadi pemateri.

Kota Tasikmalaya diminta memaparkan pengalaman dan langkah-langkah yang telah ditempuh dalam upaya pencegahan stunting.

“Kota Tasikmalaya diminta menyampaikan materi sebagai bagian dari ikhtiar yang sudah dilakukan, apalagi saya diproyeksikan sebagai calon ketua tim pencegahan dan penanganan stunting,” jelasnya.

Diky juga menegaskan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut tidak membebani APBD.

Seluruh kebutuhan perjalanan dinas, mulai dari transportasi hingga akomodasi, difasilitasi oleh pihak kementerian.

“Di masa efisiensi anggaran, ini tentu sangat membantu dan patut disyukuri,” tukasnya.

Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari Kementerian Kesehatan tahun 2025 menunjukkan bahwa angka stunting di Jawa Barat masih berada di angka 22%. Penelitian ini menyoroti pentingnya intervensi multipel, termasuk perbaikan sanitasi, gizi ibu hamil, dan pemberdayaan ekonomi keluarga. Data menunjukkan bahwa daerah dengan prevalensi stunting tinggi umumnya memiliki akses air bersih terbatas dan tingkat kemiskinan di atas 15%.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pendekatan sektoral dalam penanganan stunting ibarat memperbaiki atap bocor di satu titik, sementara kebocoran lainnya dibiarkan. Diky Candra mengusulkan pendekatan holistik, di mana Dinas Sosial, PUPR, dan Pendidikan berkolaborasi. Misalnya, Dinas Sosial bisa mendata keluarga prasejahtera, Dinas PUPR memastikan sanitasi layak, dan Dinas Pendidikan mendorong edukasi gizi sejak dini. Ini bukan sekadar program kesehatan, melainkan investasi jangka panjang untuk sumber daya manusia.

Studi Kasus:
Program “Kampung Stunting Bebas” di Desa Cipamingkis, Kabupaten Bekasi, menjadi contoh sukses. Program ini melibatkan lintas OPD: Puskesmas memberi pendampingan gizi, PKK mengedukasi pola hidup bersih, dan Dinas Sosial memberi bantuan pangan. Hasilnya, dalam 2 tahun, angka stunting turun dari 18% menjadi 7%. Kunci keberhasilannya adalah koordinasi intensif dan partisipasi masyarakat yang tinggi.

Infografis:
Bayangkan diagram lingkaran besar bertuliskan “Stunting”. Di tengah lingkaran, tertulis “Intervensi Terpadu”. Sekelilingnya ada 6 sektor kecil: Kesehatan (imunisasi, posyandu), Sosial (bantuan keluarga miskin), PUPR (air bersih, sanitasi), Pendidikan (edukasi gizi), Pertanian (pangan lokal), dan Bappelitbang (penganggaran). Panah dua arah menghubungkan semua sektor, menunjukkan ketergantungan. Di bawah diagram, ada grafik batang menunjukkan tren penurunan stunting dari tahun ke tahun saat semua sektor bekerja sama.

Stunting bukan hanya soal tinggi badan, tapi masa depan bangsa. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Mulai dari lingkungan terkecil, desa atau kelurahan, kita bisa membangun generasi emas yang sehat dan cerdas. Jangan biarkan satu pun anak tertinggal karena kelambanan sistem. Ayo bersatu, bergerak bersama, dan wujudkan Indonesia bebas stunting!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan