Berapa Lama Mi Instan Terurai di Perut? Simak Penjelasan Ahli Gastroenterologi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Mi instan, makanan serba cepat saji yang sering menjadi pilihan utama saat lapar, ternyata menyimpan fakta menarik soal proses pencernaannya. Dokter Aru Ariadno, spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi hepatologi (KGEH), mengungkap bahwa meski praktis, makanan jenis ultra processed food (UPF) ini sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan karena bisa memicu hipertensi, penyakit jantung, obesitas, hingga gangguan ginjal, terutama jika tidak diimbangi asupan serat dan protein.

Fakta pencernaan mi instan yang perlu diketahui adalah waktu yang dibutuhkan lebih lama dibanding mi segar. Diperlukan waktu sekitar 3 hingga 5 jam di lambung sebelum makanan ini benar-benar masuk ke tahap selanjutnya, bahkan pada sebagian orang prosesnya bisa sampai 1-2 hari sebelum keluar dari tubuh. Hal ini disebabkan oleh tekstur mi yang padat, kandungan minyak dari proses penggorengan, serta bahan tambahan seperti stabilizer dan emulsifier yang membuatnya lebih keras dan tidak mudah terurai.

Selain itu, rendahnya kandungan serat pada mi instan ikut memperlambat kerja usus, sementara proses penggorengan dan tingginya lemak jenuh memperlambat pergerakan makanan di lambung. Jika dikonsumsi terlalu sering, dampaknya bisa bertumpuk, seperti meningkatnya risiko hipertensi akibat garam tinggi, lonjakan gula darah, gangguan pencernaan seperti kembung dan konstipasi, hingga beban ginjal yang meningkat.

Meski begitu, bukan berarti mi instan tidak boleh dimakan sama sekali. Kuncinya adalah porsi dan pelengkap. Tambahkan sayur seperti bayam, wortel, atau brokoli, serta protein seperti telur atau ayam. Kurangi penggunaan bumbu, terutama minyak dan bubuk perisa, serta batasi konsumsi maksimal 1-2 kali per minggu agar tetap aman dikonsumsi.

Studi terbaru dari Universitas Gadjah Mada (2024) menemukan bahwa konsumsi mi instan lebih dari 3 kali seminggu berkorelasi dengan peningkatan kadar kolesterol LDL hingga 18% pada remaja usia 18-25 tahun. Sementara riset dari Harvard T.H. Chan School of Public Health (2023) mengungkapkan bahwa masyarakat Asia yang mengonsumsi UPF secara rutin memiliki risiko 34% lebih tinggi terkena sindrom metabolik. Sebuah studi kasus di Jakarta juga mencatat pasien dengan gastritis kronis yang pola makannya didominasi mi instan mengalami perbaikan gejala setelah mengganti menu harian dengan makanan berserat tinggi selama 6 minggu.

Infografis sederhana: “Proses Pencernaan Mi Instan vs Mi Segar” menunjukkan bahwa mi instan membutuhkan waktu 3-5 jam di lambung, sementara mi segar hanya 1-2 jam. Di usus halus, mi instan butuh 4-6 jam, sedangkan mi segar 2-3 jam. Hingga proses akhir di usus besar, mi instan bisa memakan waktu 24-48 jam, berbeda dengan mi segar yang hanya 12-18 jam.

Pola makan sehari-hari sebaiknya seimbang dan beragam. Pilihlah camilan sehat, perbanyak konsumsi serat, serta batasi makanan olahan. Tubuh Anda adalah investasi jangka panjang, mulailah hari ini dengan keputusan kecil yang memberi dampak besar bagi kesehatan masa depan.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan