Mendagri Buka Peluang Indonesia Jadi Negara Maju

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Alliance of Alumni Associations (AAA) Conference 1.0: Connecting Global Expertise with Indonesian Opportunities di Hall Wisma Danantara Indonesia.

Tito mengungkapkan bahwa peluang ini muncul karena pergeseran paradigma global dari realisme menuju liberalisme dan konstruktivisme. Keyakinannya semakin diperkuat oleh data dari lembaga-lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF) yang menunjukkan optimisme terhadap masa depan Indonesia.

“Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia bisa menjadi negara maju seperti Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, bahkan Singapura,” ujarnya.

Pergeseran paradigma global saat ini membuat negara-negara tidak lagi mengandalkan kekuatan militer, melainkan teknologi, ekonomi, dan budaya sebagai dominasi. Tito melihat ini sebagai peluang emas bagi Indonesia untuk tumbuh lebih cepat dibanding negara lain.

Indonesia memiliki empat modal utama untuk menjadi negara maju: jumlah angkatan kerja yang besar, wilayah yang luas, sumber daya alam yang melimpah, serta posisi geografis yang strategis. “Indonesia kaya akan mineral dan tanah subur yang berada di iklim tropis, memungkinkan produksi sepanjang tahun,” jelasnya.

Faktor lain yang menjadi keunggulan adalah pertumbuhan penduduk yang didominasi oleh usia produktif. Untuk memaksimalkan potensi ini, Tito mendorong pemberian kesempatan belajar ke luar negeri, terutama ke negara-negara dengan sistem pendidikan unggul.

Ia mencontohkan strategi Cina yang mengirimkan generasi mudanya untuk menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Ketika mereka kembali, negara tersebut mengalami kemajuan pesat. “Kunci utamanya adalah sumber daya manusia dan pendidikan. Dengan mengirim beasiswa dari generasi ke generasi, kita bisa membangun masa depan yang lebih baik,” tegasnya.

Acara ini juga dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Ketua AAA Parlindungan Yonathan, Managing Director of Human Resources & General Affairs BPI Danantara Sanjay N. Bharwani, serta para akademisi Indonesia dari kampus-kampus ternama dunia.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa negara-negara berkembang dengan investasi besar di sektor pendidikan dan teknologi cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dalam dua dekade terakhir. Studi dari World Bank (2024) mencatat bahwa setiap peningkatan 10% dalam angka melek huruf suatu negara berkorelasi langsung dengan peningkatan PDB sebesar 2,5% per tahun.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Dalam konteks globalisasi saat ini, kekuatan soft power seperti pendidikan, teknologi, dan budaya menjadi faktor penentu utama kemajuan suatu bangsa. Indonesia berada di posisi strategis dengan bonus demografi dan sumber daya alam yang melimpah. Namun, kunci utamanya terletak pada bagaimana mengelola potensi tersebut secara bijaksana dan berkelanjutan.

Studi kasus Singapura menunjukkan bagaimana negara kecil dengan sumber daya terbatas mampu menjadi raksasa ekonomi melalui investasi di sektor pendidikan dan teknologi. Infografis dari OECD (2023) menunjukkan bahwa Singapura mengalokasikan 3,5% dari PDB-nya untuk pendidikan, jauh di atas rata-rata negara berkembang lainnya.

Untuk mewujudkan Indonesia Emas, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam membangun ekosistem pendidikan yang unggul. Setiap generasi muda Indonesia harus diberi kesempatan untuk berkembang, berinovasi, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Masa depan Indonesia ada di tangan generasi saat ini – mari kita wujudkan bersama!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan