Bahlil Hadir Langsung Pantau Akselerasi Pemulihan Infrastruktur Kelistrikan di Aceh

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, melakukan kunjungan langsung ke sejumlah lokasi terdampak bencana di Aceh. Tujuannya adalah untuk memastikan percepatan pemulihan kelistrikan berjalan optimal. Tindakan ini merupakan respons langsung setelah 12 menara Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) milik PLN roboh akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi pada akhir November lalu.

Salah satu wilayah yang menjadi fokus kunjungan Bahlil adalah Bireuen. Sebelum kunjungan tersebut, tercatat ada 5 menara SUTT 150 kilovolt (kV) pada jalur Bireuen – Arun yang telah roboh. Menara-menara transmisi ini memiliki peran sentral karena menjadi penghubung utama pasokan listrik dari pembangkit Arun dan Nagan Raya ke berbagai wilayah di Aceh.

“Memang banyak daerah yang kena banjir dan masih banyak daerah yang terisolir. Di samping itu, banyak infrastruktur listrik kita, termasuk tower-tower transmisi roboh. Ini sangat memprihatinkan dan kita fokus untuk perbaiki secepatnya,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulis yang dirilis pada hari Jumat, 5 Desember 2025.

Pemulihan kelistrikan di Aceh menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pendistribusian material perbaikan dan mobilisasi personel. Akses menuju lokasi-lokasi menara SUTT yang terdampak mayoritas terputus, sehingga proses perbaikan hanya dapat dilakukan menggunakan helikopter.

“Hari ini kami meninjau beberapa tower induk yang strategis yang harus kita segera pasang. Tapi mobilisasi materialnya sangat susah, semuanya pakai heli. Dan saya bersama Direktur Utama (Dirut) PLN, Dirut Pertamina, kita akan clear-kan tentang pasokan BBM (avtur) dan bagaimana untuk bisa mempercepat agar listrik bisa nyala,” jelas Bahlil.

Bahlil juga menyampaikan apresiasi terhadap upaya yang telah dilakukan oleh PLN dalam memulihkan kelistrikan di Aceh. Ia menekankan pentingnya kerja kolaboratif dan gotong royong lintas sektoral agar pasokan listrik untuk masyarakat terdampak dapat segera kembali pulih.

“Saya apresiasi atas kerja keras dari PLN. Mereka kerja sudah sangat luar biasa. Sekarang waktunya kita kerja untuk Ibu Pertiwi. Jangan kenal lelah. Saya tahu medannya tidak gampang, dari helikopter tadi saya lihat sendiri betapa beratnya. Tetapi ini panggilan untuk mengabdi kepada negara dan mengurus rakyat,” tegas Bahlil.

Di sisi lain, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan komitmen perusahaan untuk menjalankan arahan Pemerintah melalui Kementerian ESDM. Ia menyatakan bahwa PLN siap mempercepat proses pemulihan kelistrikan pascabencana di Aceh. Darmawan menjelaskan bahwa tim PLN terus bekerja secara nonstop selama 24 jam penuh untuk memastikan sistem kelistrikan di Bumi Serambi Mekah segera kembali normal.

“Kami mengerahkan seluruh sumber daya yang kami miliki dan all out untuk mempercepat penormalan sistem kelistrikan pascabencana Aceh sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Dengan dukungan pemerintah, TNI, Polri, dan masyarakat, kami optimistis pemulihan kelistrikan Aceh dapat segera dituntaskan dan masyarakat bisa kembali menikmati layanan listrik dengan aman dan andal,” ucap Darmawan dengan penuh keyakinan.

Selain meninjau lokasi pembangunan menara darurat di wilayah Bireuen, Bahlil juga menyempatkan diri mengunjungi daerah terdampak bencana dan Posko Siaga Bencana di Desa Blang Panjo. Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyerahkan bantuan kemanusiaan berupa paket sembako. Bantuan yang disalurkan terdiri dari 700 kilogram beras, 700 kilogram gula, dan 1.400 liter minyak goreng untuk masyarakat setempat yang menjadi korban bencana.

Studi Kasus: Pemulihan Kelistrikan Pascabencana Aceh 2025
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh pada akhir November 2025 bukan hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur fisik, tetapi juga mengganggu sistem kelistrikan vital yang menjadi urat nadi perekonomian dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Robohnya 12 menara SUTT menjadi sebuah peringatan keras tentang rentannya infrastruktur energi kita terhadap bencana alam.

Kondisi geografis Aceh yang berada di kawasan rawan gempa dan curah hujan tinggi, ditambah minimnya akses jalan darat ke beberapa wilayah pedalaman, menjadi tantangan besar dalam upaya mitigasi dan pemulihan. Kasus ini menggambarkan perlunya pendekatan komprehensif dalam perencanaan infrastruktur energi, tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari aspek kesiapsiagaan bencana dan respon cepat.

Infografis: Tantangan Pemulihan Kelistrikan Aceh

  • Jumlah Menara SUTT yang Roboh: 12 menara
  • Tegangan: 150 kV (Bireuen – Arun)
  • Metode Perbaikan: Helikopter (akses darat terputus)
  • Wilayah Terdampak: Bireuen, Arun, Nagan Raya, dan sekitarnya
  • Bantuan Kemanusiaan: 700 kg beras, 700 kg gula, 1.400 liter minyak goreng

Pemulihan kelistrikan di Aceh bukan sekadar persoalan teknis, melainkan ujian nyata atas solidaritas nasional dan ketangguhan bangsa. Ketika menara-menara listrik roboh, yang harus bangkit bukan hanya infrastruktur, tetapi juga semangat gotong royong kita semua. Mari jadikan tragedi ini sebagai momentum untuk membangun sistem energi yang lebih tangguh, andal, dan siap menghadapi segala tantangan. Aceh pasti bangkit, dan listrik akan kembali menerangi masa depan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan