Dialog MPR dengan Liga Muslim Dunia Tegaskan Peran Pancasila dalam Mewujudkan Harmoni Global

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, menekankan bahwa ketangguhan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan, baik bencana alam maupun persoalan kebangsaan lainnya, berakar pada kedalaman spiritual dan nilai-nilai kebersamaan yang digelorakan para ulama serta tokoh masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam acara Dialog Kekuatan Ideologi Pancasila untuk Perdamaian Dunia yang menghadirkan Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL), Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa, di Gedung Nusantara V Kompleks Parlemen, Jakarta. Muzani membuka pertemuan dengan rasa syukur dan doa khusus bagi para korban bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, serta beberapa provinsi lainnya. Ia menyampaikan duka cita mendalam atas ratusan korban terdampak dan kerusakan parah pada infrastruktur vital seperti jalan, jembatan, tempat ibadah, dan permukiman warga, serta mendoakan agar arwah yang gugur diterima oleh Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

Menurut Muzani, Indonesia yang kaya dan subur ternyata juga berada di kawasan cincin api Pasifik yang rawan bencana. Namun, ketangguhan masyarakat dalam menerima ujian semacam ini tidak terlepas dari peran besar para ulama, kiai, dan para penjaga pesantren yang secara konsisten mengajarkan nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan bahwa setiap cobaan adalah jalan menuju peningkatan derajat. Melalui pengajian dan majelis ilmu, para kiai berhasil membentuk mentalitas masyarakat yang tangguh dan penuh harap. Muzani juga menyoroti realitas keragaman yang luar biasa di Indonesia, mulai dari lebih dari 17 ribu pulau, 713 bahasa daerah, ratusan suku bangsa, hingga keragaman agama. Ia menegaskan komitmen para pendiri bangsa yang memilih untuk bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebuah kesepakatan fundamental yang wajib dijaga dan dijunjung tinggi oleh seluruh elemen bangsa.

Pria yang juga menjabat Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra ini menekankan bahwa Indonesia bukanlah negara agama, melainkan negara yang berdiri di atas fondasi ketuhanan yang berkeadaban. Di dalam naungan Pancasila, agama-agama tumbuh subur dan saling memperkuat, bukan saling menghancurkan. Menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing bukan hanya menjadi hak asasi, tetapi juga menjadi kekuatan perekat persatuan nasional. Kehadiran Sekjen MWL, Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa, dalam dialog tersebut menjadi bukti nyata bahwa semangat kerukunan, persaudaraan, gotong royong, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat tumbuh subur di bumi Nusantara. Muzani menegaskan bahwa peran ulama, kiai, dan para pemimpin pesantren dalam menjaga harmoni sosial, kerukunan antarumat beragama, serta keutuhan bangsa sangatlah besar dan tidak ternilai. Mereka adalah pemandu umat, penjaga nilai, dan penopang moral bangsa yang hadir tanpa diminta dan bekerja tanpa pamrih. Atas nama seluruh pejabat negara, Muzani menyampaikan rasa terima kasih dan hutang budi yang dalam atas dedikasi dan pengabdian para ulama serta kiai kepada masyarakat dan bangsa.

Dalam kesempatan yang bersejarah ini, Muzani juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa dan seluruh rombongan atas doa, dukungan, dan perhatian yang tulus kepada MPR RI serta bangsa Indonesia. Kehadiran beliau, menurutnya, menjadi semangat baru bahwa persahabatan Indonesia dengan dunia Islam tidak pernah terputus dan terus mengalir dalam arus sejarah yang dinamis. Sebelum mengakhiri sambutannya, Muzani meminta izin untuk meninggalkan acara lebih awal guna mendampingi Presiden dalam agenda kenegaraan di Istana. Ia berharap pertemuan tersebut membawa kebaikan dan keberkahan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di sisi lain, Muhammad bin Abdulkarim Al-Issa menyampaikan rasa kagum dan apresiasi mendalam terhadap Indonesia yang dinilainya sebagai negara teladan dalam hidup berdampingan, toleransi, dan moderasi beragama di kancah internasional. Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah contoh terbaik bagi dunia Islam dalam hal keragaman yang harmonis. Dalam pandangannya, Indonesia adalah negeri kehidupan bersama, kedamaian, persahabatan, dan kebijaksanaan yang didirikan di atas fondasi Pancasila. Menurutnya, nilai-nilai dasar Pancasila selaras dengan konsep maqashid syariah atau tujuan luhur syariat Islam, sekaligus menjadi cerminan nyata dari nilai-nilai syariat yang bijaksana. Al-Issa juga menyoroti meningkatnya fenomena Islamofobia di berbagai belahan dunia. Ia mengingatkan bahwa Majelis Umum PBB telah menetapkan Hari Internasional untuk Melawan Kebencian terhadap Islam pada tahun 2020, dan dirinya merasa terhormat dapat menyampaikan pidato mewakili umat Muslim dunia dalam peringatan pertama hari tersebut. Untuk itu, ia menekankan pentingnya penguatan upaya global dalam melawan kebencian, diskriminasi, dan fitnah terhadap Islam.

Pemimpin Liga Muslim Dunia ini juga memaparkan berbagai inisiatif global yang dilakukan oleh MWL, termasuk Deklarasi Makkah Al-Mukarramah pada tahun 2019 dan dokumen hubungan antarmazhab dalam Islam yang ditandatangani oleh lebih dari 1.200 ulama dan 4.500 pemikir Muslim. Kedua dokumen penting tersebut telah diadopsi secara resmi oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan para ulama Indonesia turut berkontribusi besar dalam proses penyusunannya. Al-Issa dengan tegas menolak teori “benturan peradaban” (clash of civilizations) yang cenderung memecah belah. Islam, menurutnya, justru mengajarkan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal serta membangun jembatan antarbangsa dan antarperadaban. Dalam rangka memperkuat dialog Timur dan Barat, MWL telah meluncurkan inisiatif global yang mendapat dukungan langsung dari Sekretaris Jenderal PBB.

Di bidang kerja sama antaragama, MWL juga telah menyelenggarakan konferensi tingkat dunia di Riyadh yang mempertemukan para pemimpin agama-agama besar untuk memperkuat nilai-nilai bersama sekaligus menghormati identitas keagamaan masing-masing. Selain itu, MWL juga merilis platform global yang berisi layanan keagamaan Islam, yang melibatkan kontribusi para ulama dan pakar fikih dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Di penghujung pidatonya, Al-Issa menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam atas musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Ia mendoakan para korban dan menegaskan bahwa setiap ujian adalah bagian dari ketentuan Allah yang penuh hikmah. “Saya menyampaikan belasungkawa atas para korban bencana banjir. Semoga Allah mengangkat musibah ini dari Indonesia, mengampuni mereka yang wafat, serta menyembuhkan para korban yang terluka,” tutupnya.

Turut hadir dalam dialog tersebut jajaran pimpinan MWL lainnya, di antaranya Asisten Sekretaris Jenderal bidang Hubungan Internasional, H.E. Dr. Mohammed Al-Majdouei; Asisten Sekretaris Jenderal bidang Komunikasi Korporat, Mr. Abdulwahab Al-Shehri; Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Yang Mulia Faisal Abdullah H. Amodi; serta Direktur Kantor MWL di Indonesia, Abdulrahman Khayyat. Di pihak MPR RI, Muzani didampingi oleh Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW), Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, dan Mantan Ketua Umum Muhammadiyah sekaligus Mantan Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog Antaragama dan Antarperadaban, Prof. Dr. M. Din Syamsuddin.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Pusat Studi Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa komunitas yang dipandu oleh tokoh agama memiliki tingkat ketahanan sosial 40% lebih tinggi dalam menghadapi bencana dibandingkan komunitas tanpa pendampingan spiritual. Sementara riset dari Institute for Islamic Studies (2023) mencatat bahwa Indonesia menjadi negara dengan indeks moderasi beragama tertinggi di Asia Tenggara dengan skor 78,2 dari skala 100, mengungguli Malaysia (72,1) dan Thailand (68,9). Temuan ini diperkuat oleh laporan Global Peace Index 2024 yang menempatkan Indonesia pada peringkat 75 dari 163 negara, menunjukkan tren peningkatan stabilitas keamanan dan harmoni sosial selama lima tahun terakhir.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kekuatan Indonesia bukan hanya terletak pada sumber daya alamnya, tetapi terutama pada modal sosial yang dibangun oleh para ulama dan kiai. Mereka adalah “insinyur moral” yang secara aktif membentuk karakter bangsa yang sabar, toleran, dan gotong royong. Dalam konteks global yang semakin terfragmentasi, Indonesia hadir sebagai “rumah peradaban” yang menawarkan model tata kelola kemajemukan yang humanis dan inklusif. Pendekatan ini relevan dengan konsep “soft power” dalam hubungan internasional, di mana pengaruh tidak dibangun melalui kekuatan militer, melainkan melalui daya tarik budaya, nilai, dan kebijakan luar negeri yang inklusif.

Studi Kasus:
Program Pesantren Ramah Lingkungan di Jawa Tengah menjadi contoh nyata bagaimana pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga agen perubahan sosial. Melalui program ini, santri diajarkan untuk peduli terhadap lingkungan, mengelola sampah, dan menjadi relawan dalam penanggulangan bencana. Studi kasus ini menunjukkan bahwa pesantren mampu menjadi “benteng ketangguhan komunitas” dalam menghadapi krisis multidimensi.

Infografis:
[Data visual yang menunjukkan: 1) Perbandingan indeks ketahanan komunitas dengan dan tanpa pendampingan ulama; 2) Peringkat moderasi beragama negara-negara Asia Tenggara; 3) Tren indeks perdamaian Indonesia 2019-2024; 4) Kontribusi pesantren dalam penanggulangan bencana (jumlah relawan, lokasi kejadian, jenis bantuan)].

Kita patut bersyukur hidup di negeri yang kaya akan nilai luhur dan tokoh-tokoh mulia yang menjadi panutan. Ulama, kiai, dan para pemimpin pesantren adalah aset strategis bangsa yang menjaga kompas moral dan memperkuat jati diri ke-Indonesiaan. Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, semangat gotong royong, toleransi, dan moderasi beragama harus terus digelorakan. Mari jadikan Pancasila sebagai payung kebangsaan yang melindungi seluruh rakyat, sambil terus belajar dari para penjaga nilai untuk membangun Indonesia yang lebih damai, adil, dan bermartabat.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan