Respons Cepat Agincourt Resources Saat Banjir Bandang Melanda Garoga

PT Agincourt Resources (PTAR) angkat bicara mengenai musibah banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Batang Toru, Tapanuli Selatan. Perusahaan ini menegaskan bahwa bencana tersebut tidak berkaitan dengan operasional Tambang Emas Martabe di wilayah tersebut.

Dalam pernyataan resminya pada Kamis (4/12/2025), manajemen PTAR menyampaikan analisis terhadap berbagai informasi yang beredar terkait dugaan hubungan antara tambang dan bencana. Menurut mereka, mengaitkan langsung aktivitas tambang dengan banjir bandang di Desa Garoga adalah kesimpulan yang prematur.

Salah satu faktor utama yang disebutkan adalah curah hujan ekstrem akibat siklon Senyar, yang mencatat intensitas hujan tertinggi dalam 50 tahun terakhir di Tapanuli Selatan. Hujan lebat ini tidak hanya mengenai wilayah tambang, tetapi juga melanda kawasan hutan Batang Toru, yang merupakan daerah hulu dari sungai-sungai utama seperti Aek Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru.

Titik awal banjir teridentifikasi di Desa Garoga, wilayah Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga. Banjir bandang terjadi karena aliran sungai tidak mampu menampung volume air yang sangat besar. Kondisi ini diperparah oleh penyumbatan massal material kayu gelondongan di Jembatan Garoga I dan Jembatan Anggoli (Garoga II). Pada 25 November sekitar pukul 10 pagi, penyumbatan mencapai titik kritis, menyebabkan perubahan alur sungai secara tiba-tiba. Dua anak sungai Garoga bergabung menjadi satu arus baru yang menerjang Desa Garoga, mengakibatkan puluhan korban jiwa dan masih banyak yang dinyatakan hilang.

PTAR menekankan bahwa area operasional mereka berada di Sub DAS Aek Pahu, yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga. Meskipun kedua sungai bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir Desa Garoga, sehingga aktivitas penambangan di Aek Pahu tidak berdampak pada bencana di Garoga. Di sepanjang aliran Sungai Aek Pahu tidak terjadi banjir bandang, karena tidak ditemukan penyumbatan massal seperti yang terjadi di Garoga. Sebanyak 15 desa lingkar tambang, yang sebagian besar berada di Sub DAS Aek Pahu, bahkan tidak mengalami dampak signifikan dan kini difungsikan sebagai pusat pengungsian.

Pengamatan dari udara menggunakan helikopter di kawasan hulu Sungai Garoga mengungkap adanya titik-titik longsor di tebing-tebing yang menjadi sumber material lumpur dan batang kayu yang menyumbat sungai. Namun, temuan ini masih memerlukan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab pasti bencana.

Dalam menjalankan operasionalnya, PTAR menyatakan komitmennya terhadap kepatuhan terhadap peraturan pemerintah, terutama dalam aspek lingkungan. Tambang Emas Martabe beroperasi sepenuhnya di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan terus mendukung upaya konservasi lingkungan, termasuk perlindungan air, udara, tanah, dan keanekaragaman hayati, bekerja sama dengan berbagai institusi nasional maupun internasional.

PTAR mengajak semua pihak untuk menjaga komunikasi dan manajemen informasi yang baik, menghindari opini yang dapat menimbulkan narasi yang tidak tepat dan merugikan upaya pertolongan serta pemulihan masyarakat terdampak. Perusahaan juga mendukung penuh kajian komprehensif dan independen untuk menentukan penyebab bencana secara akurat, yang sangat penting dalam upaya mitigasi risiko bencana di masa depan.

Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita semua untuk bersikap kritis terhadap informasi yang beredar, terutama yang berkaitan dengan bencana alam. Mari fokus pada upaya kemanusiaan dan dukungan terhadap korban, sambil menunggu hasil investigasi ilmiah yang objektif. Kolaborasi dan kejujuran informasi adalah kunci dalam membangun ketahanan bersama menghadapi bencana.

Baca juga Berita lainnya di News Page