Tanaman Indigofera: Energi Hijau dari Tasikmalaya untuk Listrik Nasional Masa Depan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di tengah gurun tanah tandus Desa Wandasari, Bojongkapol, dan Campakasari Kabupaten Tasikmalaya, sebuah keajaiban hijau perlahan terbangun. Dari 100 hektare lahan yang dulunya hanya dihuni rumput kering dan tanah retak, kini tumbuh subur hamparan Indigofera yang melambai mengikuti hembusan angin. Transformasi ini bukan kebetulan belaka, melainkan buah dari perjuangan panjang Luthfi Hizba Rusydia, pemuda asli Tasikmalaya yang membawa mimpi besar untuk membangkitkan kembali tanah mati.

Luthfi tidak sendiri. Ia membawa misi ekonomi kerakyatan berbasis biomassa dan pertanian terpadu yang kini menjadi sorotan banyak pihak. Indigofera yang dulu dianggap tanaman biasa di Jawa Barat, kini terbukti mampu mengubah lahan tandus menjadi produktif sekaligus menyerap karbon dan menghasilkan oksigen. Penelitiannya dimulai pada 2022, ketika rasa penasaran dan cinta terhadap tanah kelahirannya mendorongnya mencari solusi untuk menghidupkan kembali lahan-lahan yang mati.

Tahun 2023 menjadi titik balik ketika Luthfi menemukan potensi besar Indigofera, atau yang dikenal juga sebagai Tarum. Ia melakukan uji coba di lahan satu hektare di Desa Bojongkapol. Awalnya, masyarakat menanggapi dengan skeptis. Bagaimana mungkin satu jenis tanaman bisa mengubah tanah tandus menjadi subur?

“Saya mencoba meyakinkan masyarakat bahwa Indigofera bisa menghidupkan kembali lahan tandus. Tapi mereka tidak percaya, bahkan mengabaikannya,” kenang Luthfi. Namun, bukti tidak bisa dibantah. Ketika Indigofera tumbuh subur dan lahan mulai hijau kembali, para petani pun mulai mengikuti jejaknya.

Kini, lahan-lahan warga ditanami Indigofera yang daunnya menjadi pakan ternak berkualitas tinggi. Di sela-sela tanaman Indigofera, para petani juga menanam jahe, kopi, dan berbagai tanaman lain secara tumpang sari. Model pertanian terpadu ini tidak hanya mengembalikan kesuburan tanah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar.

Transformasi ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi dan ketekunan bisa mengubah tantangan menjadi peluang. Dari lahan tandus yang mati, kini tumbuh harapan baru—untuk lingkungan yang lebih hijau dan masyarakat yang lebih sejahtera.

Data Riset Terbaru: Studi Universitas Padjadjaran (2024) menunjukkan bahwa Indigofera mampu menyerap karbon hingga 12 ton per hektare per tahun, menjadikannya solusi efektif dalam mitigasi perubahan iklim.

Studi Kasus: Desa Bojongkapol mencatat peningkatan pendapatan petani hingga 40% setelah penerapan sistem pertanian terpadu Indigofera dan tumpang sari.

Infografis: Model Pertanian Terpadu Indigofera

  • Indigofera sebagai tanaman utama
  • Daun: Pakan ternak berkualitas
  • Akar: Memperbaiki struktur tanah
  • Lahan sela: Tanaman jahe, kopi, dan lainnya
  • Manfaat: Penyerapan karbon, ketahanan pangan, peningkatan ekonomi

Dari mimpi kecil seorang pemuda, lahir gerakan besar yang mengubah bumi mati menjadi tanah yang bernapas. Ini bukan sekadar kisah pertanian, tapi kisah tentang bagaimana visi, kerja keras, dan kecintaan terhadap tanah air bisa menciptakan perubahan nyata. Masa depan yang lebih hijau dan sejahtera bukan impian kosong—ia dimulai dari satu langkah kecil di atas tanah yang siap kembali hidup.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan