9 Petani di Serang Tersambar Petir, 4 Meninggal Dunia

Kota Serang diguncang oleh peristiwa tragis ketika sembilan warga dari Kecamatan Kasemen menjadi korban sambaran petir saat tengah berada di area persawahan. Empat di antara mereka dinyatakan meninggal dunia secara langsung di lokasi kejadian, sementara sisanya mengalami luka-luka dan harus mendapatkan perawatan medis intensif. Peristiwa nahas tersebut terjadi pada sore hari tanggal 2 Desember 2025, ketika hujan deras disertai petir menyambar wilayah Kota Serang. Korban yang sedang berteduh di sebuah gubuk darurat di tengah sawah langsung menjadi sasaran sambaran petir yang sangat kuat.

Pemerintah setempat langsung mengambil tindakan cepat dengan mengirimkan bantuan medis dan logistik kepada para korban. Wali Kota Serang, Budi Rustandi, secara pribadi menjenguk para korban yang dirawat di Rumah Sakit Drajat dan RSUD Kota Serang. Ia juga menyempatkan diri untuk melayat ke rumah duka para korban yang meninggal dunia. Dari hasil pengecekan di lapangan, ditemukan bahwa total korban bukan delapan orang seperti laporan awal, melainkan sembilan orang. Di RS Drajat terdapat tiga korban dengan satu di antaranya tidak tertolong, sementara di RSUD Kota Serang terdapat lima korban dengan tiga orang meninggal dunia dan dua lainnya masih dalam perawatan intensif.

Pemerintah daerah juga menghadapi tantangan dalam menangani satu korban yang masih menolak untuk dirujuk ke rumah sakit. Tim dari pemerintah daerah, termasuk Lurah, Kapolsek, dan tokoh masyarakat, sedang berupaya membujuk keluarga korban agar mau membawa korban untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih lanjut. Wali Kota Serang mengimbau seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem yang sedang melanda wilayah tersebut. Ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam menghadapi perubahan iklim yang tidak menentu, terutama di bulan Desember yang dikenal rawan bencana alam.

Pemerintah Kota Serang juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memperkuat sistem peringatan dini dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara-cara menghadapi cuaca ekstrem. Masyarakat diminta untuk tidak berteduh di bawah pohon atau di tempat terbuka saat terjadi hujan disertai petir. Pemerintah juga menyiagakan posko-posko kesehatan di wilayah-wilayah rawan bencana sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kejadian serupa di masa depan.

Data terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peningkatan signifikan aktivitas petir di wilayah Banten selama musim hujan tahun ini. Berdasarkan analisis data satelit dan radar cuaca, terjadi peningkatan frekuensi petir sebesar 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Fenomena ini diduga kuat dipengaruhi oleh perubahan pola iklim global yang menyebabkan intensitas hujan dan aktivitas konvektif atmosfer menjadi lebih ekstrem. Studi kasus serupa di wilayah Jawa Barat menunjukkan bahwa area persawahan dan perkebunan menjadi lokasi paling rentan terhadap sambaran petir karena minimnya struktur bangunan tinggi yang dapat berfungsi sebagai penangkal petir alami.

Infografis yang dirilis oleh BPBD Banten menunjukkan bahwa sejak Januari hingga November 2025, telah terjadi 47 kejadian sambaran petir di wilayah Banten dengan korban jiwa sebanyak 12 orang dan korban luka sebanyak 23 orang. Angka ini meningkat 28% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Mayoritas korban adalah petani, nelayan, dan pekerja lapangan terbuka yang memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi peringatan dini cuaca ekstrem.

Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk lebih memperhatikan keselamatan diri saat berada di luar ruangan saat cuaca ekstrem. Mari tingkatkan kewaspadaan, saling mengingatkan sesama, dan selalu mengutamakan keselamatan di atas segalanya. Perlindungan Tuhan selalu menyertai mereka yang waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan.

Baca juga Berita lainnya di News Page