Polairud Pangandaran Berdoa untuk Korban Banjir di Sumatera

Satuan Polisi Air dan Udara (Sat Polairud) Polres Pangandaran menggelar syukuran meriah yang diisi dengan salat gaib, istigasah, dan doa bersama. Agenda ini digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Polairud ke-75 Tahun 2025, sekaligus bentuk kepedulian terhadap korban bencana alam di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Iptu M Anang Tri Sodikin, Kepala Satuan Polairud Polres Pangandaran, menyampaikan bahwa momen ini dimanfaatkan untuk mendoakan saudara-saudara di Sumatra yang sedang tertimpa musibah. “Kita luangkan waktu untuk mendoakan mereka yang sedang menghadapi cobaan banjir dan bencana alam lainnya,” ujarnya pada Selasa, 2 Desember 2025. Ia berharap para korban diberi ketabahan dan bencana segera berlalu.

Selain doa, rangkaian kegiatan juga mencakup salat gaib dan istigasah yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Harapannya, warga terdampak mendapatkan perlindungan dan proses penanganan pascabencana berjalan lancar.

Kapolres Pangandaran, AKBP Dr Andri Kurniawan, menekankan pentingnya profesionalitas dan kesiapsiagaan Polairud dalam menghadapi bencana serta tugas kemasyarakatan di wilayah perairan. Ia juga menyampaikan belasungkawa mendalam dan doa tulus bagi para korban di ketiga provinsi terdampak.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) 2024-2025 menunjukkan bahwa Sumatra mengalami peningkatan frekuensi banjir tahunan sebesar 18% dibanding dekade sebelumnya, terutama di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Faktor utama penyebabnya adalah perubahan pola curah hujan ekstrem dan kerusakan hutan di daerah aliran sungai. Laporan ini menekankan pentingnya kesiapsiagaan multi-sektor, termasuk peran Polairud dalam evakuasi dan distribusi bantuan logistik di wilayah pesisir yang sulit diakses.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Bencana alam bukan hanya soal kerusakan fisik, tapi juga ujian bagi solidaritas sosial. Polairud, yang biasanya dikenal menjaga keamanan laut, kali ini menunjukkan wajah humanisnya. Ini adalah contoh nyata bagaimana institusi keamanan bisa menjadi penjaga kedaulatan sekaligus penolong di tengah krisis. Dengan memadukan kegiatan spiritual dan operasional, Polairud tidak hanya mendoakan keselamatan, tapi juga mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana yang semakin tak terprediksi.

Studi Kasus:
Pada banjir besar di Aceh pada Januari 2024, Sat Polairud berperan krusial dalam mengevakuasi lebih dari 2.000 warga dari daerah terisolasi menggunakan perahu karet. Mereka juga menjadi garda terdepan dalam distribusi bantuan makanan dan obat-obatan ke desa-desa yang terputus akses daratnya. Kecepatan dan koordinasi mereka disebut-sebut menjadi faktor penentu menurunnya angka korban jiwa.

Infografis (Konsep):

• Judul: Polairud: Dari Keamanan Laut ke Penolong Bencana
  • Bagian 1: Peran Tradisional Polairud (Penjaga wilayah perairan, pencegahan penyelundupan, SAR laut).
  • Bagian 2: Peran Kemanusiaan Polairud (Evakuasi banjir, distribusi logistik, posko darurat).
  • Bagian 3: Data Bencana Sumatra (Grafik peningkatan banjir, peta daerah rawan).
  • Bagian 4: Sinergi (Polairud + TNI AL + Basarnas + Relawan).

Momen syukuran dan doa bersama ini bukan sekadar seremoni, tapi simbol kebersamaan dan kepedulian yang tak mengenal batas wilayah. Di tengah tantangan bencana yang semakin kompleks, semangat gotong-royong dan kesiapsiagaan menjadi kunci. Mari jadikan setiap aksi kemanusiaan sebagai bukti bahwa kekuatan terbesar kita adalah ketika bersatu, saling menjaga, dan tak pernah lelah untuk peduli.

Baca juga Berita lainnya di News Page