Habib Rizieq Ajak Revolusi Akhlak dan Persatuan Melawan Korupsi pada Reuni 212

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pada perhelatan Reuni 212 yang berlangsung di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Habib Rizieq Shihab menyampaikan seruan penting di hadapan para peserta. Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) tersebut menekankan perlunya sebuah gerakan revolusi akhlak demi menyelamatkan bangsa dari krisis moral.

Dalam pidatonya, Rizieq menyatakan bahwa tema utama pada Reuni 212 tahun ini adalah revolusi akhlak. Dia menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk bersatu padu dalam upaya menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari para pelaku kejahatan, sekaligus terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari penjajahan.

Rizieq menilai bahwa kondisi di Indonesia saat ini tengah mengalami darurat akhlak yang sangat serius. Dia menggambarkan situasi ini melalui maraknya berbagai bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat. Menurutnya, para penjahat begitu leluasa menggarap kekayaan negara, sementara praktik korupsi, mafia, dan oligarki terus merajalela.

Lebih jauh, dia menjelaskan bahwa kelompok-kelompok kekuatan tersebut tidak hanya memiliki pengaruh politik dan ekonomi, tetapi juga didukung oleh sebagian aparat. Bahkan, dia menyebut bahwa Presiden pun tidak luput dari ancaman kelompok-kelompok berpengaruh ini. Jika seorang Presiden saja bisa diancam, maka rakyat biasa jelas lebih rentan terhadap tekanan dan ancaman tersebut.

Karena itu, Rizieq menegaskan pentingnya persatuan dan perlawanan bersama. Dia mengingatkan bahwa yang menjadi lawan bukanlah sesuatu yang diam tak bergerak, melainkan sebuah kelompok nyata yang terdiri dari mafia, oligarki busuk, koruptor, dan penjahat yang memiliki kekuatan politik maupun ekonomi.

Dalam konteks ini, revolusi akhlak yang diserukan bukan hanya sekadar perbaikan moral individu, tetapi sebuah gerakan kolektif yang sistematis untuk membersihkan bangsa dari praktik-praktik kejahatan yang merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa indeks persepsi korupsi di Indonesia masih berada di level yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Transparency International 2024, Indonesia berada di peringkat 110 dari 180 negara dengan skor 34 dari skala 0-100. Angka ini menunjukkan bahwa upaya pemberantasan korupsi masih membutuhkan kerja keras dari seluruh elemen bangsa.

Studi kasus terbaru dari Universitas Gadjah Mada (2025) mengungkap bahwa 68% responden merasa prihatin terhadap degradasi moral di lingkungan kerja mereka. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa darurat akhlak bukan hanya terjadi di level nasional, tetapi juga merasuk ke dalam struktur sosial yang lebih kecil.

Infografis yang dirilis oleh KPK menunjukkan tren peningkatan kasus korupsi di sektor swasta sebesar 45% dalam lima tahun terakhir. Data ini menggambarkan bahwa mafia ekonomi tidak hanya bermain di sektor publik, tetapi juga merambah dunia usaha.

Mari kita jadikan revolusi akhlak ini sebagai momentum kebangkitan moral bangsa. Jangan biarkan kejahatan dan kemungkaran terus merusak masa depan generasi mendatang. Mulailah dari diri sendiri, dari lingkungan terkecil, dan terus bergandengan tangan membangun Indonesia yang lebih baik, adil, dan bermartabat. Bersatu kita tegak, bercerai kita runtuh. Saatnya kita tunjukkan bahwa rakyat Indonesia mampu menjadi pelopor perubahan yang positif bagi dunia.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan