Jasad di Sibolga yang Dievakuasi Anggota Brimob Ternyata Ibu Rekan Sesama Polisi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir dan tanah longsor yang menerjang Kota Sibolga, Sumatera Utara, masih menyisakan duka mendalam. Proses pencarian dan evakuasi korban terus digencarkan hingga hari ketujuh. Sebuah ironi menyayat hati terungkap saat seorang ibu dari anggota Brimob berhasil dievakuasi, padahal sang anak sedang bertugas mencari korban di lokasi lain.

Dalam keterangan resminya melalui akun Instagram @poldasumaterautara, Polda Sumut mengungkapkan bahwa korban yang berhasil diidentifikasi adalah Tiur Malina Sinaga (70) tahun. Beliau merupakan ibunda dari Aipda Simon Pakpahan, anggota Brimob Yon C. “Saat itu Aipda Simon Pakpahan sedang menjalankan tugas evakuasi di lokasi lain di Sibolga,” demikian pernyataan Polda Sumut, Selasa (2/12/2025).

Korban Tiur Malina Sinaga dievakuasi dari tumpukan material longsor. Polda Sumut juga menyampaikan rasa dukacita yang mendalam kepada seluruh masyarakat dan jajaran Polri yang tertimpa musibah ini.

Upaya pencarian terhadap korban yang masih hilang tidak berhenti. Polda Sumut mengerahkan unit K9 atau anjing pelacak untuk membantu proses evakuasi di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Kemampuan penciuman anjing pelacak yang luar biasa diharapkan dapat mempercepat penemuan korban yang masih tertimbun material longsor.

“Kehadiran unit K9 menjadi salah satu kekuatan penting dalam membantu proses pencarian sebab anjing pelacak memiliki kemampuan deteksi yang sangat tinggi,” jelas Polda Sumut.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis Polres Sibolga per 1 Desember 2025, jumlah korban meninggal dunia akibat banjir dan longsor di Sibolga mencapai 47 orang. Pada hari ketujuh pencarian, Tim SAR gabungan berhasil menemukan satu jenazah lansia lainnya, Tiurlina Sinaga (60), warga Jalan IL Nomensen 2025. Sementara itu, masih terdapat 9 orang yang dilaporkan hilang.

Kehadiran unit K9 sangat penting dalam operasi pencarian ini. Dengan kemampuan deteksi yang tinggi, anjing pelacak diharapkan dapat mendeteksi keberadaan korban yang masih tertimbun. Selain itu, para relawan dan petugas gabungan terus bekerja keras di lapangan, meskipun menghadapi medan yang sulit dan risiko longsor susulan.

Upaya ini menunjukkan semangat gotong royong dan solidaritas tinggi dari seluruh elemen masyarakat. Kepolisian, TNI, Basarnas, relawan, dan masyarakat bahu-membahu dalam operasi kemanusiaan ini. Harapannya, proses pencarian dapat segera rampung dan korban yang hilang dapat ditemukan dengan cepat untuk segera dipulangkan ke keluarga.

Selain pencarian korban, bantuan kemanusiaan juga terus mengalir. Posko pengungsian didirikan untuk menampung para korban yang rumahnya rusak atau hanyut. Kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, pakaian, dan obat-obatan terus disalurkan. Pemerintah daerah dan lembaga kemanusiaan bekerja sama untuk memastikan para pengungsi mendapatkan bantuan yang layak.

Bencana ini menjadi pengingat betapa pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap peringatan dini dari BMKG, terutama saat musim hujan. Selain itu, menjaga lingkungan dengan tidak menebang pohon sembarangan dan memperkuat sistem drainase juga dapat membantu mencegah terjadinya banjir dan longsor.

Semangat kebersamaan dan ketangguhan masyarakat Sibolga dalam menghadapi musibah ini patut diapresiasi. Semoga korban yang masih hilang segera ditemukan, dan seluruh masyarakat Sibolga dapat segera bangkit dari keterpurukan ini.


Data Riset Terbaru:

Sebuah studi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2025 mengungkapkan bahwa Sumatera Utara termasuk dalam provinsi dengan risiko tinggi bencana hidrometeorologi, terutama banjir dan longsor. Faktor utama penyebabnya adalah curah hujan tinggi, kerusakan hutan, dan permukiman yang berada di daerah rawan bencana. Studi ini menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang efektif dan partisipasi aktif masyarakat dalam mitigasi bencana.

Analisis Unik dan Simplifikasi:

Bencana di Sibolga bukan sekadar musibah alam, tetapi juga cerminan dari kerentanan tata kelola lingkungan dan tata ruang. Ironi seorang anak polisi yang kehilangan ibu saat bertugas menolong orang lain menggambarkan betapa bencana tidak mengenal latar belakang. Dalam konteks ini, pentingnya pendekatan holistik yang menggabungkan penanganan darurat, pemulihan jangka menengah, dan pencegahan jangka panjang menjadi kunci utama.

Studi Kasus:

Kasus evakuasi Tiurlina Sinaga (60) yang ditemukan pada hari ketujuh menunjukkan bahwa meskipun waktu telah berlalu, harapan untuk menemukan korban masih ada. Proses evakuasi yang dilakukan oleh Tim SAR gabungan menunjukkan profesionalisme dan ketekunan dalam menjalankan misi kemanusiaan.

Infografis:

[Bayangkan sebuah infografis yang menampilkan: Peta Sibolga dengan titik-titik lokasi longsor, Grafik perkembangan jumlah korban (47 meninggal, 9 hilang), Diagram alur proses evakuasi oleh Tim SAR dan unit K9, dan Tips keselamatan saat terjadi banjir dan longsor.]

Duka yang dialami Sibolga harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh bangsa. Mari kita jadikan semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama sebagai fondasi dalam membangun ketahanan bencana. Lindungi alam, jaga lingkungan, dan siap siaga selalu. Dengan begitu, kita bisa meminimalisir dampak bencana dan menciptakan masa depan yang lebih aman dan sejahtera untuk generasi mendatang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan