Kapolda Riau Berangkat ke Sumbar Tinjau Langsung Personel BKO di Posko Bencana

Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan, hari ini berangkat menuju Kabupaten Agam, Sumatera Barat, untuk meninjau langsung kondisi personel yang diperbantukan (BKO) di lokasi bencana. Kunjungan ini dilakukan untuk memastikan kesiapan dan semangat para personel yang bertugas di garis terdepan dalam penanganan bencana alam.

“Saya akan langsung ke Agam untuk melihat tenda-tenda personel Polda Riau yang ditempatkan di sana. Saya juga membawa salam dari Bapak Kapolri dan Ibu Ketua Umum Bhayangkari,” ujar Irjen Herry Heryawan saat melepas bantuan logistik di Mapolda Riau, Pekanbaru, Minggu (30/11/2025).

Kedatangan Kapolda Riau ini bukan hanya sekadar meninjau, tetapi juga sebagai bentuk penguatan solidaritas dan dukungan moral bagi personel yang sedang bertugas di posko operasi bencana. Ia menekankan bahwa dalam situasi bencana, Polda Riau hadir tanpa batas wilayah.

Sebagai wujud nyata kepedulian, Polda Riau juga melepaskan enam truk berisi bantuan logistik menuju posko bencana di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Bantuan ini difokuskan pada kebutuhan pokok darurat, termasuk perlengkapan bayi dan kebutuhan harian lainnya.

Rincian bantuan yang dikirim mencakup 255 dus mi instan, 50 dus mi instan kemasan cup, 50 sak beras ukuran 10 kilogram, 33 sak beras ukuran 5 kilogram, 20 dus sarden, 140 dus air mineral, 70 dus kue kaleng, 40 dus susu kaleng, 20 dus gula, 20 dus teh celup, 20 dus kopi, 20 dus susu bayi, 30 dus pampers, 30 dus pembalut wanita, 25 buah kontainer, 240 helai selimut, 20 koli pakaian layak pakai, dan 50 buah cangkul untuk alat evakuasi.

Selain logistik, Polda Riau mengerahkan 290 personel BKO untuk percepatan evakuasi dan penanganan bencana di Sumatera Barat. “Karena wilayah kita berdekatan dengan sumber bencana, kami segera mengerahkan pasukan untuk memberikan respon cepat, terutama di Kabupaten Agam,” jelas Irjen Herry.

Personel yang dikerahkan berasal dari Satuan Brimob, Direktorat Samapta, dan Direktorat Polairud Polda Riau, yang memiliki kemampuan khusus dalam operasi Search and Rescue (SAR). “Dari total personel, sekitar 250 di antaranya adalah petugas yang terlatih dalam penanganan darurat, pencarian, dan pertolongan,” tambahnya.

Operasi ini berada di bawah kendali Polda Sumatera Barat. “Insyaallah dalam dua jam ke depan, mereka akan tiba dan segera memulai operasi,” ujarnya.

Tak hanya logistik dan personel SAR, Polda Riau juga mengirimkan tim trauma healing. Sebanyak enam psikolog dari Biro SDM telah diberangkatkan sejak Sabtu (29/11). Rencananya, 30 psikolog tambahan dari sejumlah kampus di Riau juga akan diberangkatkan untuk memberikan pendampingan psikologis.

“Besok kita akan dorong lagi kekuatan dari kampus-kampus di Riau. Ada sekitar 30 psikolog yang akan membantu proses trauma healing bagi para korban,” ucap Kapolda.

Ia menekankan pentingnya pemulihan mental pasca-bencana. “Selain bantuan logistik, kesehatan mental juga sangat krusial. Kami ingin membantu mempercepat pemulihan psikis para penyintas,” imbuhnya.

Kolaborasi antara Polda Riau dan akademisi ini menunjukkan sinergi kuat dalam misi kemanusiaan. Dengan tambahan tenaga ahli psikologi, diharapkan pemulihan trauma bisa lebih cepat dan menyeluruh, baik bagi masyarakat maupun petugas yang bertugas.

Langkah ini mencerminkan komitmen Polda Riau bahwa penanganan bencana harus menyeluruh, tidak hanya dari segi logistik dan evakuasi fisik, tetapi juga dari aspek psikologis demi membangun kembali kehidupan para korban.

Data Riset Terbaru: Studi dari Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa intervensi psikologis sejak dini pasca-bencana dapat mengurangi risiko gangguan stres pasca-trauma (PTSD) hingga 60%. Sementara data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2025 mencatat, 78% penyintas bencana alam mengalami gejala trauma ringan hingga sedang yang membutuhkan pendampingan psikologis terstruktur.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Dalam penanganan bencana, keseimbangan antara kebutuhan fisik dan mental sering kali tidak seimbang. Padahal, trauma psikologis bisa lebih lama pulih dibanding luka fisik. Dengan menggandeng tenaga akademisi, Polda Riau menciptakan model penanganan bencana berbasis komunitas yang terintegrasi. Pendekatan ini tidak hanya menolong, tetapi juga memberdayakan jaringan lokal untuk tanggap secara psikologis.

Studi Kasus: Pada bencana gempa Lombok 2018, korban yang mendapatkan trauma healing sejak hari pertama menunjukkan peningkatan stabilitas emosional 45% lebih cepat dibanding yang tidak. Ini membuktikan bahwa intervensi psikologis dini adalah kunci pemulihan jangka panjang.

Infografis (dalam bentuk teks):

• 290 personel BKO dikerahkan
• 6 truk logistik dengan 15 jenis kebutuhan dasar
• 36 psikolog terlibat (6 dari Polri + 30 dari kampus)
• 3 wilayah terdampak: Aceh, Sumbar, Sumut
• 60% penurunan risiko PTSD dengan trauma healing dini

Bencana menguji ketangguhan, tetapi juga menghadirkan peluang untuk menunjukkan kemanusiaan sejati. Dengan menggabungkan kekuatan fisik, logistik, dan mental, setiap langkah penolongan bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memulihkan harapan. Terus Bergerak. Terus Peduli. Kita Bisa Melalui Ini Bersama.

Baca juga Berita lainnya di News Page