Daerah-daerah di Sumatera yang Belum Terjangkau Pengiriman Darat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir dan longsor yang melanda beberapa wilayah di Sumatera membuat jaringan logistik terganggu secara signifikan. Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (ASPERINDO) mencatat sejumlah daerah di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat mengalami putus akses darat, memaksa pengiriman beralih hanya melalui jalur udara.

Wilayah Banda Aceh masih bisa dilayani dengan pengiriman udara, namun akses darat sama sekali tidak dapat dilalui. ASPERINDO DPW Sumut menyampaikan bahwa kondisi ini diperkirakan berlangsung dalam waktu yang belum dapat dipastikan. Jalur darat di sejumlah titik masih terputus akibat rusaknya infrastruktur jalan.

Di Medan dan sekitarnya, genangan air masih menghambat proses distribusi barang. Aktivitas delivery dan penjemputan paket terhambat karena sebagian area masih terendam banjir. Tim operasional kesulitan menjangkau lokasi tujuan yang terdampak.

Situasi serupa terjadi di Sumatera Barat. Akses utama dari Padang menuju Bukittinggi dilaporkan terputus. Daerah Lembah Anai serta sejumlah kabupaten lain mengalami gangguan akibat longsor yang menutupi badan jalan. Banyak jalur penghubung antar kabupaten tidak dapat dilalui.

ASPERINDO berkomitmen untuk terus memperbarui informasi terkini mengenai ketersediaan rute. Masyarakat dan pelaku usaha yang hendak mengirimkan barang ke lokasi terdampak disarankan untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebelum melakukan pengiriman.

Wilayah-wilayah yang saat ini belum dapat dijangkau melalui transportasi darat meliputi Tapanuli Utara mencakup Tarutung, Pahae, Sarulla, dan sekitarnya. Sibolga serta kawasan di sekitarnya juga masih terisolasi. Tapanuli Tengah khususnya Pandan dan Tukka mengalami kondisi serupa. Padang Sidempuan dan wilayah sekitarnya ikut terdampak. Tapanuli Selatan termasuk Sipirok, Madina, Palas, dan Paluta belum dapat diakses. Di wilayah pantai timur Sumatera Utara, Langkat, Tanjung Pura, P. Susu, P. Brandan, dan Besitang mengalami kendala transportasi. Wilayah Aceh daratan seperti Aceh Tamiang, Langsa, Lhokseumawe, Bireun, dan Banda Aceh mengalami isolasi akses darat. Kawasan pedalaman seperti Kutacane, Blangkejeren, dan Aceh Singkil juga belum dapat dijangkau.

Data Riset Terbaru 2025 dari Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa 78% gangguan logistik pasca-bencana di Sumatera disebabkan oleh kerusakan jalan provinsi dan kabupaten. Infrastruktur jembatan menjadi titik krusial yang sering putus, memperparah keterlambatan distribusi bantuan dan kebutuhan pokok. Studi kasus di Tapanuli Selatan mencatat waktu tempuh pengiriman meningkat hingga 400% dibanding kondisi normal akibat alih rute dan keterbatasan moda transportasi.

Masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem yang berpotensi memicu bencana susulan. Penting bagi pelaku logistik dan masyarakat luas untuk memanfaatkan teknologi tracking real-time serta menjalin koordinasi intensif dengan otoritas setempat. Kesiapan dalam merespons gangguan distribusi bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga bagian dari ketahanan sosial di tengah bencana. Mari kita dukung solidaritas nasional dengan tetap menjaga alur informasi yang akurat dan saling membantu sesama yang terdampak.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan