Gubernur BI Sampaikan Duka Atas Bencana Banjir di Sumatera Saat Bertemu Prabowo

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyampaikan rasa duka yang mendalam terhadap musibah banjir bandang dan tanah longsor yang melanda berbagai wilayah di Pulau Sumatera. Ucapan tersebut disampaikan langsung oleh Perry dalam sambutannya di hadapan Presiden Prabowo Subianto.

Lebih dari sepuluh kabupaten dan kota di Sumatera terdampak bencana banjir, membentang dari wilayah Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat. Fenomena banjir di Sumatera ini mencatatkan diri sebagai salah satu musibah paling parah yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2025.

“Saudara-saudara kita di Sibolga, Lhokseumawe, dan sejumlah wilayah lain saat ini sedang mengalami musim bencana alam,” ucap Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025 yang digelar di Gedung Grha Bhasvara Icchana, kompleks kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta, pada Jumat (28/11/2025).

Perry juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memanjatkan doa bagi para korban bencana. Ia menekankan pentingnya solidaritas sosial dengan memberikan bantuan nyata kepada mereka yang terdampak.

“Melalui mimbar yang terhormat ini, kami dari Bank Indonesia mengajak seluruh masyarakat untuk memanjatkan doa dan menyisihkan sebagian rezeki guna membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” tutur Perry.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga akhir November 2025, banjir di Sumatera telah mengakibatkan puluhan korban jiwa, ribuan warga mengungsi, dan kerusakan infrastruktur mencapai ratusan miliar rupiah. Studi dari Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada (2024) menunjukkan bahwa 70% bencana hidrometeorologi di Indonesia berkaitan erat dengan perubahan iklim dan kerusakan ekosistem hutan.

Infografis sederhana: Dalam lima tahun terakhir, frekuensi banjir di Sumatera meningkat 40% dibanding periode sebelumnya, dengan durasi banjir rata-rata mencapai 7-10 hari. Wilayah pesisir seperti Sibolga dan Lhokseumawe menjadi rawan karena kombinasi curah hujan tinggi, alih fungsi lahan, dan minimnya sistem drainase modern.

Saat musibah datang, solidaritas bukan sekadar pilihan—tapi kewajiban kemanusiaan. Mari jadikan empati sebagai tindakan nyata, karena setiap doa yang dipanjatkan dan setiap bantuan yang diberikan adalah bagian dari kekuatan besar yang mampu mengangkat sesama dari keterpurukan. Di tengah cobaan, Indonesia justru semakin menunjukkan jati dirinya: bangsa yang tangguh, peduli, dan tak pernah meninggalkan saudaranya dalam kesusahan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan