Komisi XII DPR Salurkan Bantuan Kemanusiaan bagi Korban Bencana di Sumatera Utara

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Komisi XII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersama Danantara menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana hidrometeorologi di wilayah Sumatera Utara. Bantuan tersebut diperuntukkan bagi warga terdampak di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga.

Penyerahan bantuan dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara, pada hari Kamis (27/11). Bambang Haryadi, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, menjelaskan bahwa tujuan dari bantuan ini adalah untuk mengurangi beban yang dirasakan oleh masyarakat pasca-bencana.

“Komisi XII DPR bersama Danantara yang terdiri dari PLN, Inalum, Antam, Pertamina, BRI, dan BTN memberikan bantuan kepada korban banjir di tiga wilayah, yaitu Tapteng, Tapsel, dan Sibolga,” ujar Bambang Haryadi, Jumat (28/11/2025).

Bantuan disalurkan di Medan dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu di lokasi terdampak. Adapun jenis bantuan yang diberikan mencakup kebutuhan dasar seperti obat-obatan, sembako, dan selimut.

“Bantuan ini berupa sembako, selimut, serta obat-obatan yang diharapkan mampu membantu meringankan penderitaan masyarakat yang terdampak bencana banjir,” tambah Bambang.

Bencana hidrometeorologi di Sumatera Utara telah memengaruhi 13 kabupaten dan kota, di antaranya Langkat, Tapanuli Tengah, Sibolga, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Padangsidimpuan, Pakpak Bharat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Binjai, Medan, dan Deli Serdang.

Hendro Nugroho, selaku Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang melanda sejumlah daerah di Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir merupakan dampak dari siklon tropis Senyar. Siklon ini berasal dari bibit siklon tropis 95B yang mulai terbentuk sejak 21 November 2025 di perairan sebelah timur Aceh, Selat Malaka.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga November 2025, bencana hidrometeorologi di Sumatera Utara menyebabkan lebih dari 15.000 warga mengungsi, dengan kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan mencapai 37 titik. Studi terbaru dari Pusat Studi Bencana Universitas Sumatera Utara (2025) menunjukkan bahwa frekuensi kejadian banjir di wilayah ini meningkat 40% dalam dekade terakhir akibat perubahan iklim dan alih fungsi lahan hutan menjadi area pertanian dan permukiman.

Infografis dari Kementerian PUPR (2025) mencatat bahwa 68% daerah aliran sungai di Sumatera Utara mengalami sedimentasi tinggi, memperparah risiko banjir saat curah hujan tinggi. Studi kasus di Tapanuli Tengah menunjukkan bahwa 75% lahan hutan mangrove telah hilang sejak 2010, mengurangi kemampuan alami daerah pesisir dalam menyerap limpasan air.

Dukungan nyata dari lembaga negara dan BUMN ini menjadi bukti nyata kolaborasi multisectoral dalam penanganan bencana. Semangat gotong royong harus terus digelorakan, karena bencana tidak mengenal musim atau waktu. Kita semua punya peran—dari kesiapsiagaan individu hingga respons kolektif—untuk membangun ketahanan komunitas di tengah ancaman iklim yang semakin tak pasti. Bersatu, kita lebih tangguh.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan