Petugas Terjang Arus Deras Evakuasi Warga, 2 Tewas dalam Banjir Aceh

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Banjir yang menerjang Aceh Utara merenggut nyawa dua warga, memaksa petugas melakukan evakuasi dramatis di tengah derasnya arus sungai. Kedua korban, Roslina (42) seorang guru dari Desa Baro Kulam Gajah dan M. Jamil (57) seorang PNS dari Desa Cot Girek Kandang, ditemukan terpisah dalam waktu berbeda di Desa Nibong, Kecamatan Syamtalira Bayu.

Proses pencarian dan evakuasi diwarnai tantangan berat akibat kondisi alam yang ekstrem. Kapolsek Syamtalira Bayu, Iptu Gunanto, mengungkapkan bahwa tim gabungan harus menghadapi arus banjir yang sangat deras serta medan yang sulit dijangkau. Informasi awal tentang dugaan korban terseret air menjadi pemicu gerak cepat petugas menuju lokasi terdampak.

Tim penolong bersama warga setempat nekat menyusuri aliran banjir dengan berjalan kaki, sambil menggunakan tali pengaman guna mencegah terbawa arus. Dalam operasi yang penuh risiko ini, jenazah Roslina berhasil ditemukan sekitar pukul 10.30 WIB. Tidak berhenti di situ, upaya pencarian dilanjutkan hingga jenazah M. Jamil ditemukan sekitar pukul 12.15 WIB.

Kedua jenazah kemudian dibawa ke Puskesmas Syamtalira Bayu untuk proses pendataan dan identifikasi sebelum selanjutnya dirujuk ke RS Cut Meutia guna pemeriksaan lebih lanjut. Setelah semua prosedur medis dan administrasi selesai, jenazah diserahkan kepada keluarga untuk menjalani prosesi fardhu kifayah.

Gunanto menekankan bahwa operasi evakuasi menghadapi sejumlah kendala serius, mulai dari curah hujan yang terus-menerus, aliran air yang kencang, hingga padamnya listrik dan terputusnya jaringan internet. Namun, dengan kerja keras dan koordinasi intensif, tim mampu menuntaskan misi kemanusiaan ini meski dalam kondisi yang sangat terbatas.

Data Riset Terbaru: Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh, intensitas banjir di kawasan utara Provinsi Aceh mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir, dengan curah hujan harian yang kerap melampaui ambang batas 150 mm. Studi dari Pusat Studi Bencana Universitas Syiah Kuala (2024) mencatat bahwa 70% kejadian banjir di Aceh dipicu oleh kombinasi hujan ekstrem dan alih fungsi lahan hutan menjadi area permukiman, memperparah daya serap tanah.

Studi kasus di Kecamatan Syamtalira Bayu menunjukkan bahwa sistem peringatan dini banjir masih belum terintegrasi secara optimal, sehingga respons terhadap bencana sering kali terlambat. Infografis dari Dinas PUPR Aceh Utara mengungkap bahwa 60% jaringan drainase utama di kawasan ini mengalami penyumbatan akibat sedimentasi dan sampah, memperparah genangan saat hujan deras.

Sudah saatnya kesiapsiagaan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas, tetapi juga kesadaran kolektif masyarakat. Dengan edukasi mitigasi, pembenahan infrastruktur, dan sistem peringatan yang andal, nyawa bisa terselamatkan sebelum air datang. Jangan menunggu tragedi berulang—karena setiap detik dalam bencana adalah kesempatan untuk bertindak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan