Ratu Belanda Apresiasi Inovasi BTN Bayar Cicilan KPR Pakai Sampah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Keuangan (UNSGSA), Máxima, memberikan penghargaan atas terobosan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) dalam program inovatif yang memungkinkan nasabah membayar cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menggunakan sampah rumah tangga. Inisiatif berjudul ‘Bayar Angsuran-Mu Pakai Sampah-Mu’ ini dipandang sebagai langkah maju dalam inklusi keuangan berbasis lingkungan yang mampu meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga berpenghasilan rendah sekaligus mengurangi volume sampah di level rumah tangga.

Saat mengunjungi kawasan perumahan BTN di Grand Harmoni, Cibitung, Bekasi, Máxima menyampaikan bahwa program ini menjadi bukti nyata bagaimana inovasi sederhana bisa memberi dampak luas bagi masyarakat dan lingkungan. Menurut Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, inisiatif ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan terhadap prinsip ESG (environment, social, and governance), selain upaya memberi akses pembiayaan perumahan dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

Dalam dua tahun terakhir, BTN secara aktif mengembangkan proyek ESG yang mengonversi sampah rumah tangga menjadi nilai tabungan. Setiap bulannya, nasabah bisa mengumpulkan dan menimbang sampah yang memiliki nilai ekonomi, lalu menukarnya menjadi uang yang masuk ke rekening tabungan dan digunakan untuk memotong cicilan KPR hingga 10-15%. Dengan rata-rata cicilan sekitar Rp1,1-1,2 juta per bulan, nasabah berpeluang menghemat Rp100-200 ribu setiap bulan dari hasil pengelolaan sampah.

Nixon menjelaskan bahwa rata-rata keluarga Indonesia menghasilkan hingga empat kilogram sampah per hari. Melalui program ini, sampah yang selama ini dianggap beban, kini berubah menjadi sumber nilai ekonomi. Semakin rajin memilah dan mengumpulkan sampah, semakin ringan beban cicilan yang harus dibayar. Program ini telah diterapkan di sejumlah lokasi dan ditargetkan hadir di 100 titik di Pulau Jawa hingga akhir 2026, sejalan dengan visi ekonomi hijau dan penanganan sampah nasional yang menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Selain meninjau program sampah, Máxima juga mengunjungi rumah rendah emisi yang dibiayai melalui skema KPR Subsidi. Ia berdialog langsung dengan tiga debitur, yaitu Mursidi (penjual bubur), Aisyah (tenaga kesehatan), dan Fahrudin (pekerja bengkel), serta menyaksikan proses akad massal KPR Subsidi untuk berbagai pekerja, termasuk pekerja informal seperti sopir taksi dan pengusaha barang bekas.

BTN memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan rumah rendah emisi, dengan target 150.000 unit rumah hingga 2029, di mana 30% material konstruksinya berasal dari bahan ramah lingkungan. Saat ini, proyek percontohan telah dilaksanakan bekerja sama dengan delapan pengembang, menghasilkan 1.317 unit rumah yang sudah dibangun dan dipasarkan.

Dalam kunjungan tersebut, Máxima mengamati langsung interaksi antara bank, developer, dan konsumen, termasuk proses akad pembiayaan. Ia menilai bahwa akses ke pembiayaan rumah terjangkau berdampak langsung pada peningkatan kesehatan keuangan nasabah, memungkinkan mereka lebih leluasa menabung dan mengatur keuangan keluarga.

Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo, menekankan pentingnya kesehatan keuangan bagi debitur KPR. Menurutnya, kemampuan mengelola keuangan menjadi penentu utama keberlangsungan hidup rumah tangga setelah memiliki kredit. BTN mendorong nasabah untuk konsisten menabung dan memiliki dana darurat guna menghadapi kebutuhan tak terduga. Untuk mendukung hal ini, BTN menyediakan produk tabungan bulanan dengan sistem autodebet, termasuk inisiatif menabung melalui sampah dalam program ‘Bayar Angsuran-Mu Pakai Sampah-Mu’.

Melalui Rekosistem, sampah yang dipilah dan dikumpulkan, terutama jenis yang bernilai ekonomi seperti plastik, kertas, dan logam, dapat ditukarkan menjadi saldo tabungan di BTN. Proses ini tidak hanya membiasakan masyarakat menabung, tetapi juga meringankan beban cicilan KPR. Setiyo mencontohkan, nilai sampah yang disetorkan ibu rumah tangga bisa masuk ke tabungan dan mengurangi cicilan bulanan hingga 15%.

Direktur Consumer Banking BTN, Hirwandi Gafar, menilai kunjungan Máxima sebagai bentuk pengakuan global terhadap keberlanjutan pembiayaan perumahan di Indonesia. Ia menegaskan bahwa literasi keuangan masih menjadi tantangan yang perlu terus diatasi melalui edukasi intensif. Bagi BTN, edukasi tidak berhenti pada cara memperoleh rumah, tetapi lebih luas pada kemampuan masyarakat mengelola keuangan pasca kepemilikan, terutama membangun kebiasaan menabung untuk angsuran rumah, pendidikan anak, dan dana darurat.


Data Riset Terbaru 2024-2025 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada 2024, dengan tingkat daur ulang baru mencapai 12,2%. Studi Bank Dunia 2025 memproyeksikan bahwa jika tren saat ini berlanjut, volume sampah domestik akan naik 2,3% per tahun. Program ‘Bayar Angsuran-Mu Pakai Sampah-Mu’ dianggap sebagai model sirkular ekonomi mikro yang bisa direplikasi di kawasan padat penduduk.

Studi Kasus: Perumahan Grand Harmoni (2024-2025) mencatat penurunan volume sampah rumah tangga sebesar 38% di area yang menerapkan program ini. Dari 500 kepala keluarga peserta, 62% berhasil mengurangi cicilan KPR rata-rata Rp150 ribu per bulan, sementara 79% melaporkan peningkatan kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah.

Inovasi seperti ini membuktikan bahwa keberlanjutan dan kesejahteraan ekonomi bisa berjalan beriringan. Saat sampah diubah menjadi nilai, bukan hanya rumah yang didapat, tapi juga lingkungan yang lebih bersih dan kemandirian finansial yang nyata. Mari jadikan setiap rumah sebagai garda terdepan gerakan ekonomi hijau—karena dari hal kecil, perubahan besar dimulai.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan